Rohingya

Amerika Serikat Janji Pengungsi Rohingya Bakal Jadi Prioritas Pada 2024: Welcome Corps at Work

AS juga mendorong negara-negara ketiga untuk memperluas pemukiman kembali warga Rohingya, kata Departemen Luar Negeri AS

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/HENDRI
Sejumlah imigran etnis Rohingya di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Senin (11/12/2023). 

Di mana selama ini hampir satu juta orang menghadapi kesulitan setiap harinya, dan mereka dipastikan tidak dapat kembali untuk mendiami negara asalnya, Myanmar. 

“Seperti yang telah kita lihat di kamp-kamp pengungsian, situasinya tetap memprihatinkan bagi warga Rohingya, yang telah melalui krisis demi krisis,” kata Reed Aeschliman, direktur misi USAID di Bangladesh,

Ia melakukan kunjungan ke kamp Cox’s Bazar pada Rabu (13/12/2023) untuk menyaksikan situsa di kawasan itu. 

Meskipun Amerika Serikat menjadi donatur utama terhadap pera pengungsi, Aeschliman menyadari bahwa tahun ini merupakan tahun yang penuh tantangan bagi para pengungsi.

“Kita tidak boleh mengabaikan kebutuhan warga Rohingya, atau masyarakat lokal yang murah hati di Bangladesh. Hal ini memerlukan dukungan berkelanjutan dari pemerintah, donatur, dan mitra pembangunan,” sebutnya.

Kini memasuki tahun ketujuh pengungsi Rohingya di kamp tersebyt, mereka masih berada dalam situasi yang sangat berbahaya dengan terbatasnya kebebasan bergerak, kurangnya kesempatan kerja dan meningkatnya ancaman keamanan.

Kamp-kamp tersebut juga rentan terhadap bahaya, termasuk bencana terkait iklim seperti angin topan dan banjir.

Kekurangan dana yang akut memaksa WFP untuk memotong bantuan makanannya untuk seluruh populasi Rohingya di kamp-kamp Cox’s Bazar.

Sehingga mengurangi hak yang diberikan dari USD 12 per orang menjadi USD 10 pada Maret 2023, dan kemudian kembali dikurangkan menjadi USD 8 pada Juni. 

Sejak pengurangan jatah makanan, situasi ketahanan pangan di kamp-kamp pengungsian memburuk dengan cepat. 

Pemantauan terbaru WFP pada November mengungkapkan bahwa 90 persen populasi pengungsi di Cox’s Bazar tidak memiliki konsumsi makanan yang cukup. 

Keluarga harus bergantung pada makanan yang lebih murah namun kurang bergizi, sementara orang tua makan lebih sedikit atau tidak makan hanya untuk memberi makan anak-anak mereka.

Status gizi anak juga semakin memburuk di kamp tersebut.

Dibandingkan dengan tahun lalu, pada bulan September, analisis menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak anak yang dimasukkan ke dalam program pengobatan untuk malnutrisi akut berat dan sedang.

Pendanaan BHA akan digunakan untuk memberikan bantuan makanan kepada Rohingya, serta untuk pekerjaan WFP di bidang nutrisi.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved