Berita Luar Negeri

Warga Sudan Hadapi Keputusan Sulit saat Perang Saudara Meluas: Bertahan atau Melarikan Diri   

Kondisi mengerikan telah memicu eksodus massal dan mengubah Khartoum – kota ramai berpenduduk lima juta yang kini terasa seperti kota hantu. 

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
AFP
Asap tebal mengepul di atas gedung-gedung di sekitar bandara Khartoum pada 15 April 2023, di tengah bentrokan di ibu kota Sudan. Ledakan mengguncang ibu kota Sudan pada 15 April ketika paramiliter dan tentara reguler saling menyerang pangkalan satu sama lain, beberapa hari setelah tentara memperingatkan negara itu berada pada titik balik yang "berbahaya". 

Dania Atabani, 23, mengatakan bahwa orang tua, bibi dan sepupunya semua meninggalkan kota, namun dia telah memutuskan untuk tinggal dan merawat kakek neneknya dan membantu sebisanya. 

Dia berkata bahwa sekarang dia hampir tidak bisa mengenali kotanya, yang pernah menjadi sumber dari begitu banyak kenangan dan denyut nadi gerakan pro-demokrasi nasional. 

“Khartoum berubah dari kota di mana kami akan membersihkan luka [orang] dari gas air mata, menjadi sekarang memberikan [orang] CPR dan mencoba menghentikan mereka dari pendarahan [sampai mati],” kata Atabani. 

“Saya rindu menjadi wanita normal berusia 23 tahun dengan mimpi dan tidak melarikan diri [dari] tank, sementara dalam kebutuhan konstan untuk menyelamatkan nyawa orang,” tambahnya. 

Baca juga: Situasi Sudan Makin Memburuk Sejumlah Negara Mulai Evakuasi Warganya

Anak muda lainnya seperti Sammer Hamza yang berusia 26 tahun masih ragu-ragu apakah akan pergi atau tinggal. Bentrokan terus meningkat di daerahnya, membuatnya berbahaya untuk keluar. 

Tetapi bahkan jika sudah aman untuk melarikan diri, dia berkata bahwa meninggalkan rumahnya – dan kota – akan menjadi pilihan tersulit yang pernah dia buat. 

“Saya tidak ingin meninggalkan rumah saya, sungguh,” katanya kepada Al Jazeera, sambil menahan air mata di telepon. 

 “Saya berharap [perang] tidak akan pernah terjadi di Sudan. Saya berharap [perang] tidak akan pernah terjadi di Khartoum.” (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved