Opini
Penyakit Jantung pada Wanita
Gerakan Go Red for Women pertama kali diluncurkan oleh AHA dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan memerangi ancaman kesehatan terbesar wanita
Refleksi Hari Wanita Indonesia
dr Muhammad Ridwan MAppSc AIFO-K Sp JP Subsp PR Kv (K)
Dosen FK USK. Saat ini Ketua Yayasan Jantung Indonesia Cabang Provinsi Aceh
PENYAKIT jantung dan pembuluh darah (JPD) adalah penyebab utama kematian wanita dan bertanggung jawab atas 35 persen dari total kematian wanita pada tahun 2019, dan telah membunuh 1 wanita setiap 80 detik di seluruh dunia. Kondisi. Kejadian dan mortalitas terkait jantung pada wanita setelah 45 tahun meningkat tajam.
Gerakan Go Red for Women pertama kali diluncurkan oleh American Heart Association (AHA) pada tahun 2004 dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan memerangi ancaman kesehatan terbesar wanita — penyakit JPD. Saat ini, Go Red for Women tidak hanya mengadvokasi kesehatan semua wanita, mendanai penelitian yang menyelamatkan nyawa, dan mendidik wanita di seluruh Amerika Serikat dan di seluruh dunia, tetapi juga berkomitmen untuk menghilangkan hambatan unik yang dihadapi wanita untuk mendapatkan kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik.
Terdapat perbedaan biologis yang signifikan antara laki-laki dan wanita dan riset seharusnya dapat memunculkan perbedaan tersebut. Inilah yang mendasari kenapa AHA berkomitmen mendanai riset yang fokus pada wanita.
Kardiovaskular pada wanita
Karena kita kesulitan data di Indonesia, mari kita pelajari data dari Amerika. Terdapat beberapa hal yang perlu kita ketahui terkait wanita dan penyakit kardiovaskular.
Pertama, penyakit jantung dan pembuluh darah (JPD) telah membunuh lebih banyak wanita dari pada semua bentuk kanker yang digabung. Ternyata hanya 44 % wanita yang menyadari kalau penyakit JPD merupakan ancaman terbesar terhadap Kesehatan mereka.
Baca juga: Menghapus Kemiskinan Ekstrem di Aceh 2024
Kedua, di antara wanita yang berusia 20 tahun atau lebih, hampir 45 % hidup dengan beberapa bentuk penyakit JPD, dan kurang dari separuh wanita yang hamil di Amerika memiliki kondisi jantung yang sehat.
Ketiga, penyakit JPD merupakan pembunuh nomor 1 untuk ibu-ibu muda, dan telah menyebabkan sepertiga kematian ibu hamil. Wanita berkulit hitam memiliki tingkat kematian maternal tertinggi.
Keempat, 10-20 % wanita memiliki masalah kesehatan selama kehamilan. Tekanan darah tinggi, preeklampsia dan gestational diabetes selama kehamilan sangatlah meningkatkan risiko seorang wanita untuk terkena penyakit JPD di kemudian hari.
Kelima, 51.9 % kematian terkait hipertensi terjadi pada wanita, dan dari seluruh wanita, 57.6 % wanita berkulit hitam memiliki hipertensi, lebih banyak dari ras lain. Keenam, diperkirakan terdapat 4,1 juta wanita yang selamat dari stroke yang masih hidup saat ini, dan 57.5 % kematian terkait stroke terjadi pada wanita.
Ketujuh, wanita lebih kecil kemungkinannya dibandingkan pria untuk mengikuti program rehabilitasi jantung setelah serangan jantung. Rehabilitasi jantung adalah kunci untuk mencegah serangan jantung kedua dan orang yang menyelesaikan program memiliki kemampuan fungsional yang lebih baik, kualitas hidup dan mengalami lebih sedikit depresi.
Kedelapan, wanita sering lebih sedikit mendapatkan pertolongan CPR (bantuan hidup dasar-BHD) dari orang sekitar karena penolong takut dituduh melakukan pelanggaran etika atau susila atau malah membahayakan korban saat memberi pertolongan. Kesembilan, wanita kurang terwakili dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan juga riset, dimana hanya 38 % partisipan riset klinik adalah wanita.
Walaupun selama ini kebanyakan pasien penyakit jantung mulai dari yang serangan jantung, yang pasang ring dan juga yang mengalami gagal jantung kebanyakan pria, kejadian penyakit jantung pada wanita serang tersamar, baik karena sulit dikenali karena tidak khas atau tersamar dengan sesak akibat kehamilan. Oleh karena itu, kewaspadaan penyakit jantung pada wanita perlu disuarakan.
Baca juga: Gerakan Politik Islam Aceh
Kalau dilihat dari faktor risiko kebiasaan merokok yang sering mengakibatkan penyakit jantung, memanglah tidaklah populer bagi wanita Indonesia, termasuk di Aceh. Namun, kejadian diabetes, hipertensi dan kegemukan dan kurangnya olahraga meningkat tajam pada wanita usia pertengahan ke atas. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Faktor hormonal
Akar kejadian ini terkait dengan masalah hormonal. Wanita selama ini banyak mendapatkan proteksi dari hormon estrogen. Estrogen merupakan hormon khas pada wanita. Pada pria juga ada, tapi jumlahnya sedikit. Peran utama estrogen pada wanita adalah dalam pertumbuhan ciri seks sekunder saat remaja, fungsi menyusui, pematangan sel telur, persiapan siklus bulanan wanita terkait menstruasi atau kehamilan.
Adanya hormon tersebut membuat wanita mudah untuk membentuk pembuluh darah baru dan cepat mengalami penyembuhan saat terjadi perlukaan rahim setiap bulannya yang dikenal dengan istilah menstruasi. Estrogen dikenal juga memiliki efek melindungi jantung dan pembuluh darah dengan cara mengurangi pembentukan LDL (kolesterol jahat), meningkatkan proliferasi (pembelahan) sel endotel pembuluh darah, mengurangi apoptosis (kematian) sel endotel.
Sehingga mengurangi proses aterosklerosis (pembentukan plak pada pembuluh darah). Selain itu estrogen juga mempertahankan fungsi mitokondria sel, organ yang merupakan pusat pembentukan energi sel, meningkatkan mekanisme anti oksidan serta meningkatkan produksi oksida nitrat di sel otot jantung dan sel endotel pembuluh darah yang memicu peningkatan aliran darah. Estrogen juga menurunkan resistensi insulin dan meningkatkan ukuran sel beta pankreas yang menghasilkan insulin, sehingga mengurangi kejadian diabetes melitus.
Baca juga: Omnibus Law Kesehatan, Masalah atau Harapan?
Usia menopause wanita di Asia rata-rata 45-55 tahun. Saat terjadi menopause, produksi hormon estrogen menurun yang mencetuskan vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah, akhirnya secara perlahan meningkatkan tekanan darah sampai di atas normal (hipertensi). Penurunan kadar estrogen juga akan meningkatkan stres oksidatif, peradangan dan kekakuan di dinding pembuluh darah, gangguan fungsi endotel dan akhirnya memudahkan terjadi atherosklerosis (terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah).
Hal ini juga dipermudah dengan menurunnya aktivitas fisik pada usia menopause, menyebabkan sarkopenia (pengurangan massa otot), peningkatan kadar lemak dan sensitivitas insulin, akhirnya mudah terjadi obesitas dan diabetes. Berkumpulnya berbagai faktor ini, ditambah dengan stres dan depresi akhirnya menyebabkan pembuluh darah menyempit dan mudah muncul gejala penyakit jantung koroner dan stroke.
Berbeda dengan pria
Pengalaman wanita dengan penyakit JPD berbeda dari pria dalam beberapa aspek. Penyakit jantung pada wanita cenderung muncul di pembuluh darah jantung yang lebih kecil (penyakit mikrovaskular) daripada di arteri koroner utama. Ini berarti bahwa gejala mereka mungkin tidak sesuai dengan gambaran buku teks klasik tentang penyakit jantung. Wanita lebih cenderung mengalami ketidaknyamanan dada (bukan rasa sakit yang menekan), sesak napas, kelelahan, gangguan pencernaan atau mual, sakit punggung atau leher. Angiografi tidak efektif untuk mendiagnosis penyakit mikrovaskular. Uji latih jantung (tes treadmill) juga kurang sensitif bagi wanita. Wanita cenderung tidak diresepkan obat-obatan yang dibutuhkan seperti obat tekanan darah atau penurun kolesterol setelah serangan jantung.
Solusi dan tindakan
Apa yang harus dilakukan untuk menghadapi hal ini? Bagi yang tidak memiliki keluhan terkait jantung, pertama, skrining kesehatan. Wanita yang sekitar usia menopause sebaiknya memeriksakan diri untuk dicek kondisi kesehatannya secara berkala setahun sekali. Kedua, menjaga aktivitas fisik dan latihan rutin. Ketiga, menjaga pola makan. Ketiga, menjaga berat badan. Keempat, jaga tekanan darah. Kelima jaga gula darah dan kolesterol.
Baca juga: Muhammadiyah Menyongsong Musyawarah Wilayah
Bagi yang sudah memiliki penyakit jantung: harus mengubah gaya hidup, berobat rutin. Mungkin sebagian kasus memerlukan tindakan baik intervensi invasif seperti pasang cincin jantung (stent) atau pembedahan, misalnya operasi bypass. Setelah tindakan tersebut sebaiknya mengikuti program rehabilitasi jantung sampai tuntas, agar bisa mengoptimalkan dosis olahraga, lebih memahami tentang penyakitnya, dan obat-obatan yang dikonsumsi.
Secara rentang usia, saat berumur di bawah 17 tahun, penyakit jantung yang sering terjadi pada wanita adalah penyakit jantung bawaan (misalnya ASD, VSD, PDA) dan penyakit jantung rematik (membuat katup jantung jadi bocor atau melengket). Ketika usia reproduktif, yang harus diwaspadai saat hamil adalah preeklampsia (hipertensi) dan peripartum cardiomyopathy (gagal jantung di sekitar waktu persalinan). Sedangkan ketika usia menopause, maka hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner, stroke dan gagal jantung yang sering terjadi.
Perlu diketahui kalau fase menopause tidaklah menyebabkan penyakit JPD. Tetapi pada fase ini terjadi peningkatan insiden penyakit JPD pada wanita. Sehingga memperhatikan kesehatan pada fase ini sangatlah penting. Kebanyakan serangan jantung dan stroke dapat dicegah melalui edukasi dan perubahan gaya hidup, seperti lebih banyak bergerak, lebih pintar memilih makanan, dan mengendalikan tekanan darah.
Semoga pada peringatan Hari Wanita Indonesia yang jatuh setiap tanggal 9 Maret menjadikan wanita Aceh dan Indonesia umumnya bisa lebih waspada terhadap bahaya penyakit jantung. Salam jantung sehat! <mridwan@unsyiah.ac.id>
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.