Kupi Beungoh
Polusi Visual di Banda Aceh dan Gemerlapnya Bukit Bintang di Malaysia
Saya pikir ini penting dibahas oleh para pemangku kepentingan di Banda Aceh yang bercita-cita menjadi smart city atau kota pintar berbasis digital.
Karena pemasangan iklan digital atau digital advertising ini masih memberi dampak paparan cahaya dan menimbulkan budaya konsumtif di masyarakat.
Tapi setidaknya, digitalisasi alat peraga atau iklan ini telah membuat Bukit Bintang atau pun Times Square di New York punya ciri khas, dan mendatangkan banyak wisatawan.
Banda Aceh Boleh
Jika Bukit Bintang bisa, kenapa Banda Aceh tidak boleh?
Jangan bicara Bukit Bintang boleh begitu karena Malaysia negara maju.
Ingatlah, sebagian wilayah Malaysia, mungkin termasuk Bukit Bintang di dalamnya, pada suatu ketika dulu, pernah menjadi bagian dari Kesultanan Aceh Darussalam.
Atau setidaknya pernah meminta bantuan dari Sultan Aceh Darussalam.
Jadi pertanyaannya adalah, kenapa indatu kita dulu bisa, kenapa kita sekarang tidak boleh?
Jadi, salah satu caranya adalah mari kita perdalam ilmu tentang digital agar kita tidak semakin ketinggalan.
Kedua dan paling penting adalah kebijakan dari Pemerintah Kota, terutama Wali Kota dan DPRK Banda Aceh, untuk mentransformasikan baliho, spanduk, dan pamflet manual ini ke digital.
Selain estetik, perangkat digital advertising ini juga bisa memuat banyak iklan dalam sebuah ruang, yang tampilannya berganti-ganti.
Ini tentu akan membuat penggunaan ruang untuk pemasangan alat peraga dan iklan, akan semakin berkurang, dan Banda Aceh akan sedang dipandang mata.
Akhir-akhir ini, beberapa videotron sudah mulai mengudara di titik-titik tertentu kota Banda Aceh.
Kemunculan videotron ini menandakan dimulainya digitalisasi advertising di Banda Aceh.
Informasinya, videotron yang terdapat di Banda Aceh dapat dibagi menjadi dua bagian, komersil dan nonkomersil.
kupi beungoh
polusi visual
Banda Aceh
bukit bintang
Malaysia
Jafar Insya Reubee
Serambi Indonesia
Serambinews
opini serambi
| Dibalik Kerudung Hijaunya Hutan Aceh: Krisis Deforestasi Dan Seruan Aksi Bersama |
|
|---|
| MQK Internasional: Kontestasi Kitab, Reproduksi Ulama, dan Jalan Peradaban Nusantara |
|
|---|
| Beasiswa dan Perusak Generasi Aceh |
|
|---|
| Menghadirkan “Efek Purbaya” pada Penanganan Stunting di Aceh |
|
|---|
| Aceh, Pemuda, dan Qanun yang Mati Muda |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.