Opini

Penyakit Jantung pada Wanita

Gerakan Go Red for Women pertama kali diluncurkan oleh AHA dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan memerangi ancaman kesehatan terbesar wanita

Editor: mufti
fk.usk.ac.id
dr Muhammad Ridwan MAppSc AIFO-K Sp JP Subsp PR Kv (K) | Dosen FK USK. Saat ini Ketua Yayasan Jantung Indonesia Cabang Provinsi Aceh 

Adanya hormon tersebut membuat wanita mudah untuk membentuk pembuluh darah baru dan cepat mengalami penyembuhan saat terjadi perlukaan rahim setiap bulannya yang dikenal dengan istilah menstruasi. Estrogen dikenal juga memiliki efek melindungi jantung dan pembuluh darah dengan cara mengurangi pembentukan LDL (kolesterol jahat), meningkatkan proliferasi (pembelahan) sel endotel pembuluh darah, mengurangi apoptosis (kematian) sel endotel.

Sehingga mengurangi proses aterosklerosis (pembentukan plak pada pembuluh darah). Selain itu estrogen juga mempertahankan fungsi mitokondria sel, organ yang merupakan pusat pembentukan energi sel, meningkatkan mekanisme anti oksidan serta meningkatkan produksi oksida nitrat di sel otot jantung dan sel endotel pembuluh darah yang memicu peningkatan aliran darah. Estrogen juga menurunkan resistensi insulin dan meningkatkan ukuran sel beta pankreas yang menghasilkan insulin, sehingga mengurangi kejadian diabetes melitus.

Baca juga: Omnibus Law Kesehatan, Masalah atau Harapan?

Usia menopause wanita di Asia rata-rata 45-55 tahun. Saat terjadi menopause, produksi hormon estrogen menurun yang mencetuskan  vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah, akhirnya secara perlahan meningkatkan tekanan darah sampai di atas normal (hipertensi). Penurunan kadar estrogen juga akan meningkatkan stres oksidatif, peradangan dan kekakuan di dinding pembuluh darah, gangguan fungsi endotel dan akhirnya memudahkan terjadi atherosklerosis (terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah).

Hal ini juga dipermudah dengan menurunnya aktivitas fisik pada usia menopause, menyebabkan sarkopenia (pengurangan massa otot), peningkatan kadar lemak dan sensitivitas insulin, akhirnya mudah terjadi obesitas dan diabetes. Berkumpulnya berbagai faktor ini, ditambah dengan stres dan depresi akhirnya menyebabkan pembuluh darah menyempit dan mudah muncul gejala penyakit jantung koroner dan stroke.

Berbeda dengan pria

Pengalaman wanita dengan penyakit JPD berbeda dari pria dalam beberapa aspek. Penyakit jantung pada wanita cenderung muncul di pembuluh darah jantung yang lebih kecil (penyakit mikrovaskular) daripada di arteri koroner utama. Ini berarti bahwa gejala mereka mungkin tidak sesuai dengan gambaran buku teks klasik tentang penyakit jantung. Wanita lebih cenderung mengalami ketidaknyamanan dada (bukan rasa sakit yang menekan), sesak napas, kelelahan, gangguan pencernaan atau mual, sakit punggung atau leher. Angiografi tidak efektif untuk mendiagnosis penyakit mikrovaskular. Uji latih jantung (tes treadmill) juga kurang sensitif bagi wanita. Wanita cenderung tidak diresepkan obat-obatan yang dibutuhkan seperti obat tekanan darah atau penurun kolesterol setelah serangan jantung.

Solusi dan tindakan

Apa yang harus dilakukan untuk menghadapi hal ini? Bagi yang tidak memiliki keluhan terkait jantung, pertama, skrining kesehatan. Wanita yang sekitar usia menopause sebaiknya memeriksakan diri untuk dicek kondisi kesehatannya secara berkala setahun sekali. Kedua, menjaga aktivitas fisik dan latihan rutin. Ketiga, menjaga pola makan. Ketiga, menjaga berat badan. Keempat, jaga tekanan darah. Kelima jaga gula darah dan kolesterol.

Baca juga: Muhammadiyah Menyongsong Musyawarah Wilayah

Bagi yang sudah memiliki penyakit jantung: harus mengubah gaya hidup, berobat rutin. Mungkin sebagian kasus memerlukan tindakan baik intervensi invasif seperti pasang cincin jantung (stent) atau pembedahan, misalnya operasi bypass. Setelah tindakan tersebut sebaiknya mengikuti program rehabilitasi jantung sampai tuntas, agar bisa mengoptimalkan dosis olahraga, lebih memahami tentang penyakitnya, dan obat-obatan yang dikonsumsi.

Secara rentang usia, saat berumur di bawah 17 tahun, penyakit jantung yang sering terjadi pada wanita adalah penyakit jantung bawaan (misalnya ASD, VSD, PDA) dan penyakit jantung rematik (membuat katup jantung jadi bocor atau melengket). Ketika usia reproduktif, yang harus diwaspadai saat hamil adalah preeklampsia (hipertensi) dan peripartum cardiomyopathy (gagal jantung di sekitar waktu persalinan). Sedangkan ketika usia menopause, maka hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner, stroke dan gagal jantung yang sering terjadi.

Perlu diketahui kalau fase menopause tidaklah menyebabkan penyakit JPD. Tetapi pada fase ini terjadi peningkatan insiden penyakit JPD pada wanita. Sehingga memperhatikan kesehatan pada fase ini sangatlah penting. Kebanyakan serangan jantung dan stroke dapat dicegah melalui edukasi dan perubahan gaya hidup, seperti lebih banyak bergerak, lebih pintar memilih makanan, dan mengendalikan tekanan darah.

Semoga pada peringatan Hari Wanita Indonesia yang jatuh setiap tanggal 9 Maret menjadikan wanita Aceh dan Indonesia umumnya bisa lebih waspada terhadap bahaya penyakit jantung. Salam jantung sehat! <mridwan@unsyiah.ac.id>

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved