Stunting di Indonesia

‘Cukup Dua Telur’ untuk Cegah Stunting Dikampanyekan BKKBN dan Tribun Network

"Jarak kelahiran yang pendek bisa berisiko terhadap stunting hingga kematian bayi. Ini harus dijaga," ujarnya.

|
Editor: mufti
SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kick Off Semesta Mencegah Stunting bersama 33 provinsi lainnya se-Indonesia. Kick Off Semesta Mencegah Stunting di Aceh dilaksanakan bersamaan dengan talkshow di Studio Serambinews, Selasa (21/3/2023). 

Menurutnya, ide dua anak cukup sudah digaungkan dari era Soekarno sejak tahun 1970-an. Dan saat ini menjadi tanggung jawab generasi muda untuk melanjutkan pembatasan kelahiran. "Gerakan tahun 1970 itu sukses, kalau tidak sukses maka Indonesia mungkin sudah punya populasi 500 juta penduduk," ucap Dahlan.

Dia menambahkan, peran BKKBN menjadi penting, menyadarkan seluruh penduduk untuk tidak memiliki anak lebih dari dua anak. "BKKBN salah satu lembaga yang paling sukses membentuk struktur keluarga hingga hari ini," ujarnya.

Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDIP, Krisdayanti, mengatakan, persoalan stunting sejatinya bukan hanya pekerjaan BKKBN saja. Menurutnya, Komisi IX DPR mendorong melalui sosialisasi, komunikasi, dan edukasi agar prevalensi stunting dapat terus ditekan. “Kami bergerak bersama bahwa mengonsumsi dua telur cukup dibandingkan mie instan atau cilok karena sekarang juga lagi tren makanan cepat saji,” ucapnya.

Ia pun menganjurkan untuk para ibu sejak 270 hari pertama untuk mengonsumsi protein hewani, salah satunya telur. Krisdayanti juga menganjurkan para ibu mengonsumsi makanan dengan nutrisi yang baik dan tercukupi.  "Tentunya tidak bisa sebentar. Perlu secara berkala melakukan sosialisasi. Mudah-mudahan dengan sosialisasi (kita) bisa bergerak menurunkan stunting hingga 14 persen," tutupnya.

Waaster Kasad Bidang Tahwil Komsos Dan Bhakti TNI, Yudianto Putrajaya, mengatakan, TNI terus mendukung program penurunan prevalensi angka stunting di Indonesia. Bahkan, sebutnya, KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurrahman mengatakan kalau bisa prevalensi angka stunting turun hingga 10 persen.

Brigjen Putrajaya juga menyebut untuk menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia harus dilakukan secara bersama-sama dan gotong royong. Jajaran TNI AD lanjut Putrajaya sudah melakukan upaya menurunkan angka prevalensi stunting di 15 Pangdam dan 47 Korem serta 342 Kodim dan 3667 Koramil seluruh Indonesia. (tribun network/ais/nas/wly)

BKKBN Aceh Sematkan Jaket ke Kakak Asuh

SEMENTARA itu, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Aceh, Drs Sahidal Kastri MPd, dan Pemimpin Perusahaan (PP) Serambi Indonesia, Mohd Din, menyematkan jaket kakak asuh kepada dua orang.

Jaket kakak asuh tersebut disematkan kepada Lazuardi dan Nahrawi Noerdin saat Kick Off Semesta Mencegah Stunting di Aceh bersamaan dengan talkshow di Studio Serambinews, Selasa (21/3/2023). Kemudian dilanjutkan dengan penandatangan MoU antara BKKBN Aceh dan Serambi Indonesia.

Penandatangan MoU juga dilakukan oleh Kepala BKKBN Dr (HC) dr Hasto Wardoyo SpOG (K) dan CEO Tribun Network, Dahlan Dahi, di Studio Kompas TV, Jakarta, pada Selasa (21/3/2023). Penyematan jaket untuk kakak asuh anak stunting ini serentak dilaksanakan di Jakarta dan di 33 provinsi di Indonesia.

Kakak asuh dari berbagai daerah di Indonesia bisa menyumbangkan sebagian dananya untuk pembelian telur dalam rangka pemenuhan kebutuhan nutrisi anak-anak selama enam bulan. Kakak asuh itu nantinya bisa menyumbangkan dana senilai Rp 120 ribu tiap bulan atau kurang lebih Rp 1 juta untuk enam bulan yang akan dikonversi menjadi telur.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Aceh, Drs Sahidal Kastri MPd, mengatakan, stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai sejak masih janin. Stunting, menurutnya, juga bisa terjadi karena penyakit infeksi yang berulang-ulang ketika janin masih dalam rahim.

Hal ini mengakibatkan gangguan kecerdasan hingga terganggunya metabolisme dalam tubuh yang membuat anak mudah sakit. Selanjutnya, kata Sahidal, anak yang mengalami stunting secara ukuran tidak sesuai dengan ukuran anak yang sebayanya.

"Stunting ini mengakibatkan, sudah pendek, pintar juga tidak dan mudah terserang penyakit," ucap Sahidal Kastri dalam program Kick Off Semesta Mencegah Stunting yang dipandu  Suhiya Zahrati selaku host di Studio Serambinews, Selasa (21/3/2023). "Tiga hal ini yang mengakibatkan terganggunya sumber daya manusia kita," tambahnya.

Kepala Perwakilan BKKBN Aceh itu juga menyampaikan, angka stunting di Aceh masih tinggi berdasarkan data dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI). Data SSGBI tahun 2021 menyebutkan, Aceh menduduki rangking tiga nasional sebesar 33,2 persen. Kemudian, hasil SSGBI tahun 2022, Aceh berhasil menurunkan 2 persen yakni 31,2 persen angka stunting di provinsi paling barat Indonesia ini.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved