Jurnalisme Warga
Atsiri Research Center, Menara Airnya USK
Pimpinan universitas berupaya keras untuk membiayai riset yang serius bekerja untuk menghasilkan capaian-capaian positif terhadap pengembangan serta k
Prof. Dr. APRIDAR, S.E., M.Si., Guru Besar Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Syiah Kuala (USK) dan Direktur Pusat Inkubasi Bisnis KAHMI Aceh, melaporkan dari Darussalam, Banda Aceh
ATSIRI Research Center (ARC) merupakan Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perguruan Tinggi (PUIPT) Nilam Aceh - Universitas Syiah Kuala (USK), telah ditetapkan sebagai pusat riset terbaik kategori “A” untuk kinerja di universitas yang berusia lebih dari 62 tahun itu.
Lembaga yang dipimpin Dr Syaifullah Muhammad MT ini merupakan tahun kelima menjadi pusat riset terbaik di USK sejak tahun 2019. Atas prestasi tersebut, ARC berhak mendapat sertifikat dan plakat sebagai pusat riset dengan nilai kinerja tertinggi yang juga berhak memperoleh insentif dana pengembangan riset serta pembinaan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pimpinan universitas berupaya keras untuk membiayai riset yang serius bekerja untuk menghasilkan capaian-capaian positif terhadap pengembangan serta kemajuan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan.
Sejak Rektor Prof Dr Samsul Rizal MEng hingga Prof Dr Ir Marwan sangat mengapresiasi dan memberikan perhatian serius terhadap capaian pusat riset yang dinakhodai oleh salah satu Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Aceh tersebut.
Semua pusat riset USK terus berpacu dalam peningkatan kualitas untuk menjawab kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat Aceh. Hal itu sudah menjadi tanggung jawab USK sebagai lembaga pendidikan terbaik di Aceh terhadap kemajuan masyarakatnya. Bahwa pusat riset USK sudah mampu memberikan solusi melalui ilmu pengetahuan dan inovasi terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dukungan penuh dalam proses pengembangan usaha khususnya, telah membuat gairah aktivitas UMKM makin nyata adanya.
Pusat riset di USK selalu dievaluasi setiap tahun untuk mengukur kinerja yang dihasilkan. Pada 2019 ada 45 pusat riset di USK. Setelah proses evaluasi, beberapa harus ditutup karena tak memenuhi kinerja minimal yang ditetapkan. Tahun 2020 jumlahnya terseleksi menjadi 28 pusat riset. Tahun 2022 ada enam pusat riset yang mendapat kategori “A“ serta tujuh pusat riset kategori “B”. ARC merupakan pusat unggulan yang sudah empat tahun berturut-turut berhasil menjadi pusat riset kategori “A”.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) USK terus men-support ARC dengan berbagai program penelitian, pengabdian, dan inovasi hulu-hilir nilam sehingga banyak produk inovasi berbasis minyak nilam yang telah dihasilkan dan dilepas ke masyarakat.
Minyak nilam yang dihasilkan petani nilam akan ditampung dengan harga Rp500.000 per kilogramnya sehingga petani nilam makin bergairah menanam nilam.
Produk inovasi ini telah berhasil menjadi salah satu faktor penting bagi ekosistem industri nilam Aceh yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan.
Kehadiran ARC sejak akhir 2016 telah memberi warna baru dalam perjalanan industri nilam di Aceh. Melalui kolaborasi pentahelix dari perguruan tinggi, pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan media massa telah memungkinkan terjadinya sinergi hulu-hilir agroindustri nilam Aceh dan membuka jalan baru industri nilam Aceh yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan.
Transformasi ARC sebagai pusat unggulan iptek telah menjadi rujukan nasional untuk inovasi hulu-hilir industri nilam. Beberapa intervensi hulu-hilir secara fundamental seperti pengembangan bibit unggul nilam yang dikembangkan di berbagai kabupaten, pengembangan pupuk organik, biopestisida, budi daya dengan sistem fertigasi (fertilisasi-irigasi) dan permaculture (lahan permanen), teknik panen dan pengeringan.
Selain itu, ARC juga melakukan pengembangan ketel inovasi untuk menghasilkan minyak mentah nilam (crude patchouli) dengan kualitas ekspor, purifikasi secara distilasi molekuler dalam menghasilkan hi-grade patchouli, pengembangan berbagai produk turunan, pemanfaatan limbah, pengembangan start up inovasi nilam, pengembangan market dan kemitraan bisnis dalam dan luar negeri hingga pembentukan sayap bisnis Koperasi Inovasi Nilam Aceh (Inovac) dan PT U-Green Aromatics International.
Berbagai upaya yang dilakukan ARC telah berhasil membentuk ekosistem baru (blue ocean) yang berdampak pada kestabilan harga minyak nilam di level masyarakat dalam lima tahun terakhir. Hal ini menyebabkan terjadinya recovery wilayah tanam nilam dari empat kabupaten yang masih menanam nilam pada 2015, menjadi 17 kabupaten kembali menanam nilam saat ini.
Pengembangan produk turunan melalui pelatihan secara berkelanjutan telah menciptakan berbagai usaha kecil yang secara progresif terus berkembang hingga ke market nasional, bahkan mulai merambah ke dunia internasional.
Beberapa kelompok tani dan UMKM produk turunan nilam telah mendapatkan pembiayaan dari bank yang mengindikasikan iklim bisnis semakin tumbuh positif. (5 Tahun ARC, Merintis Jalan Baru Nilam Aceh)
Transformasi nyata yang telah dilakukan ARC telah dapat mengembalikan kejayaan nilam Aceh menjadi primadona yang karena harga jualnya naik sehingga menggairahkan usaha tersebut. Produk lokal berbahan minyak nilam pun bermunculan.
Ulah mafia dagang yang mempermainkan harga sehingga para petani yang tadinya terpukul atas intervensi tersebut, menjadikan momentum tersebut untuk bangkit kembali dengan produksi berbahan dasar nilam.
Masyarakat sekarang ini sudah mulai menanam kembali nilam, sebagaimana yang dilakukan oleh Suhardi (48), petani di Desa Geunteut, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, menjadikan hamparan nilam yang hijau sebanyak satu hectare yang berdekatan dengan kebun durian, cabai, dan pinang.
Tahun 1999 harga minyak nilam anjlok ke posisi Rp90.000 kg. Padahal, tahun 1997 harga nilam kala itu Rp700.000 per kg, bahkan pernah menyentuh Rp1,2 juta per kg. Warga Geunteut ramai-ramai menanam nilam. Selain durian, nilam menjadi tulang punggung ekonomi warga Geunteut.
Anjloknya harga nilam menjadikan petani terpukul dan hilang semangat. Dengan harga minyak nilam Rp90.000/kg, jangankan untung, untuk biaya perawatan dan upah pekerja saja tidak cukup. Akhirnya, nilam-nilam itu dibiarkan kering dan mati. Asa sejahtera bersama nilam pun sirna. (Zulkarnain Masry 2021)
Namun, dengan komitmen dari ARC untuk mendampingi petani dari hulu ke hilir, dari pembibitan hingga menjamin pasar, menjadikan para petani bangkit dan bersemangat untuk kembali menanam nilam. Para petani tersebut merasakan sejuknya suasana setelah menghadapi keputus asaan akibat dari tindakan mafia nilam yang mencekik.
Kehadiran pusat riset ARC, bagaikan menara air yang berdiri kokoh untuk mengalirkan air kehidupan bagi para petani yang sedang mengalami kehausan.
ARC sebagai pusat riset bentukan civitas akademica Universitas Syiah Kuala yang juga sebagai lembaga pendidikan tinggi terbaik di Aceh, bukan hanya sebagai tempat melakukan pendidikan dan penelitian, melainkan telah mampu berkontribusi sebagai pengabdian kepada masyarakat.
Karya nyata yang direncanakan melalui program kerja terhadap pembianaan petani serta pelaku UMKM khususnya telah mampu meningkatkan para pengusaha pemula untuk berkiprah di dunia usaha sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Muhammad saw.
Semoga kerja nyata yang menjadi luaran produk pendidikan tersebut dapat menyejahterakan masyarakat sehingga manjadikan ladang amal kegiatan mulia dari lembaga pendidikan bagi masyarakat.
Ilmu serta karya inovasi yang ditebarkan di muka bumi, akan meberikan pencerahan serta keberkahan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.