Berita Lhokseumawe

Warga Minta Area Makam Putroe Neng Tidak Dijadikan Lahan Stasiun Kereta Api

Alasan mempertahankan lahan ini dikarenakan ini adalah tanah adat, area makam Putroe Neng yang merupakan tempat bersejarah.

Penulis: Zaki Mubarak | Editor: Taufik Hidayat
Foto Kiriman Warga
Lokasi makam Putroe Neng, yang berada di Dusun Arongan, Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Rabu (29/3/2023) 

Laporan Zaki Mubarak | Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE – Warga meminta lahan area makam Putroe Neng yang berada di Dusun Arongan, Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe jangan dijadikan sebagai lahan stasiun kereta api (KA). 

Kepala Desa Blang Pulo Kecamatan Muara Satu, Haji Syah Ahmad mengatakan, tanah area makam Putro Neng merupakan tanah adat milik masyarakat. Dan tanah tersebut dulunya hanya rawa-rawa yang kemudian dirawat dan dibersihkan hingga saat ini. 

“Yang saya tahu ini adalah tanah nenek moyang kita, dan sekarang hendak diambil untuk dijadikan sebagai tempat stasiun kereta api, maka kepada pihak terkait saya meminta membawa surat dasar untuk kita lihat sama-sama,” kata Haji Syah, Rabu (29/3/2023).

Ia menambahkan, dalam proses pengambilan lahan ini, pihak warga telah lima kali meminta surat dasar tersebut.

Namun hingga saat ini belum ada tanggapan apapun. Lanjutnya, alasan mempertahankan tanah ini dikarenakan ini adalah tanah adat area makam Putroe Neng yang merupakan tempat bersejarah.

Selanjutnya area makam Putroe Neng selama ini ada yang berkunjung ke tempat tersebut meski tidak terdapat tempat duduk atau parkir. 

“Sekarang hanya ada makamnya saja, nanti ketika pengunjung jauh datang tidak ada tempat duduk ataupun lainnya, terlebih ini disamping jalan raya, dan rencana kami nanti itu akan kami buatkan sebuah balai untuk orang yang hendak melakukan shalat, makanya kami meminta ini dipertimbangkan kembali, dan kami minta surat dasar itu terlebih dahulu,” ujarnya.

Sementara itu, penjaga makam Putroe Neng, Sulaiman mengatakan, pengembangan situs sejarah makam Putroe Neng hingga saat ini banyak ramai warga yang berkunjung, baik itu dari Aceh maupun luar Aceh.

“Dan rata-rata pengunjungnya adalah mahasiswa, kami juga tidak meminta biaya masuk kepada siapapun yang berkunjung. Jika hendak memberikan itu lebih ke pribadi masing-masing,” jelas Sulaiman.

Sulaiman menambahkan, terkait dengan pemeliharaan, hingga saat ini tidak ada sedikitpun dari pihak pemerintah, untuk cat pagar dan lainnya itu dari pribadi. Termasuk perbaikan. 

“Honorarium penjaga makam dimulai sejak 2012 hingga 2017 tidak ada lagi dimana saat itu yang menjaga adalah ayah saya serta sudah meninggal, dan saat itu di tahun 2017 saya mengajukan kembali ke kantor dinas. Alhamdulillah sekarang sudah ada lagi dengan pengambilan tiga bulan sekali, dan sebulannya itu Rp300 ribu. Tetapi sekarang sudah 7 bulan tidak ada lagi. Katanya sudah dialihkan ke sekolah,” tutupnya.(*)

Baca juga: Viral! Bawa Oleh-Oleh Makanan Rp300 Ribu Tapi dikenakan Pajak Bea Cukai Rp600 Ribu, Begini Ceritanya

Baca juga: Paket Combo THR Plus Tukin 50 Persen ke ASN Dibayar H-10 Lebaran, Ini Penjelasan Lengkap Sri Mulyani

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved