Kupi Beungoh
Polusi Visual di Banda Aceh dan Gemerlapnya Bukit Bintang di Malaysia
Saya pikir ini penting dibahas oleh para pemangku kepentingan di Banda Aceh yang bercita-cita menjadi smart city atau kota pintar berbasis digital.
Sedangkan dari sisi customer, yang paling banyak menggunakan jasa videotron adalah pemerintah, perusahaan rokok, otomotif, telekomunikasi, dan perbankan.
Pantulan cahaya dari videotron di tuga Bank Syariah Indonesia (BSI) di Bundaran Lambaro, Lambaro Aceh Besar, seakan memberi tahu pengunjung, “sebentar lagi Anda akan memasuki Kota Banda Aceh yang berbasis digital”.
Tapi ternyata, harapan itu bagaikan “jauh panggang dari api”, karena kondisinya seperti yang saya gambarkan di awal tulisan tadi.
Tapi tunggu dulu, masih ada beberapa titik digital advertising yang estetik di Banda Aceh, seperti di simpang BPKP, Simpang Surabaya, Simpang Kodim, Simpang Lima dan Peunayong, di depan Masjid Raya Baiturrahman, dan beberapa titik lainnya.
Karena tadi saya menyebut Bank BSI yang videotronnya menyambut kedatangan tamu ke Banda Aceh, maka tak elok rasanya jika tidak membahas Bank Aceh Syariah (BAS) yang merupakan tuan rumah di Aceh.
Bank kebanggaan masyarakat Aceh ini ikut mewarna-warnikan kota Banda Aceh dengan videotron yang terletak di lokasi strategis, yakni di Simpang Surabaya, salah satu pusat perekonomian Banda Aceh.
Di ujung tulisan ini, saya membayangkan dua tahun lagi, dengan kebijakan Wali Kota dan DPRK, Banda Aceh akan terbebas dari baliho, spanduk, dan pamplet manual, semuanya beralih ke digital.
Coba saja Anda ke Bukit Bintang atau Jalan Sudirman di Jakarta atau ke Pantai Indah Kapuk (PIK), apakah dibolehkan memasang spanduk, baliho, atau pamplet manual?
Jika pun nekad, Anda pasti akan ditangkap. Kenapa? Anda pasti tahu sebabnya atau carilah tahu sama paman Google.
Lalu bagaimana para caleg jika tidak merasapuas dengan digital advertising yang mencampur banyak iklan di dalam satu ruang?
Atau tidak sanggup membayar jika tampil tunggal?
Anda bisa menggunakan media koran atau media massa berbasis digital (website). Wallahuaklam.
*) PENULIS adalah perantau asal Aceh di Malaysia.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI.
kupi beungoh
polusi visual
Banda Aceh
bukit bintang
Malaysia
Jafar Insya Reubee
Serambi Indonesia
Serambinews
opini serambi
Refleksi Kemerdekaan dalam Menikmati Kemerdekaan |
![]() |
---|
RAPBN 2026: Alokasi Ambisius, Harapan Besar, dan Tantangan Implementasi |
![]() |
---|
Revitalisasi Nilai-Nilai Kemerdekaan Dalam 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia |
![]() |
---|
Aceh dan Kemerdekaan yang Masih Tertunda |
![]() |
---|
Merdeka yang Tertunda: Dari Proklamasi ke Penjajahan Nafsu dan HIV/AIDS |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.