Opini

Meraih Kebahagiaan Menurut Indatu

Orang-orang tua Aceh tempo dulu (indatu), antara lain, menggunakan sejumlah pepatah sebagai nasehat agar generasi penerusnya menempuh jalan kehidupan

Editor: mufti
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Prof Dr Jarjani Usman MSc MS, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Ar Raniry. 

Bisa jadi, saat itu, Aceh sedang tidak baik-baik saja; Aceh sering dilanda perang berkepanjangan, sehingga perlu berhemat dalam hidup ini, terutama dalam hal memakan ikan.  Namun dalam makan nasi, itu tidak apa-apa banyak, karena rata-rata masyarakat agraris bisa menghasilkan sendiri. Namun demikian, masyarakat diharapkan untuk sangat memperhatikan upaya untuk menuntut ilmu dunia dan akhirat sekaligus.

Pepatah keempat, “meunyo hana tausaha, panee teuka rhet di manyang; meunyo na tausaha, adak han kaya hudep seunang.”  Pesan ini bisa diterjemahkan menjadi “Bila tidak berusaha (untuk meraih kebutuhan hidup), mana mungkin jatuh dari langit; kalau kita telah berusaha, walaupun tidak kaya, hidup bisa senang.”

Kiranya indatu ingin berpesan agar tidak bertopang dagu dalam hidup ini.  Harus ada usaha-usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup dan bahkan meraih kekayaan secara halal yang terus-menerus agar meraih kebahagiaan hidup. Tugas kita adalah berusaha, Allah lah yang menentukan.

Banyak diabaikan

Masih berkaitan dengan pepatah keempat, ada pepatah kelima, “Panglima but: ibadat; panglima hareukat: meugo.”  Itu bisa diterjemahkan menjadi: “Seutama-utama pekerjaan adalah ibadah kepada Allah, sedangkan seutama-utama mata pencaharian adalah bertani.” Bisa jadi pepatah itu adalah dihasilkan oleh masyarakat Aceh yang agraris pada waktu pepatah itu dibuat.

Juga tak tertutup kemungkinan bermakna bahwa pertanian adalah pekerjaan yang paling cocok untuk wilayah Aceh yang sangat subur, yang bila dilakukan dengan profesional, akan menghasilkan kemakmuran bagi masyarakat. Di samping itu, bertani juga termasuk pekerjaan yang paling sedikit kemungkinan dosanya karena tidak ada pengurangan sukatan dan sogok-menyogok seperti yang terjadi dalam bidang bisnis.

Pepatah lainnya adalah “Meunyo sulet keu pangkai, kanjai keu laba.”  Maksudnya, apabila tidak jujur, kita akan bernasib memalukan atau celaka. Melalui pepatah ini, indatu ingin mengajak kita untuk senantiasa menjaga identitas kita sebagai Muslim, yaitu jujur dalam hidup ini.  Silah berusaha untuk meraih kekayaan, tapi jujurlah. Bila tidak jujur, maka akan sulit meraih kebahagiaan.

Masih banyak lagi pepatah indatu yang berisi petuah hidup agar meraih kebahagiaan. Sayangnya, pepatah-pepatah yang diwariskan oleh indatu itu telah banyak diabaikan selama ini. Bukan hanya diabaikan pepatahnya, tetapi diabaikan penerapannya dalam kehidupan. Akibatnya, perbuatan berdosa terjadi di segala lini kehidupan, seperti berjualan Narkoba, sogok-menyogok dalam meraih jabatan dan proyek, dan lain-lain.  Padahal dalam Islam diingatkan bahwa tidak akan diterima doa oleh Allah dari orang-orang yang makan haram.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved