Konflik Palestina vs Israel

Wakil Pemimpin Hamas Terbunuh Berisiko Meluasnya Perang Gaza, Hizbullah Target Rudal Israel di Marj

Pembunuhan wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri di ibu kota Lebanon, Beirut meningkatkan risiko meluasnya perang Gaza, Hizbullah target rudal Israel.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
KHALED DESOUKI/AFP
Pembunuhan wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri di ibu kota Lebanon, Beirut meningkatkan risiko meluasnya perang Gaza, Hizbullah target rudal Israel di Marj. 

Namun sebagian besar mengevakuasi mereka sebelum pasukan Israel masuk.

Pemboman Israel telah melanda 2,3 juta penduduk Gaza dalam bencana kemanusiaan yang menyebabkan ribuan orang menjadi miskin dan terancam kelaparan karena kurangnya pasokan makanan.

Hamas Respon Gencatan Senjata

Sesaat sebelum pembunuhan Arouri, pemimpin tertinggi Hamas Ismail Haniyeh, yang juga berbasis di luar Gaza, mengatakan gerakan tersebut telah menyampaikan tanggapannya terhadap proposal gencatan senjata Mesir-Qatar.

Dia menegaskan kembali bahwa syarat yang diajukan Hamas berarti “penghentian total” serangan Israel dengan imbalan pembebasan sandera lebih lanjut.

Israel yakin 129 sandera masih berada di Gaza setelah beberapa dibebaskan dalam gencatan senjata singkat pada akhir November dan yang lainnya terbunuh dalam serangan udara dan upaya penyelamatan atau pelarian.

Israel telah berjanji untuk terus berperang hingga Hamas berhasil dilenyapkan.

Namun tidak jelas apa yang akan dilakukan terhadap daerah kantong tersebut jika mereka berhasil, dan apa dampak dari hal ini terhadap prospek negara Palestina yang merdeka.

Di Washington, Departemen Luar Negeri mengecam pernyataan menteri kabinet Israel Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir yang menganjurkan pemukiman kembali warga Palestina di luar Gaza sebagai pernyataan yang "menghasut dan tidak bertanggung jawab".

Pernyataan-pernyataan seperti itu menggarisbawahi kekhawatiran di kalangan negara-negara Arab bahwa Israel ingin mengusir warga Palestina dari wilayah yang mereka impikan sebagai negara masa depan.

Hal ini sebagaimana mengulangi perampasan massal warga Palestina ketika Israel didirikan pada tahun 1948.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved