Inflasi

Kenaikan Harga Beras akan Jadi Pemicu Inflasi Juli, BI Minta Operasi Pasar Dilanjutkan

Pada bulan Mei, angka inflasi tiga kota di Aceh sebesar 0,30 persen, bulan Juni turun menjadi 0,12 persen dan bulan Juli ini akan naik lagi, karena fa

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/HERIANTO
Stok dan harga beras di Pasar Induk Lambaro, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, tersedia cukup banyak. Minggu (19/3). 

Laporan Herianto l Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM - Bank Indonesia Perwakilan Aceh dalam analisisnya terkait inflasi bulan Juli di tiga kota di Aceh menyatakan kenaikan harga beras, bawang merah, bawang putih, cabai rawit, kentang, wortel, rokok kretek filter, roti manis, masih tetap menjadi faktor pendukung kenaikan angka inflasi Aceh/gabungan tiga kota, pada bulan Juli 2023 ini.

Untuk menekan kenaikan harga bahan pangan yang bisa mempengaruhi kenaikan angka inflasi, di tiga kota tersebut, BI Perwakilan Aceh, menyarankan, agar Pemerintah Aceh bersama mitra kerjanya berkolaborasi melanjutkan kegiatan operasi pasar/pasar murah, pasar tani, subsidi biaya angkut, perluasan gerakan tanam  cabe merah, bawang merah dan penerapan bibit unggul komoditi, bahan pangan lainnya.

Kepala Bappeda Aceh, H T Ahmad Dadek mengatakan, BI memperkirakan angka inflasi tiga kota di Aceh (Banda Aceh, Lhokseumawe dan Meulaboh), bulan Juli ini, akan kembali mengalami inflasi, didasari oleh kenaikan harga bahan pangan yang mereka survei dari tanggal 1 – 18 Juli lalu.

Contohnya harga beras medium, HET sekitar Rp 11.500/Kg, harganya saat ini sudah naik menjadi Rp 11.700/Kg, bawang merah harga HET Rp 29.000/Kg, harganya saat ini sudah mencapai Rp 37.500/Kg, harga cabai rawit HET Rp 32.000/Kg, harganya saat ini Rp 37.500/Kg, telur ayam ras harganya HET Rp 24.000/Kg, harganya kini sudah mencapai Rp 30.350/Kg, minyak goreng curah harga HET Rp 14.000/Kg, harga ecerannya kini sudah mencapai Rp 15.250/Kg.

Pada bulan Mei, angka inflasi tiga kota di Aceh sebesar 0,30 persen, bulan Juni turun menjadi 0,12 persen dan bulan Juli ini akan naik lagi, karena faktor penyebab yang hampir serupa dengan dua bulan sebelumnya, yaitu masih tetap tingginya harga bahan pangan, seperti beras, minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam, cabe merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, dan bahan pangan lainnya.

Terkait kenaikan harga beras dan bahan pangan lainnya, Tim Satgas Pangan Pusat, menyarankan Pemerintah perlu terus melakukan Gerakan Pangan Murah, bertujuan untuk menjaga ketersediaan dan pasokan pangan. Sehingga terjangkau untuk masyarakat, serta bisa menekan laju angka inflasi.

Selanjutnya Tim Satgas Pangan akan melakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana terkait dengan panjang musim kemarau. Misalnya penyimpangan penyaluran pupuk subsidi, bibit, BBM dan pendistribusiannya. Kemudian perlu langkah cepat dari stakeholder di daerah yang daerahnya masuk golongan daerah yang mengalami El Nino berat. Jika lamban ditangani, bisa menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.

Semenatra pihak Bulog menyatakan, untuk menghadapi musim kemarau atau El Nino panjang tersebut, Bulog akan melakukan impor beras. Stok beras Bulog saat ini ada sekitar 741.373 ton. Penambahan stok terus dilakukan baik melalui pengadaan di dalam negeri, maupun impor beras dari luar negeri. Untuk Aceh, stok berasnya saat ini ada sekitar 16.727 ton lagi. Penyaluran beras dari program SPHP untuk Aceh, hingga 21 Juli 2023, jumlahnya sudah mencapai 19.487 ton.

Menurut Badan Pangan Nasional, Aceh masih termasuk 10 daerah pangan nasional, yang stok berasnya masih surplus. Namun begitu, daerah ini telah menerima beras impor untuk stok pangan daerahnya dari luar negeri sebanyak 43.000 ton.

Aceh banyak menerima beras impor, kata Kepala Bappeda Aceh, H T Ahmad Dadek, karena hasil panen padi petaninya, banyak dibeli pedagang pengumpul gabah dari Sumut, pada saat panen padi.

Pedagang pengumpul gabah dari Sumut, membeli hasil panen padi petani, karena kualitas gabahnya bagus, dan hasil panen padi dari Aceh, setelah digiling di penggilingan padi di Sumut, dimasukkan ke dalam kantong kemasan beras kualitas premium, dijual dengan harga Rp 12.000 – Rp 12.500/Kg, sementara harga gabahnya sekitar Rp 5.500 – Rp 6.500/Kg.

Namun begitu, kata Kepala Bappeda Aceh itu, tidak semua hasil panen padi petani di Aceh, dijual kepada pengepul gabah. Kalaupun dijual, persentasenya sekitar 40 – 50 persen, setengahnya lagi di simpan dalam lumbung padi di rumah, untuk dijadikan stok pangan bulanan oleh petaninya.

“Kalau stok berasnya sudah habis,  gabah yang disimpan dalam lumbung padi, diambil secukupnya untuk kebutuhan makan satu bulan, dibawa ke penggilingan padi, untuk diolah menjadi beras,” ujar Ahmad Dadek.(*)

Baca juga: Hiswana Migas Cium Adanya Indikasi Pungli Urus Pangkalan di Aceh

Baca juga: Satpol PP Beri Waktu Tiga Hari Bagi Pemilik Doorsmeer untuk Bongkar Lapak

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved