Ramadhan Mubarak
Gaya Hidup Alumni Puasa Ramadhan
Gaya hidup adalah pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain
Dr. Muhammad Yasir Yusuf, MA, (Anggota Dewan Pengawas Syariah Bank Aceh)
Gaya hidup atau lifestyle dapat diartikan sesuatu yang memiliki karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan seseorang atau suatu masyarakat tertentu. Gaya hidup adalah pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Membeli dan memakai merek tertentu, minum kopi pada cafe-cafe tertentu, cara berbelanja di mall-mall tertentu, penampilan dan pakaian seseorang menunjukkan gaya hidup (lifestyle) seseorang.
Puasa Ramadhan telah mendorong Muslim untuk setidaknya mengubah pola makan, perilaku, sikap, dan cara hidup yang berbeda jauh dengan kehidupan di luar Ramadhan. Gemar shalat berjamaah di masjid lalu dilanjutkan dengan membaca Alquran, saling memberikan takjil berbuka, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, mampu mengelola amarah, menahan diri dari yang bisa membatalkan puasa telah dan sedang kita lalui sampai akhir bulan Ramadhan. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mendapatkan derajat takwa.
Allah menyebutkan bahwa takwa itu adalah pakaian, Allah berfiman: “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat (Al A’raf 26). Sayyid Quthb menafsirkan penggalan ayat tersebut mengutip pendapat Abdur Rahman bin Aslam yang berkata, “Bertakwa kepada Allah lalu menutup auratnya, dan itulah pakaian takwa”.
Ada korelasi antara pensyariatan pakaian oleh Allah untuk menutup aurat dan perhiasan dengan takwa. Keduanya sama-sama pakaian. Takwa menutup aurat hati dan menghiasinya, sementara pakaian menutup aurat tubuh dan menghiasinya. Hubungan keduanya sangat erat. Tafsir Al-Maraghi menyebutkan, bahwa pendapat yang masyhur di kalangan tabi’in yang dimaksud Libasut-taqwa adalah pakaian ma’nawi, bukan pakaian kongkrit. Pakaian takwa yang berarti iman dan amal shaleh karena iman dan amal shaleh itu lebih baik dari perhiasan-perhiasan pakaian.
Ramadhan adalah pintu gerbang untuk mengubah pola hidup kita menuju manusia paripurna pasca Ramadhan. Ramadhan adalah titik tolak kembali ke fitrah sejati manusia Muslim. Ramadhan membangun komitmen ketaatan seumur hidup, sepanjang masa, dan sepanjang hayat dikandung badan. Para ulama mengatakan bahwa ciri Ramadhan yang mabrur/maqbul adalah apabila kondisi ketaatan kita lebih baik dibandingkan sebelum kita berpuasa.
Gaya hidup para alumni puasa Ramadhan adalah pertama, merasakan kehadiran Allah SWT dalam setiap tindak-tanduk/perilaku keseharian. Ramadhan mengajarkan manusia untuk merasakan kedekatan dengan Allah. Bisa menahan untuk tidak makan, menekan amarah dan berlaku jujur ketika berpuasa karena merasa Allah melihat dan mengetahui apa yang dilakukan.
Kedua, tidak berlebih-lebihan, tidak pelit dan moderat dalam setiap kebutuhan yang diperlukan, Ramadhan mengajarkan kita untuk mengelola hawa nafsu.
Ketiga, halal lifestyle. Allah berfirman: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Al Baqarah: 168). Allah memerintahkan setiap Muslim untuk memakan makanan yang bukan cuma halal, tapi juga baik (halalan thayyiban).
Perintah ini bukan tidak mempunyai tujuan, bahkan perintah ini disejajarkan dengan bertakwa kepada Allah. Dalam surat al-Maidah; 88, Allah mengatakan “dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya”.
Sebagai seorang Muslim, halal menjadi gaya hidup penting dalam menentukan berbagai keputusan. Itu yang diajarkan selama puasa. Berpuasa dari yang halal saja bisa, maka sepatutnya meninggalkan yang jelas-jelas keharamannya mesti dilakukan karena itu adalah standar orang-orang yang bertaqwa.
Keempat, orientasi hidup adalah Ibadah dan pengaulan hidup menjunjung ketinggian akhlak. Shalat, zakat, puasa, dan haji hanyalah ritual ibadah wajib, namun sesungguhnya merupakan sarana menuju perbaikan akhlak sesuai misi Rasulullah SAW. Maka, sungguh naif seorang Muslim yang sudah melaksanakan ibadah puasa, shalat, tahajjud, iktikaf, membaca Alquran dan lain-lain, tapi perilakunya masih jauh dari nilai-nilai akhlak Islami.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.