Berita Banda Aceh

Presentasi di Masjid Nabawi Madinah, Inovasi Putroe RSUDZA Juara Inovasi Nasional 2023

RSUDZA kembali menorehkan prestasi di tingkat nasional pada ajang open Inovation Faskes Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh BPJS

|
Editor: Muhammad Hadi
Kolase Serambinews.com
dr Dewi Behtri Yanifitri,Sp.P(K) sebagai inisiator dan Ketua TIM INOVASI PUTROE RSUDZA 


SERAMBINEWS.COM - RSUD dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) kembali menorehkan prestasi di tingkat nasional pada ajang open Inovation Faskes Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Badan penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS).

Setelah sebelumnya masuk ke 12 besar Indonesia untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjut ( FKTRL).

Kali ini Inovasi PUTROE (Pajoh Ubat Tiep Uroe/Minum Obat Setiap Hari) RSUDZA terpilih sebagai juara 2 terbaik nasional setelah melalui penilaian grandfinal pada, Kamis (21/12/2023).

Imunisasi Cegah Difteri
Imunisasi Cegah Difteri

Sedangkan Juara 1 diraih RSUP Dr Kariadi Semarang dan Juara 3 diraih RS Ari Canti dari Bali.

Dewan juri pusat terdiri dari Direksi BPJS, Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES), dan Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).

Baca juga: 15 SKPA Terima Anugerah Inovasi Aceh 

Open Innovation BPJS merupakan ajang eksplorasi dan apresiasi BPJS terhadap inovasi yang dilakukan oleh fasilitas layanan kesehatan pemerintah dan swasta yang bekerja sama dengan BPJS.

Ini dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan pada program Jaminan Kesehatan Nasional.

Kegiatan Open Innovation pada tahun 2023 ini diikuti oleh 470 inovasi yang terdiri dari 172 Inovasi Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) dan 298 Inovasi dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

dr Dewi Behtri Yanifitri,Sp.P(K) sebagai inisiator dan Ketua TIM INOVASI PUTROE menyampaikan dalam presentasinya bahwa Inovasi Putroe lahir berdasarkan masih tingginya kasus putus obat Pasien TBC resisten di Poli TBC RSUDZA.

Insiden TBC di dunia masih tinggi dan Indonesia menempati ranking 2 untuk penyakit TBC.

Baca juga: Harga TBS Kembali Turun, Segini Harga di Abdya Sabtu 23 Desember 2023

Dari kasus TBC Resisten obat yang ada hanya 45 persen diantaranya berhasil diobati.

Di Aceh kasus TBC resisten diobati 87 persen dan angka putus obatnya masih diatas 17 persen, dimana target nasional harus kurang dari 10 persen.

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin sebelum tahun 2021 menemukan kasus putus obat masih tinggi berkisar antara 15-16 persen.

Dan ini menjadi ancaman untuk pengendalian TBC di Indonesia.

Berdasarkan Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan bahwa semua pasien TBC resistensi obat wajib datang setiap hari dan meminum obat di depan petugas.

Baca juga: Sembilan Warga Pidie Meninggal Akibat TBC, Begini Penjelasan Dinkes

“Hambatan muncul di saat pandemi covid-19 yang mana pasien dibatasi kunjungan ke rumah sakit sehingga petugas kesulitan untuk memastikan pasien minum obat sampai habis.

Saat itu petugas hanya bisa berkomunikasi via telepon dan WhatsApp (WA) dengan pasien, dan sesekali meminta pasien mengirimkan video bukti bahwa obat memang di minum.

Sehingga tercetuslah ide untuk menjadikan kegiatan minum obat terpantau via video call atau rekaman bukti obat ditelan sampai habis setiap hari”, kisah dr Dewi yang mempresentasi Inovasi Putroe saat sedang Umrah di Masjid Nabawi Madinah, Aceh Saudi.

Inovasi layanan PUTROE (Pajoh Ubat Tiep Uroe/minum obat setiap hari) yang dilakukan berupa layanan komunikasi via Grup WhatsApp yang menghubungkan petugas dan seluruh pasien TBC RO RSUDZA 24 jam.

Inovasi ini memudahkan pemantauan pasien untuk kepatuhan jadwal minum obat secara rutin tanpa harus datang ke rumah sakit.

Tim TBC RO sekaligus dapat mengingatkan jadwal kontrol bulanan serta pemeriksaan dahak, darah dan jantung yang harus dilakukan setiap bulan ke rumah sakit.

Selain itu inovasi PUTROE juga menjadi media komunikasi yang efektif antara petugas kesehatan dan pasien jika terjadi efek samping yang tidak diinginkan akibat minum obat tersebut.

Baca juga: Luncurkan Anjungan Pendaftaran Mandiri, RSUDZA Banda Aceh Berikan Kemudahan Bagi Peserta JKN

Salah satu bukti manfaat inovasi PUTROE adalah setelah layanan PUTROE dilaksanakan, tingkat kepatuhan minum obat dan kontrol berobat setiap bulan mulai meningkat, efek samping yang dikeluhkan pasien dapat dilaporkan segera, dan jumlah pasien drop out atau putus obat menurun secara signifikan.

Sebelum inovasi ini diluncurkan pada tahun 2019 dan 2020, sekitar 15 -16 persen kasus tidak melanjutkan pengobatan.

Sejak 2021 menurun sampai 12 persen dan ditahun 2022 tinggal 6 persen saja , bahkan hingga akhir triwulan ke tiga tahun 2023 ini , jumlah pasien putus obat di poli TB Resisten Obat RSUDZA menjadi nol persen.

Inilah salah satu indikator keberhasilan Inovasi PUTROE yang menjadi item penilaian dari Dewan Juri “Open Innovation Faskes" Tahun 2023.

Selain itu, manfaat dari inovasi PUTROE dapat dirasakan oleh berbagai stake holder terutama yang paling penting adalah membantu pemerintah mencapai eliminasi TBC tahun 2030 dan mencegah penularan dan penyebaran kuman TBC resisten ini di masyarakat.

Direktur RSUDZA, dr. Isra Firmansyah, SpA.,PhD yang ikut hadir mendampingi presentasi Inovasi PUTROE saat grand final mengatakan bahwa RSUDZA berkomitmen untuk menjamin keberlangsungan inovasi PUTROE dengan telah diterbitkannya SK direktur untuk Pembentukan TIM PUTROE Rumah Sakit Zainal Abidin.

Baca juga: Nenek 83 Tahun di Pidie Ketahuan Zina dengan Pria 40 Tahun, Diseret ke Balai Desa: Akui Sudah 2 Kali

Bahkan Inovasi PUTROE sudah ditetapkan dengan SK GUBERNUR sebagai salah satu inovasi di Aceh dan merencanakan pengembangan inovasi PUTROE dari aplikasi Whatsapp Grup menjadi suatu aplikasi tersendiri dengan nama yang sama, yaitu aplikasi PUTROE.

Dimana nantinya dalam aplikasi ini petugas bisa terhubung langsung dengan sistem informasi tuberkulosis nasional yang sudah lengkap dengan data pasien dan identifikasi jenis pengobatannya.

“Kami yakin dengan dukungan anggaran, sumber daya manusia yang berkompeten dan bimbingan teknis dari managemen rumah sakit Zainoel Abidin, aplikasi ini bisa terwujud dan dapat digunakan di seluruh fasilitas kesehatan di Aceh bahkan di Indonesia, demi meningkatkan angka kesembuhan pasien TBC resisten obat." kata dr Dewi Behtri ,selaku ketua TIM INOVASI PUTROE dan juga pakar Penyakit Infeksi Paru di Aceh.(*)

Baca juga: 531 WBP di Lapas Kelas IIA Banda Aceh Jalani X Ray Penyakit Menular TBC, 30 Orang Diduga Mengidap

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved