Prof Humam Hamid Minta Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah Cabut Kecaman Soal Kasus Jumat Agung UTU

Prof Humam meminta agar Ahmad Basarah segera mencabut dan meminta maaf kepada publik Aceh atas sikapnya yang mengkritik dan seolah memojokkan Aceh.

|
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Prof Humam menilai, keempat mahasiswa tersebut tak tahu apa yang mereka tulis, apalagi makna Jumat Agung kristiani itu.

Di samping itu sambungnya, tindakan sang rektor menasehati mahasiswanya untuk memberitahukan sikap "kelayakan" komunitas lokal juga sebuah upaya penting untuk membuat mahasiswanya lebih paham tentang penghormatan terhadap perasaan publik lokal dalam kehidupan keragaman.

Sementara jika dilihat dari kecaman yang dilontarkan Ahmad Basarah pada portal berita online nasional, Prof Humam menilai hal itu sangat terkesan memojokkan rektor UTU dan sekaligus menyinggung perasaan rakyat Aceh, terutama Aceh Barat yang terkenal keislamannya yang tak tahu dan tak mempraktekkan kehidupan toleransi dan keberagaman.

"Basarah mungkin tak tahu atau tak mau tahu tentang Aceh Barat, dengan penduduk sekitar 198,000 jiwa, dengan jumlah pemeluk kristen 0,23 presen mempunyai 3 gereja, yakni gereja Katholik, gereja GMII, dan gereja methodist. Di samping itu di UTU sendiri juga ditemui mahasiswa yang beragama kristen-katholik, baik dari dalam maupun dari luar negeri."

Baca juga: MIFA Goes To Campus Digelar di Prodi Teknik Industri FT-UTU, Meriahkan Peringatan Bulan K3 Nasional

Ingin Memaksakan Toleransi 

Di sisi lain, Prof Humam menilai di saat Ahmad Basarah mengkritik kasus Jumat Agung UTU, justru hal ini terkesan bahwa sosok penting itu hendak memberikan kuliah tentang toleransi beragama kepada masayrakat Aceh.

"Ia seolah ingin “memaksakan” model toleransi yang berlaku di banyak tempat di Indonesia, terutama di Jakarta dapat diterapkan di Aceh," kata Prof Humam.

Padahal jika ditilik lebih jauh, di setiap daerah memiliki aturan masing-masing yang harus dihargai dan jangan diganggu gugat.

"Ia lupa setiap daerah punya kekhususan sosiologis yang mesti dihayati dan dihargai, jika rumah kebangsaan ingin kokos dan berlanjut. Apakah kehidupan bergama di Aceh diskriminatif? Sama sekali tidak, hanya saja ada beberapa “muatan lokal” yang jangan diganggu," tegas Prof Humam.

Terakhir, Prof Humam meminta agar Ahmad Basarah segera mencabut dan meminta maaf kepada publik Aceh atas sikapnya yang mengkritik dan seolah memojokkan Aceh.

Prof Humam menegaskan bahwa UTU adalah sebuah universitas baru yang sedang berjuang keras untuk menjadi salah satu kampus terbaik di wilayah Barat Sumatera.

Baca juga: Universitas Teuku Umar Wisuda 699 Sarjana, Ini Pesan Rektor UTU

Jangan hanya karena ucapan Ahmad Basarah sehingga orang menganggap buruk calon mahasiswa dan orang tuanya tentang UTU, terlebih pada Aceh umumnya.

"Masyarakat pantai Aceh Barat menaruh harapan besar kepada UTU. Jangan sempat ucapan Basarah dilihat sebagai ekspresi pandangan partainya dalam melihat UTU, dan melihat toleransi rakyat Aceh secara keseluruhan. Sebaiknya Basarah minta maaf dan menyesali tindakannya," pungkas Prof Humam.

(Serambinews.com/Firdha Ustin)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved