Jurnalisme Warga
Uniki sebagai Pusat Kebangkitan Budaya Aceh
Letak kampusnya bersanding dengan Dayah Al-Madinatuddiniyah, salah satu dayah terkenal di Aceh, binaan Abu Tumin di Desa Blang Bladeh, Bireuen. Keduan
Di kampus ini penerapan budaya yang bersumber pada syariat terus ditingkatkan agar masyarakat kita selalu berada dalam bingkai kemaslahatan. Hal ini dimungkinkan karena kampus merupakan sarana perkumpulan para insan untuk menggapai ilmu pengetahuan yang sangat tepat dijadikan sebagai tonggak kebangkitan budaya yang sejalan dengan syariat Islam itu sendiri. Sehingga, tidak berlebihan apabila di kampus ini gelora perayaan kebudayaan selalu dikaitkan dengan peningkatan ilmu pengetahuan.
Ulama besar Aceh yang akrab disapa Tusop didaulat sebagai penceramah tunggal. Tausiahnya mampu menghiphotis ribuan hadirin.
Tusop berkata, Muhammad itu ‘role model’ yang Allah persiapkan bagi umat manusia di muka bumi ini. Dengan demikian, umat manusia tidak perlu lagi mencari sosok untuk dicontoh.
Sasaran utama yang dipraktikkan sang utusan Allah tersebut adalah mengubah perilaku jahiliah yang tidak manusiawi, kepada sikap santun dan humanis sebagaimana yang mesti dilakoni oleh umat muslim.
Apa yang dicontohkan rasul Allah tersebut, kata Tusop, sangat mungkin untuk dipraktikkan oleh umat manusia di akhir zaman ini.
Dalam tausiahnya, pendakwah kontemporer ini telah membuka wawasan para tamu maulid yang berasal dari berbagai kalangan tersebut.
Selesai mendengar ceramah Tusop, hadirin dengan tertib dan teratur mencicipi makanan khas Aceh yang disediakan oleh panitia Maulid Raya Bireuen.
Tamu undangan diarahkan dengan begitu teratur oleh panitia, sehingga membuat mereka merasa nyaman dan sangat terkesan mengikuti perayaan mauled yang sangat luar biasa tersebut.
Dengan perencanaan penataan yang matang, kegiatan kolosal tersebut terlaksana dengan begitu baik dan berkesan. Walau yang hadir membeludak, tetapi dapat berjalan dengan baik dan teratur. Kegiatan itu pun dapat dijadikan sebagai model pelaksaan budaya yang baik dan kaya dengan nilai-nilai kebajikan dan silaturahmi.
Tidaklah berlebihan apabila momentum tersebut dijadikan sebagai tonggak kebangkitan budaya tertib dan santun dalam kehidupan masyarakat yang menerapkan syariat Islam sebagai landasannya.
Maulid raya tersebut dihadiri lebih kurang 15.000 orang. Kegiatan ini hasil kolaborasi civitas akademika Uniki dan Pemkab Bireuen. Hadir juga sejumlah utusan pemkab kabupaten/kota di Aceh, mewakili Pemerintah Aceh, dan tokoh-tokoh masyarakat Aceh. Maulid raya tersebut memperkuat kebersamaan dan semangat kekeluargaan.
Peringatan maulid tersebut juga menjadi momen berkumpulnya masyarakat Bireuen dalam semangat kebersamaan dan keagamaan.
"Semua elemen masyarakat diundang untuk turut serta dalam perayaan ini, guna memperkuat tali persaudaraan dan memperkokoh nilai-nilai keagamaan di tengah-tengah masyarakat,” ungkap Pembina Uniki, Bapak Dr Amiruddin Idris M.Si.
Di sisi lain, dengan diizinkannya Uniki sebagai kampus pertama sebagai pelaksana pendidikan bahasa Aceh, maka sangat pantas kampus ini dinobatkan sebagai tonggak kebangkitan budaya yang sejalan dengan ketentuan syariah.
Bireuen yang telah dideklarasikan sebagai Kota Santri—di mana Uniki menjadi salah satu pilar pendukung implementasi program mulia tersebut—membuat kolaborasi antara ilmu umum dan ilmu agama berjalan paralel dan serasi di kampus ini.
Bireuen pun akan selalu berada di garda terdepan dalam membentuk sikap budaya yang berkebajikan.
Semoga apa yang telah ditorehkan para intelektual di Kampus Uniki bersama pihak lain tersebut dapat diteruskan ke semua daerah yang memang menginginkan kebangkitan serta kesejahteraan yang berkelanjutan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.