Kupi Beungoh

Diam atas Rusaknya Demokrasi Indonesia, Universitas di Aceh Menanti Kiriman BH dari Jakarta?

Belum pernah ada pelaksanaan Pemilu sekasar ini yang mana Presiden bertindak untuk membela mati-matian Capres/Cawapres tertentu.

Editor: Muhammad Hadi
YouTube Serambinews
Safaruddin SH, MH, adalah seorang dhaif (rakyat jelata) di Aceh merangkap sebagai sebagai pelayan rakyat sebagai Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA). 

Oleh: Safaruddin, SH, MH*)

Pemilu Presiden/Wakil Presiden (Pilpres) 2024 diklaim adalah yang terburuk dalam sejarah Indonesia

Belum pernah ada pelaksanaan Pemilu sekasar ini yang mana Presiden bertindak untuk membela mati-matian Capres/Cawapres tertentu.

Rangkaian peristiwa kasar dalam pelaksan Pemilu 2024 akan menjadi catatan kelam Indonesia

Anak-anak Indonesia yang lahir di atas tahun 2020 akan mengecam kesalahan yang dilakukan elite negara saat ini, yang merusak demokrasi.

Baca juga: Maklumat Abu Doto pada Raker IDI Banda Aceh, Dokter Aceh Harus Kompeten

Tanpa perasaan malu, sejumlah keganjalan dan pemaksaan kehendak terus dipertonton oleh elite utama negara ini secara telanjang. Adab atau etika dalam berpolitik telah diabaikan.

Berawal dari perangai buruk Ketua Mahkamah Kontitusi (MK) Anwar Usman yang mengubah syarat usia capres/cawapres demi terakomodir keponakannya Gibran Rakabuming Raka dalam bursa Cawapres 2024.

Lalu susul-menyusul terjadi anomali dalam praktik demokrasi di Indonesia.

Lembu Dicucuk Hidung

Sejumlah Ketua Umum Partai Politik Nasional (Parnas) terlihat bagaikan "lembu" yang dicucuk lubang hidung dalam mengikuti skenario Sang Raja Besar. 

Lebih dari itu, Parlok pimpinan Muzakir Manaf di Aceh juga ikut-ikutan cucuk hidung sendiri. Cucuk hidung pada lembu tamsiran kebodohan dalam peribahasa Indonesia.

Sejumlah pimpinan Parpol besar berlomba-lomba mengusung putra mahkota yang cacat syarat administrasi untuk mengatur negara besar ini. 

Parpol-parpol itu berdiri di garda terdepan dalam memasarkan putra mahkota yang cacat secara konstitusi itu.

PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu diperlakukan ibarat partai oposisi di negara ini.

 Arahan-arahan Ketum PDI-P Hajjah Megawati Soekarnoputri tak mau didengar oleh sosok presiden yang dia usung. Makin aneh saja politik Indonesia.

Kampus Turun Gunung

Di tengah kekacauan demokrasi itu, sejumlah rektor dan guru besar (profesor) dari Perguruan Tinggi ternama di Pulau Jawa turun gunung. 

Mereka melakukan kritik dan protes atas perusakan demokrasi di Indonesia.

Beberapa pimpinan kampus besar di Pulau Jawa bersuara lantang, seperti UGM Yogyakarta, UII Yogyakarta, Universitas Padjadjaran Bandung, Institute Teknologi Bandung, UI Jakarta, UIN Jakarta, Universitas Brawijaya Jawa Timur, ITS Surabaya hingga Universitas Muhammadiyah Surakarta (Solo) turun dari menara gading.

Sejumlah rektor dan guru besar yang idealis itu tak dapat menerima demokrasi Indonesia diobok-obok oleh segelintar kelompok haus kekuasaan demi kepentingan kelompok mereka.

Dilansir Kompas.com, hingga Selasa (05/02/2024), terdapat 30 Perguran Tinggi yang sudah menyatakan sikap dan melakukan protes kepada Presiden Joko Widodo atas sejumlah tindakannya yang mencoreng demokrasi di Indonesia (Lihat: Daftar Kampus yang Kritik Sikap Jokowi dalam Pilpres 2024, https://www.kompas.com, edisi 6 Februari 2024).

Baca juga: Jokowi, dan Suara Kritis dari Kampus

Dari daftar 30 nama Perguruan Tinggi tersebut, dari Aceh tercatat hanya nama Unimal Lhokseumawe yang melakukan protes pada Selasa 5 Februari 2024.

Sementara Peruruan Tinggi lainnya, terutama yang berada di Jantong Hate rakyat Aceh, yaitu Universitas Syiah Kuala (USK) dan UIN Ar-Raniry, hingga kini lebih memilih bersikap diam, sami’na wa atha’na alias tunduk patuh pada arahan menterinya Jokowi di Jakarta.

Dalam hal ini, Profesor Mahfud MD, mantan Menko Polhukam dan Cawapres dari PDI-P dan PPP, memberi pernyataan bahwa ada intervensi dari penguasa agar kampus-kampus lain untuk diam atau membaca pernyataan sikap seperti yang telah dikonsepkan. Apa rektor dan profesor di Aceh mau dicucuk hidung juga?

Sejumlah aktivis di Banda Aceh menuding pimpinan perguruan tinggi dan akademisi di Aceh tidak bernyali, takut bersuara dalam melawan kezaliman (baca: https://aceh.tribunnews.com, Elemen Sipil Aceh: Akademisi Mulai Takut Bersuara Terkait Kemunduran Demokrasi, edisi 05/02/2024).

Aceh Jadi Penakut?

Perasaan takut di kalangan pimpinan Perguruan Tinggi di Aceh adalah fenomena baru. 

Sebab, kalau kita buka lembaran sejarah Aceh, tak ada catatan rasa kecut alias pengecut dalam kepemimpinan di Aceh. Aceh masa lampau identik dengan heroisme.

Di masa Kerajaan Aceh, tercatat nama Sultan Muhammad Daud Syah yang secara terbuka melawan dan memerangi Belanda yang hendak “intervensi” dalam pemerintahan di Aceh. 

Demikian pula deretan pemimpin sebelum dan sesudahnya. Tak ada jiwa pengecut dalam sejarah kepemimpinan Aceh.

Baca juga: Kenapa Kampus-Kampus di Aceh Masih Diam dan Tidak Ikut Bersuara Terkait Kondisi Bangsa Saat Ini?

Selanjutnya, pada era konflik GAM-RI (1976-2005) yang sangat panjang, tercatat nama-nama guru besar dan rektor di Aceh yang selalu bersuara lantang dalam membela Aceh.

Seperti Prof Dr Dayan Dawood (Rektor USK), Prof Dr Safwan Idris (Rektor UIN Ar-Raniry) hingga Prof Isa Sulaiman, Dr Gade Ismail dan Prof Dr Ahmad Humam Hamid.

Profesor Jadi Penonton

Adakah fakta, jumlah profesor di USK dan UIN Ar-Raniry semakin banyak akhir-akhir ini. Kita dapat membaca berita, hampir setiap bulan ada penambahan guru besar di Kampus Darussalam.

Hal ini tentu berbeda sekali dengan era konflik 1990-an yang mana jumlah professor di Darussalam dapat dihitung dengan sebelah jari tangan, tetapi mutu mereka super, walau jumlah sangat sedikit. Bukan professor asal-asalan, apalagi bodong.

Lalu, bagaimana keberanian rektor dan guru besar di Aceh saat demokrasi terinjak pada 2024?

Semua diam. Pertanda takutkah mereka? Tidak berjalankah saraf nurani mereka? Apakah mereka takut “beukah kanot bu” jika bersuara? Wallahu aklam.

Sepertinya hanya mimpi mengharapkan adanya sosok secerdas, seberani dan idealis, seperti Dayan Dawood, Safwan Idris atau Humam Hamid di Aceh saat ini. 

Era emas Darussalam ini sudah berlalu. Kita tak tahu kapan datang lagi era ini.

Tunggu Kiriman BH?

Melihat pimpinan dan guru besar dari Kampus Jantong Hate yang memilih diam dan pura-pura tak tahu tentang rusaknya demokrasi Indonesia belakang ini.

Maka bisa jadi kampus Darussalam akan dikirim baju kutang dan BH dari kampus-kampus di Pulau Jawa.

Baju kutang dan BH sering digambarkan sebagai simbol penakut yang berlebihan yang menghinggapi manusia.

Jika kado ini dikirim dari Jakarta, maka sah bahwa semangat idealisme dan berani tak ada lagi di Aceh.

Sejarah akan mencatat siapa saja nama elite Perguruan Tinggi pada saat BH dikirimkan via pos.

Aceh sebagai Pelopor

Perlu direnungi, Aceh masa lampau kerap menjadi pelopor dan model bagi pembaharuan di Indonesia

Majelis Ulama Indonesia (MUI) berasal Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA), Bappenas RI berasal dari Bappeda Aceh dan masih banyak lagi.

Tapi kini Aceh tak punya ide dan keberanian. Sungguh memilukan sekaligus memalukan. Mereka berambisi menjadi pimpinan kampus tapi takut mengambil resiko. 

Akhirnya jadi penurut, tak ada sumbangan pikiran dalam aspek peran social control. Rakyat jelata dibiarkan menghadapi sendiri persoalan yang terjadi dan menimpa negara.

Baca juga: Presiden Jokowi Boleh Memihak-Kampanye, Guru Besar USK: Sudah Langgar Sumpah

Akhirnya, sebelum BH dikirimkan, adanya baiknya pimpinan kampus Jantong Hate dan kampus lain di Aceh (UTU dan STAIN Meulaboh, Unsam dan IAIN Langsa, dan lain-lain) mengajak ratusan guru besar yang ada di Aceh untuk merumuskan pernyataan sikap guna melawan upaya perusakan demokrasi di Indonesia.

Para profesor dan elite kampus di Aceh bertindaklah sekarang ini. Jangan diam saja. Guru besar adalah orang pilihan. 

Rakyat menantikan sikap Anda. Tidak ada kata terlambat hingga 14 Februari 2024. Insya Allah.

*) PENULIS adalah Safaruddin SH, MH, adalah seorang dhaif (rakyat jelata) di Aceh merangkap sebagai sebagai pelayan rakyat sebagai Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA).

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved