Opini
Mencari Malam Lailatul Qadar
Dianjurkan untuk mencari malam Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan memperbanyak ibadah padanya dengan shalat tarawih, tahaju
Dr Muhammad Yusran Hadi Lc MA, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Syiah Kuala Banda Aceh, Dosen Fiqh dan Ushul Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia
DI antara keutamaan bulan Ramadhan yaitu adanya malam Lailatul Qadar. Keutamaan malam ini adalah nilai pahala ibadah padanya lebih baik daripada seribu bulan atau lebih kurang delapan puluh tiga tahun. Allah ta'ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatul Qadr. Dan tahukah kamu lailatul Qadr itu? Lailatul Qadr itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Al-Qadar: 1-3).
Nabi saw bersabda: “Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang (ibadah padanya) lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa dihalangi kebaikan malam ini, maka sungguh ia terhalang dari mendapatkan kebaikan tersebut (yaitu sangat merugi)”. (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).
Oleh karena itu, kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan melakukan itikaf (berdiam diri di masjid untuk beribadah) pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, dalam rangka mencari Lailatul Qadar mengikuti sunnah Rasul shallahu 'alaihi wa sallam.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: “Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir (dari bulan Ramadhan), Nabi menghidupkan waktu malam beliau, membangunkan keluarga beliau (untuk beribadah), bersungguh-sungguh (dalam beribadah) dan mengencangkan ikat pinggang (yakni tidak melakukan hubungan suami istri).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Makna Lailatul Qadar
Para ulama berbeda pendapat mengenai makna Lailatul Qadar. Menurut sebahagian ulama, makna Lailatul Qadar adalah malam kemuliaan. Dinamakannya dengan malam kemuliaan karena keagungan kedudukan, kemuliaan dan ketinggian malam ini di sisi Allah ta’ala. Karena Dia menurunkan Alquran yang memiliki kemuliaan, dengan perantara malaikat yang memiliki kemuliaan, atas umat yang memiliki kemuliaan. Maka umat Islam menjadi mulia dan mempunyai kedudukan yang tinggi dengan turun Alquran.
Maka datangnya malam Lailatul Qadar pada setiap tahun untuk mengingatkan umat Islam bahwa jika umat ingin kemuliaan dan kedudukan yang tinggi, maka umat wajib kembali kepada Alquran dan menjadikannya sebagai manhaj (pedoman hidup).
Sebahagian ulama lain berpendapat bahwa maknanya adalah malam ketetapan. Dinamakan malam Lailatul Qadar dengan malam ketetapan karena pada malam ini semua amalan manusia dan lainnya selama setahun ditetapkan berdasarkan firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah." (Ad-Dukhan: 3-4).
Ibnu Qutaibah menjelaskan makna Lailatul Qadr dalam ayat di atas, “Makna al-Qadr adalah al-qadar (ketetapan). Maka makna Lailatul Qadar adalah malam yang ditetapkan hukum-hukum (ketetapan-ketetapan) Allah dalam setahun.." Ada juga yang berpendapat al-Qadr itu bermakna adh-dhaiq berarti sempit. Maka makna malam Lailatul Qadr adalah malam yang sempit.
Maksudnya malam yang bumi menjadi sempit dengan turunnya para malaikat. Makna ini diperkuat dengan ayat, “Namun, apabila Tuhan mengujinya, lalu membatasi rezekinya,” (Al-Fajr: 16). Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani -rahimahullah- berkata, “Para ulama berbeda pendapat dalam maksud Al- yang disandarkan kepada Lailah Qadr(malam).
Ada ulama yang berpendapat maksudnya at-ta’zhim (pengagungan) sebagaimana firman Allah ta’ala, “Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya…” (Al-An’am: 91). Maknanya adalah malam yang mempunyai keagungan karena padanya turun Alquran, atau karena padanya terjadi turunnya para malaikat, atau karena padanya turun keberkahan, rahmat dan maghfirah, atau apa yang dihidupkan (ibadah) padanya menjadi mulia.
Ada juga ulama yang berpendapat maknanya at-tadhyiq (penyempitan), sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan orang yang terbatas rezkinya” (Ath-Thalaq: 7). Makna ath-thadyiq padanya (malam ini) adalah tersembunyinya malam ini dari pengetahuan secara pastinya, atau karena dunia sempit padanya dengan para malaikat (yang turun ke bumi). Ada juga yang berpendapat bahwa al-Qadr di sini dengan fathah dal (al-qadar) yang bermakna sama dengan al-qadha’ (ketetapan).
Maknanya, pada malam ini ditetapkan hukum-hukum tahun itu sebagaimana firman Allah ta’ala, “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (Ad-Dukhan: 4).
Dengan inilah imam An-Nawawi memulai perkataannya, ia berkata, “Para ulama telah berkata, dinamakan Lailatul Qadr karena para malaikat menulis ketetapan-ketetapan sebagaimana firman Allah ta’ala, “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh.” (Ad-Dukhan: 4). Dan diriwayatkan dengan makna ini oleh Abdurrazaq dan lainnya dari para ulama tafsir dengan sanad-sanad yang shahih dari Mujahid, Ikrimah, Qatadah, dan lainnya.” (Fathul Bari: 4/390).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.