Ramadhan Mubarak
Apakah Malam Qadar Itu?
Malam itu (nilainya) lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur sega
Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA, (Ketua Dewan Pengawas Syariah Bank Aceh)
Salah satu keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadan adalah adanya lailatul qadar. Kata lailat berarti malam, dan sedangkan kata qadar mengandung arti penentuan, penetapan dan kemuliaan. Ulama tafsir memaknai kandungan kata qadar dengan penetapan dan penentuan terhadap sesuatu, karena pada malam qadar (lailatul qadar), Allah Swt akan tetapkan dan tentukan nasib/takdir seorang manusia dan nasib suatu kaum (bangsa). Sedangkan, kata qadar ditafsirkan dengan makna kemuliaan, karena pada malam qadar (lailatul qadar) Allah Swt turunkan Alquran yang memiliki nilai kemuliaan dan keagungan, sebagai petunjuk bagi manusia (hudan linnas).
Keberadaan lailatul qadar dalam bulan Ramadan diperoleh dari penjelasan Alquran dalam surah al-Qadar ayat: 1-5, Surah al-Baqarah ayat: 185 dan surah al-Dukhan ayat-3-4. Dalam surah al-Qadar ayat: 1-5, Allah Swt berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu? Malam itu (nilainya) lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”.
Dalam surah al-Qadar, hanya disebutkan bahwa Alquran diturunkan pada malam qadar, dan tidak disebutkan bahwa lailatul qadar itu terdapat dalam bulan Ramadan. Penjelasan bahwa Alquran diturunkan pada bulan Ramadan, terdapat dalam firman Allah Swt yang artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk-petunjuk itu, serta sebagai pembeda…”
Bahkan penjelasan lebih kongkrit lagi mengenai malam qadar terdapat dalam surah al-Dukhan ayat 3-4 yang artinya: “Sesungguhnya kami yang menurunkannya (Alquran) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberikan peringatan. Pada malam itu ditetapkan segala urusan yang penuh hikmah”.
Dari kandungan surah al-Qadar ayat: 1-5 dan surah al-Dukhan ayat: 3-4 dapat diketahui ciri dan sifat dari lailatul qadar. Ciri dan sifat lailatul qadar itu adalah malam diturunkannya Alquran, malam yang terdapat di bulan Ramadan, malam yang lebih baik dari seribu bulan, malam yang malaikat dan ruh (Jibril) turun ke bumi, malam sejahtera, malam Allah Swt memberikan pesan dan peringatan akan suatu perkara penting, dan pada malam tersebut akan ditetapkan perkara setiap hamba-Nya.
Atas dasar sifat-sifat tersebut pula, lailatul qadar sesuai dengan pesan surah al-Dukhan ayat 3-4, diartikan dengan malam penentuan takdir dan tadbir. Pada malam tersebut ditetapkan perkara dengan bijaksana, nasib seseorang, dan nasib bangsa-bangsa pada tahun mendatang. Kadang-kadang kata qadar diartikan dengan posisi kemuliaan, sehingga lailatul qadar bermakna malam kemuliaan, sesuai dengan kandungan surah al-Qadar ayat: 3, karena pada malam itu diturunkan Alquran yang sangat mulia dan tinggi nilainya.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa lailatul qadar berarti malam yang sempit, karena pada malam tersebut bumi menjadi sempit disebabkan turunnya malaikat ke bumi. Lailatul qadar juga dinamakan malam yang diberkati, karena pada malam itu Allah Swt, menurunkan kebaikan, barakah, dan ampunan Allah Swt.
Hikmah lailatul qadar dipahami ulama dari kandungan firman Allah Swt dalam surah al-Qadar ayat: 3 yang artinya: “Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan”. Menurut ulama, ayat ini mengandung maksud bahwa beramal pada malam tersebut dengan shalat, membaca Alquran dan amal salih lainnya lebih utama dan lebih besar pahalanya daripada amalan seribu bulan di bulan lainnya (bulan yang di dalamnya tidak terdapat lailatul qadar).
Dalam sejumlah hadis, Nabi Saw berpesan bahwa: “Barangsiapa yang beribadah pada malam qadar (lailatul qadar) karena iman dan mengharapkan keridaan Allah Swt, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. Pada hadis lain, Nabi Saw juga tegaskan bahwa: “Carilah lailatul qadar itu pada sepuluh terakhir bulan Ramadan”. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan: “bahwa lalilatul qadar terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh terakhir bulan Ramadan”.
Malam-malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadan, dapat dimulai malam 21, malam 23, malam 25, malam 27 atau malam 29, namun tidak dapat dipastikan pada malam ke berapakah terjadinya lailatul qadar. Oleh karena itu, Nabi Saw memberikan contoh teladan kepada umatnya untuk giat beribadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadan dengan sembari berdo’a ; “Allahumma innaka ‘afuwun, tuhibul ‘afwa wa’fu anni (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan suka memberikan maaf, maka maafkanlah aku)”.
Berdasarkan teladan Nabi Saw ini, mari kita tingkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita di bulan suci Ramadan, terutama pada sepuluh terakhir, sehingga kita berharap bertemu dengan lailatul qadar tahun 1444 H. Wallahu ‘alam
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.