Opini

Tahajud Sebagai Terapi Stres

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa shalat tahajud teratur dapat menurunkan kadar kortisol pada sebanyak 80?ri subjek dengan nilai rata-rata pen

Editor: mufti
IST
Prof Dr Yusni Johan M Kes AIF, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 

Prof Dr Yusni Johan M Kes AIF, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

STRES merupakan masalah kesehatan urutan ketiga yang paling disorot oleh masyarakat dunia pada tahun 2023, dimana posisi pertama diduduki oleh kesehatan mental dan kanker berada pada urutan kedua, berdasarkan data yang dirilis Health Service Monitor 2023 (periode Juli-Agustus 2023). Studi ini juga menggambarkan bahwa sebanyak 30 persen responden dari 31 negara yang ada di dunia menjadikan stres sebagai masalah kesehatan yang menjadi kekhawatiran masyarakat dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan kekhawatiran atau ketegangan mental yang disebabkan oleh keadaan atau situasi yang sulit. Stres adalah respons alamiah yang dialami seseorang sehingga membuatnya berupaya untuk mengatasi ancaman atau tantangan yang muncul dalam kehidupannya.

Dari definisi ini dapat kita pahami bahwa stres pasti dialami oleh setiap manusia, namun respons seseorang terhadap stres bersifat individual. Masing-masing orang mempunyai cara yang berbeda untuk beradaptasi dan menyelesaikan stres. Stres dalam batasan tertentu merupakan respons fisiologis tubuh yang memberikan manfaat positif seperti meningkatkan semangat atau motivasi dan meningkatkan energi. Oleh karena itu stres ringan dan dalam batasan wajar dibutuhkan oleh tubuh.

Stres akan mempengaruhi pikiran dan fisik seseorang, dengan demikian stres yang berlebihan dan berkepanjangan (stres kronis) akan berdampak terhadap kesehatan fisik dan mental. Salah satu masalah mental yang sering dikeluhkan adalah depresi. Data terbaru dari WHO (31 March 2023) melaporkan bahwa sebanyak 5?ri penduduk dewasa di dunia saat ini mengalami depresi, dan depresi merupakan penyebab tersering insiden bunuh diri di masyarakat.

Setiap tahunnya, lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri dan mirisnya bunuh diri adalah penyebab kematian nomor empat di kalangan usia muda 15-29 tahun.

Stres memang bukan penyakit, namun stres kronis akan memicu timbulnya berbagai masalah kesehatan dan penyakit kronis di antaranya hipertensi, diabetes, obesitas, gangguan kolesterol, dan penyakit jantung. Kadang kala stres sulit dikenali karena umumnya stres tidak menimbulkan gejala sehingga individu tidak sadar jika sedang dalam kondisi stres.

Umumnya stres akan menimbulkan masalah jika terjadi berlarut-larut dalam jangka waktu lama. Tanda atau gejala stres yang mudah dikenali adalah adanya perubahan fisik dan psikis seperti nyeri kepala atau nyeri pada organ tubuh lainnya, sulit tidur, nafsu makan menurun atau bahkan meningkat, pusing, mual, diare atau sembelit, jantung berdebar, kaki dan tangan dingin atau berkeringat, mudah tersinggung.

Termasuk sulit untuk rileks, cemas yang berlebihan, sulit untuk berkonsentrasi, mudah lupa, cenderung pesimis, sulit fokus, cenderung memiliki pandangan negatif, gugup, dan sering mondar-mandir tanpa alasan jelas. Jika stres muncul, maka tubuh akan memberikan respons berupa peningkatan sekresi hormon adrenalin dan juga kortisol. Kortisol atau yang juga sering disebut sebagai hormon stres adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal di ginjal.

Hormon ini produksinya akan meningkat pada saat stres. Selain itu stres juga akan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis sehingga akan menyebabkan peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, pernapasan menjadi cepat, dan otot terasa tegang.

Kortisol adalah hormon yang memiliki banyak peran, terutama untuk mengatur metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Dengan demikian jika kadar hormon ini terganggu maka akan berpengaruh dan menyebabkan berbagai gangguan metabolisme di dalam tubuh. Peningkatan kadar kortisol akan mengakibatkan peningkatan kadar gula darah sehingga jika kondisi ini bertahan dalam jangka waktu lama maka akan memicu terjadinya diabetes.

Kadar kortisol yang tinggi juga mengakibat metabolisme lemak terganggu sehingga tubuh akan menyimpan banyak lemak di jaringan adiposa (lemak) yang berdampak terhadap meningkatnya berat badan dan obesitas (kegemukan). Obesitas merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung, stroke dan hipertensi. Hormon kortisol yang tinggi dapat menyebabkan depresi dan pada wanita dapat menyebabkan terjadinya gangguan menstruasi (telat haid).

Terapi tahajud

Mengingat besarnya efek yang ditimbulkan akibat dari stres, maka setiap orang diperlukan adanya upaya atau mekanisme pertahanan diri terhadap stres. Salah satu upaya yang efektif yang dapat digunakan sebagai obat untuk terapi stres adalah shalat tahajud. Tahajud adalah obat yang murah dan sangat mudah untuk dilakukan oleh semua umat muslim.

Bagaimana tahajud dapat menurunkan stres? Hal ini telah penulis buktikan secara empiris melalui suatu penelitian uji klinis yang dilakukan pada sebanyak 10 orang laki-laki sehat yang berusia antara 18-25 tahun. Mereka melakukan shalat tahajud sebanyak 8 rakaat dan ditambah dengan witir 3 rakaat, dilakukan secara teratur (3-7 kali per minggu), selama 6 minggu.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved