Jurnalisme Warga

Mengembalikan Padang Tiji sebagai Sentra Kakao

Sebagian daerah Padang Tiji yang bertopografi pegunungan itu dulu merupakan lumbung kakao di kabupaten berjuluk ‘keurupuk mulieng’ itu. Kini, hasil pr

Editor: mufti
IST
HUSAINI YUSUF, S.P., M.Si., alumnus Pascasarjana Sosiologi Pedesaan IPB University dan Pengurus Pemuda ICMI, melaporkan dari Padang Tiji, Pidie 

Dulu, kata Umar, petani kakao di Padang Tiji makmur dengan hasil panen kakao. Bahkan mampu menyekolah anak-anaknya. “Tapi jinoe ka meukarat/Tapi sekarang sudah payah,” keluh Umar.

Untuk mengantisipasi kurangnya hasil kakao, Umar juga menanam tanaman sela, yakni pinang sebagai produksi sampingan. Itu Dia lakukan untuk menambah penghasilan. Sambil menunggu panen kakao dia bisa memanfaatkan hasil panen pinang, di samping tanaman pisang.

Menurut amatan kami di lapangan, ada beberapa hal yang menyebabkan produksi kakao di Padang Tiji menurun. Pertama, pengelolaan kebun tidak dilakukan sesuai dengan Good Agriculture Practice (GAP). Padahal, konsep ini sangat dianjurkan dalam sistem budi daya tanaman, khususnya komoditas kakao.

Kedua, banyak serangan hama dan penyakit. Terlihat ada beberapa tanaman cokelat sudah mati akibat serangan hama dan penyakit. Beberapa hama endemik yang merusak tanaman petani adalah penggerak batang, penggerek buah kakao (PBK) yang menjadi momok menakutkan bagi petani.

Kendala lain yang dihadapi petani adalah serangan penyakit bunga pentil jatuh. Serangan penyakit ini disebut sebagai serangan Cherelle wilt yang merupakan penyakit fisiologis pada tahap awal perkembangan buah kakao di mana pentil yang terbentuk tidak dapat berkembang ke tahap selanjutnya dan layu.

Menurut Umar, serangan penyakit jatuh pentil kakao ini mencapai 30-40 persen dari total pentil yang terbentuk dan ini akan memengaruhi produksi kakao. Mereka kewalahan mengatasi penyakit. Tidak tahu harus mengadu ke mana dan menyampaikan kepada siapa.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan kasus layu pentil ini adalah melalui manajemen pemberian nutrisi boron. Boron dapat meningkatkan transpor air dan nutrisi ke dalam pentil melalui peningkatan hormon endogen dan menjaga stabilitas jaringan pembuluh xilem dan floem.

Dari aspek teknis lain, pemupukan masih tidak sesuai standar GAP misalnya. Pola pengelolaan masih secara tradisional, di samping itu kondisi sanitasi lingkungan sangat tidak layak (kotor) dan tidak paham teknis pemangkasan yang baik.

Sepulang dari kebun Umar, kami berkunjung ke kebun kakao milik Sabri di Desa Siron Tanjong, Padang Tiji. Jarak tempuhnya hanya 5 km. Kami ke kebun Sabri untuk mendapat bandingan. Secara visual, kondisi kebun Sabri tidak jauh berbeda. Namun, lokasi ini kondisinya lebih bagus dan terawat. Umur tanaman relatif sudah tua mencapai 10-15 tahun sehingga petani melakukan pemotongan setengah batang dan muncul tunas baru.

Perlakuan ini terhitung efektif dibanding membiarkan tanaman tua berproduksi. Dari aspek teknis juga belum sesuai anjuran GAP.  Menurut mereka, pascatsunami mereka pernah dibekali ilmu teknis budi daya oleh lembaga donor dari Swiss, yakni SwissContact. Selepas itu makin jarang pendamping yang datang ke petani. 

 

Perlu sentuhan teknologi

Sepanjang mata memandang, dalam perjalanan menuju kebun terlihat kiri-kanan kebun kakao. Rata-rata petani memiliki luas lahan 1.500-2.500 meter. Jika produksinya bisa dicapai 1 ton saja per ha dengan harga rata-rata Rp35.000, maka petani akan meraih pendapatan per ha sebesar Rp35 juta per tahun. Itu sudah cukup bagi mereka.

Seharusnya, ini perlu dipikirkan oleh para calon-calon pemimpin di Aceh pada masa depan, terutama calon legislatif (caleg) dan timsesnya yang sedang bergerilya di kampung-kampung, menebar janji manis kepada masyarakat tani.

Petani kita tidak minta macam-macam. Mereka hanya butuh air irigasi saat memasuki musim tanam padi dan perlu pendamping saat ada kendala di kebunnya. Itu saja kok. Tidak menuntut satu juta per KK, juga terbuai oleh janji dana otonomi khusus hingga kiamat.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved