Kupi Beungoh

Secangkir Kopi Vs Pembatasan Jam Buka Kedai Kopi

Meskipun hanya aroma yang menguap, namun ini memiliki daya tarik tersendiri. Itulah mengapa begitu banyak orang menikmati saat pertama kali cangkir ko

Editor: Ansari Hasyim
IST
Faisal ST, Kepala SMK Negeri 1 Julok (Ketua IGI Daerah Aceh Timur dan Tim Pengembang IT GTK Disdik Aceh) 

Oleh: Faisal ST*)

KERIUHAN aktivitas sehari-hari terdapat satu momen yang selalu dinanti-nanti oleh banyak orang. Pagi nan cerah atau senja yang tenang nan indah, di dalam rumah maupun di kedai pinggir jalan, semua orang memiliki kesempatan menikmati secangkir kopi.

Di Aceh, kegiatan sederhana ini memiliki arti mendalam. Tidak hanya sebatas minuman, kopi menjadi penghubung antara kelezatan, kebersamaan, dan kenyamanan.

Tidak bisa dipungkiri, aroma kopi memiliki keajaiban tersendiri. Begitu biji kopi pertama kali bertemu dengan air panas, hembusan aroma yang menggoda pun muncul.

Baca juga: Sepasang Sejoli Mesum di Kuburan Cina, Digerebek Tanpa Celana, Ngaku Bapaknya Preman

Meskipun hanya aroma yang menguap, namun ini memiliki daya tarik tersendiri. Itulah mengapa begitu banyak orang menikmati saat pertama kali cangkir kopi dihidangkan.

Baunya sendiri dapat membawa ingatan pada momen-momen bahagia yang dapat merangsang semangat di pagi hari.

Namun, aroma saja tidaklah cukup. Rasa adalah inti dari setiap cangkir kopi, dari pahitnya espresso hingga manisnya kopi dengan susu, setiap tegukan memiliki cerita tersendiri.

Di Aceh, kopi Gayo menjadi primadona. Biji kopi Gayo yang berkualitas tinggi dihasilkan dari proses panjang melibatkan petani-petani lokal dengan tangan-tangan terampil.

Kelezatan kopi tidak hanya terletak pada rasa, tetapi juga pada kenyamanan yang diberikannya. Menikmati secangkir kopi adalah sebuah upacara seremonial membawa ketenangan. Di kedai kopi yang teduh atau di teras rumah, orang-orang duduk dengan santai, merenung, bercengkrama dengan teman-teman. Kopi membawa ketenangan dalam momen yang seringkali penuh dengan kesibukan.

Kedai kopi pun telah menjadi tempat berkumpul dan berbagi. Dalam ruang yang hangat, orang-orang dari berbagai latar belakang bisa bertemu, berbicara, bahkan ada yang berdiskusi. Ini adalah tempat ide-ide tercipta, pertemanan diperkuat, dan cerita-cerita hidup berbagi.

Tidak hanya sekedar minuman, kopi juga memiliki peran penting dalam ekonomi lokal. Di Takengon, banyak petani kopi yang menggantungkan hidupnya pada hasil panen kopi.

Baca juga: King Kobra Kembali Masuk Rumah Warga di Lhoong Aceh Besar, Bersembunyi di dalam Sumur

Proses dari tanam hingga penyeduhan melibatkan banyak tangan terampil. Dengan begitu, setiap cangkir kopi yang dinikmati bukan hanya menghadirkan rasa, tetapi juga memberikan dampak positif pada masyarakat lokal.

Di balik nikmatnya secangkir kopi, terdapat tanggung jawab yang perlu diemban. Pertanian kopi harus dilakukan dengan cara berkelanjutan serta ramah lingkungan.

Keberlanjutan ini melibatkan praktik-praktik bertani yang beretika, menjaga habitat alam dan keanekaragaman hayati. Sebagai konsumen, kita juga memiliki peran dalam memastikan bahwa kopi yang kita nikmati berasal dari sumber berkelanjutan.

Secangkir kopi adalah lebih dari sekadar minuman. Ia adalah pengalaman yang mengajak kita untuk mengeksplorasi aroma, rasa, dan kenyamanan.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved