Berita Abdya

Harga TBS Sawit Merosot Tajam Jadi Rp 1.750/Kg

Harapan kita pemerintah harus melihat persoalan penurunan harga TBS ini sebagai persoalan serius yang perlu cepat mengambil langkah-langkah penting

Editor: mufti
FOR SERAMBINEWS.COM
Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh, Fadhli Ali 

Ini sebagai persoalan serius yang perlu cepat diambil langkah-langkah penting oleh pemerintah untuk mengembalikan harga pada tingkat petani di sekitar 2.500-2.800/Kg. Fadhli Ali, Sekretaris Apkasindo Aceh

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit saat ini merosot tajam. Harga pembelian di tingkat perusahaan di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) berkisar Rp 1.730 sampai Rp 1.750/Kg dari harga sebelumnya yang sempat bertahan Rp 2.050/Kg.

"Harga TBS di PT Samira untuk tanggal 3 Mei 2023 Rp 1.730/Kg, sedangkan di harga pembelian di PT Mon Jambe per 3 Mei 2023 Rp 1.750/Kg. Dengan harga tersebut maka harga pembelian di tingkat petani Rp 1.480/Kg," kata Ikhsan Jufri, salah seorang Supplier TBS Kelapa Sawit di Abdya kepada Serambi, Rabu (3/5/2023).

Diberitakan sebelumnya, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dalam dua bulan terakhir ini dilaporkan merosot tajam, dari harga sebelumnya turun Rp 750 hingga Rp 750/Kg di tingkat petani. Informasi tersebut disampaikan Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh, Fadhli Ali kepada Serambi, Senin (1/5/2023).

"Harapan kita pemerintah harus melihat persoalan penurunan harga TBS ini sebagai persoalan serius yang perlu cepat mengambil langkah-langkah penting untuk mengembalikan harga pada tingkat petani di sekitaran 2.500-2.800/Kg," harap Fadhli Ali.

Diungkapkannya, saat ini produksi TBS tingkat petani di Aceh baru saja mulai kembali normal. Dan itu juga belum sepenuhnya normal. Sebagaimana diketahui,  petani sawit dalam 6 bulan terakhir menghadapi masa trek atau masa produksi rendah karena pengaruh agroklimak.

"Baru satu bulan terakhir sebagian kecil sudah mulai kembali berangsur normal produksi buahnya. Terutama pada kebun-kebun milik petani yang memiliki perawatan yang bagus, pemupukan yang baik. Tetapi untuk diketahui, jauh sebelumnya, pada tahun lalu harga TBS jeblok pada tingkat harga terendah akibat kebijakan pemerintah yang membuat kebijakan larangan ekspor CPO dan produk turunannya," kata Fadli.

Pada saat itu, lanjutnya, sebagian besar kebun milik petani sudah tidak terawat secara baik. Sebagian besar juga sudah tidak dipupuk karena harga pupuk pada saat itu mahal, sementara di sisi lain harga TBS murah. Dalam situasi demikian, lanjutnya, setelah pencabutan larangan ekspor harga TBS merangkak naik sangat pelan atau perlahan.

"Dan itu juga belum harga sepenuhnya normal atau kembali mencapai harga yang tinggi seperti sebelum diberlakukan kebijakan larangan ekspor, dimana harga TBS saat itu di atas Rp 3000 di petani, bahkan ada yang sudah mencapai Rp 3.600-3.800/kg," ulasnya.

Sayangnya, lanjut Fadli Ali, pada saat yang sama, ketika harga mulai kembali berangsur  secara pelan membaik petani dihadapkan pada musim trek. Artinya, kebun-kebun milik petani masih banyak yang belum diusahakan secara maksimal, pemeliharaan dan pemupukan masih belum dilakukan secara baik. "Pendapatan petani sawit masih jauh di bawah pendapatan sebelum diberlakukan kebijakan larangan ekspor," terangnya(tz)

Apkasindo Aceh Kaitkan dengan Politik

Dikatakan Fadli Ali, saat ini Indonesia sudah dihadapkan pada tahun politik. Di kalangan petani dan pemerhati masalah perkelapasawitan mulai mengkait-kaitkan persoalan harga TBS dengan Pilpres dan Pileg.

"Muncul selentingan pendapat-pendapat yang menganalisis bahwa jika pemerintah utamanya pada level pusat tidak netral dalam agenda politik nasional atau mendukung (endors) calon tertentu, maka makin pesimis harga TBS akan kembali melampaui harga Rp 3.000/Kg. Pasalnya oligarki kelapa sawit yang tidak lain adalah para konglemerat perlu menyisihkan sebagian keuntungan mereka untuk berpartisipasi dalam agenda politik terutama untuk mendukung calon yang diendors oleh penguasa," bebernya.

Analisis dan kecurigaan bakal ada korelasi harga TBS dan CPO yang cenderung rendah pada tahun 2023 hingga usai Pilpres menurutnya akan terbantahkan jika pemerintah mampu membuktikan bahwa harga TBS akan segera kembali membaik.

"Karenanya, kami meminta pemerintah memperhatikan persoalan penurunan harga TBS ini sebagai masalah serius. Perlu langkah-langkah penting dan strategis untuk mengembalikan harga pada tingkat petani setidaknya di sekitaran Rp 2.800 atau Rp 2.500/Kg. Karena harga pembelian di tingkat petani saat ini sekitar Rp 1.500/Kg," pungkas Fadli Ali.(tz)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved