Opini
Fenomena Menghina Ahlul Bait Nabi
Dalam banyak nash ayat dan hadis para ulama tauhid dan mutakallimin membahas secara khusus tentang adab menghormati keluarga nabi dan sejumlah ancaman
Sebenarnya warga Indonesia, tak hanya di Aceh sangat memuliakan para ahlu bait serta sebutan lainya dari zuriyat Sang Rasul Muhammad saw. Namun akhir-akhir ini, karena terkait pergerakan dan sikap politik, ada segelintir orang mencela para habaib, tapi itu tidak berlangsung lama. Bahkan Negara juga sangat memuliakan para habaib, baik di dalam dan maupun dari luar negeri.
Buktinya banyak kunjungan para habaib ke seluruh Indonesia, dan baru-baru ini Habib Umar bin Hafidz ulama terkemuka Hadramaut, Yaman dan tokoh dunia diundang pada kajian subuh di Masjid Istiqlal pada ahad (20/8/2023).
Jadi, umumnya kaum muslimin Indonesia dan pemerintahannya mencintai para habaib sesuai dengan anjuran agama mayoritas di NKRI ini. Hanya hitungan jari para netizen pengguna medsos berbasis video menghujat para habaib karena ada kesalahpahaman. Mereka ini bisa jadi tidak ada ilmu tentang adab kepada zuriyat yang sucikan dalam Islam atau mereka “menggadaikan iman” hanya untuk mencari cuan, memviralkan diri atau hanya sekadar cari ketenaran.
Menghina ahlu bait Nabi
Setiap muslim mukallaf, tentu ada konsekuensi hukum taklif dalam Islam, berupa dosa besar atau kecil, begitu juga hukum Negara tentu ada proses tersendiri. Adapun ancaman dalam agama Islam, diceritakan dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra Rasulullah saw bersabda: “Demi dzat yang menguasai jiwa ragaku, tidaklah seseorang marah (mencaci dan membenci) kepada keluargaku kecuali Allah akan menceburkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Hakim).
Pada akhir tulisan ini kita hanya berharap kepada Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah khilaf atau sengaja menghina para ahlu bait. Buatlah konten kreatif dan positif yang tidak ada cacian, apalagi bertalian dengan keluarga suci nabi, sungguh sangat disayangkan.
Namun jika tidak berubah, kita bertawakal dan menyerahkan kepada Allah sembari mengingat perkataan Nabi Nuh as dalam Alquran. Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hannyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).” (Nuh [71]: 5-6).
Semoga tulisan ini yang penulis rujuk pada kitab “Sabibul 'Abid 'ala Jauharah at-Tauhid karya KH Muhammad Shaleh Darat al-Samarani, ulama besar sekaligus guru tokoh pendiri Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yakni, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyari, menjadi asbab turunnya hidayah bagi manusia yang merupakan tempat khilaf salah dan dosa. Jadi, “njang ka, kakeuh, ukeu bek meuulang klayi.”
Dan mari kita amalkan hadits ini sebagai penutup. “Ajarilah anak-anakmu tiga perkara: cinta kepada nabi kalian, cinta kepada keluarga nabinya, dan membaca Alquran.” (HR. al-Thabrani). Tidak bisa dibenarkan jika orang yang mengaku mencintai Nabi Muhammad saw tapi membenci keturunan Nabi.
Baca juga: Berawal dari Komik hingga Pementasan Teater, Marcella Zalianty Berharap Laksamana Mayahati jadi Film
Baca juga: Dorong Pengembangan Islamic Ecosystem, BSI Gelar Umrah Travel Fair
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.