Jurnalisme Warga

Haruskah Perempuan Mandiri dan Berdaya?

Di Aceh, terpilih 37 perempuan pengusaha yang telah melalui tahapan pelatihan kewirausahaan secara daring dan luring, dan dalam beberapa minggu ke dep

Editor: mufti
IST
AYU ‘ULYA, Tim perempuanleuser.com, peserta AWE Indonesia, dan anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh 

Henny menjelaskan, terdapat empat faktor untuk menjalankan bisnis yang solutif dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup. Bisnis lestari tersebut mencakup 4P yaitu profit (unsur ekonomi), people (unsur sosial), planet (unsur lingkungan), dan policy (unsur kebijakan pemerintahan).

Usaha hijau (green entrepreneurship), disebutnya, dapat didukung dengan membiasakan diri mengosumsi produk lokal dan mengurangi sampah sekali pakai.

Menurut para ahli, bisnis lestari diyakini dapat melawan efek globalisasi dan kapitalisme yang cenderung meredupkan usaha masyarakat setempat.

Sang perempuan pebisnis yang bergerak di bidang urban farming dan daur ulang sampah plastik itu juga meresahkan banyaknya sampah yang dihasilkan masyarakat Kota Banda Aceh, lebih kurang 230 ton setiap harinya, yang menurutnya belum dikelola secara maksimal. Dia juga menyebutkan bahwa perempuan pebisnis punya potensi besar untuk mandiri dan berdaya. Hal itu dibuktikannya melalui data bahwa nyaris 64,5 persen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia dipimpin oleh perempuan.

“Mulailah mencari-cari masalah dan menciptakan solusi. Kalau Aceh ingin maju, maka masyarakat harus mampu menciptakan bahan baku produknya sendiri,” jelas Henny.

Demi memperkuat pemahaman peserta AWE terkait bisnis hijau, sesi workshop daring bersama Ranitya Nurlita yang merupakan Founder of WasteHub pun digelar pada 8 Oktober 2023. Mengusung tema ‘Belajar Cuan Lestari Bareng Kak Lita’, para peserta Academy for Women Entrepreneurs diajak berdiskusi tentang tata cara mengarahkan bisnisnya menjadi usaha bernilai profit yang lebih ramah lingkungan.

Lita memperdalam pemahaman peserta AWE dengan memberikan ragam contoh usaha hijau yang dapat dijalankan. Dia juga turut menghadirkan sesi bedah bisnis dengan menggunakan standar Business Model Canvas (BMC) Lestari. BMC Lestari merupakan salah satu perangkat untuk membantu wirausaha memahami bisnis yang ingin mereka bangun dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dalam merencanakan operasional bisnis.

Materi bisnis hijau dalam program AWE ini membangkitkan kesadaran dan pemahaman para perempuan pebisnis bahwa menghasilkan pundi tidak berarti harus merusak alam.

“Setelah sesi ini, saya jadi sadar ternyata bisnis apa pun bisa diarahkan menjadi lebih sustainable,” tulis salah seorang peserta AWE di kolom percakapan pertemuan daring.

Beberapa peserta lainnya pun berkomentar bahwa materi usaha hijau membuat mereka lebih peka menciptakan solusi bisnis yang membawa nilai-nilai berkelanjutan yang ramah terhadap alam dan lingkungan hidup.

Sebagai manusia yang diberikan akal sehat, penting untuk menjadi kreatif dan memiliki rasa empati dalam memenuhi kebutuhan hidup yang berselaras dengan penjagaan alam. Sebab, pada dasarnya, manusia, alam, beserta isinya saling terhubung dan bergantung satu sama lain.

Penting bagi kita untuk kembali mengingat sebuah petuah kondang dari penulis ternama Eric Weiner, “Bahwa sejatinya ketika pohon terakhir telah ditebang, tetes air sungai terakhir telah hilang, dan ikan terakhir telah ditangkap, barulah manusia sadar bahwa dia tidak dapat memakan uang.”

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved