Opini

Guru Harus Growth Mindset

Sebagian dari konten kreator sosial media malah tanpa melakukan telaah lalu secara membabi buta mengkritik tanpa solusi. Keberadaan mereka semakin men

Editor: mufti
IST
Khairuddin SPd MPd, Kepala SMA Negeri 1 Matangkuli Sekolah Penggerak Ketua Tim Pengembang IT GTK Disdik Aceh 

Diakui bahwa banyak sekali guru masih nyaman berada dalam zona yang jumud. Secara konten materi pelajaran saja harus banyak penyesuaian, konon lagi secara pedagogik, penanganan siswa di kelas, pembelajaran yang interaktif. Semua bermuara pada kebutuhan siswa, bukan sekedar kemauan guru.

Mengubah pola pikir ini, cukup berat. Kritikan dan hujatan bahkan datang bukan hanya oleh beberapa komunitas guru, bahkan organisasi profesi guru pun ikut mengkritisi. Masih sedikit guru yang terbuka untuk melakukan perubahan diri, membentuk ekosistem belajar mandiri dan berusaha terus belajar dan berbenah.

Meski kondisi di atas tidak dapat juga kita salahkan guru yang mengeluh. Karena membuat perubahan mindset bukanlah inisiatif yang mudah. Kemendikbud harus memahami ini. Belajar di PMM saja tidak cukup. Melibatkan BGP dan Dinas Pendidikan dengan pelatihan langsung bagi guru dan kepala sekolah mutlak harus dilakukan sembari secara perlahan guru ditarik untuk belajar mandiri baik melalui platform maupun komunitas belajar.

Growth mindset

Konsep fixed mindset dan growth mindset telah menjadi dasar dalam bidang pengembangan diri dan pencapaian seseorang karena berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang cara menghadapi kesulitan, hambatan, dan akhirnya memperoleh kesuksesan. Istilah ini diciptakan oleh psikolog Carol Dweck dan mengacu pada dua keyakinan yang berbeda tentang kecerdasan, kemampuan, dan bakat. Kedua keyakinan ini membentuk cara seseorang melihat diri dan potensi mereka.

Seseorang yang memiliki fixed mindset cenderung percaya bahwa kecerdasan, bakat, dan kemampuan adalah sifat bawaan yang tidak dapat diubah. Mereka percaya bahwa sifat-sifat ini sudah ada sejak lahir. Akibatnya, jika guru memiliki pola pikir ini, mereka sering menghindari tantangan yang mungkin menunjukkan kelemahan karena takut kegagalan akan menunjukkan kurangnya kemampuan yang dimiliki secara intrinsik.

Sebaliknya, guru dengan growth mindset senantiasa belajar, bekerja keras, dan memberikan dedikasi untuk meningkatkan kemampuan dan kecerdasan mereka. Guru seperti ini tidak melihat tantangan sebagai ancaman terhadap harga diri mereka, tetapi sebagai peluang untuk maju dan berkembang. Perubahan dianggap sebagai jalan menuju keahlian, tantangan dianggap sebagai pengalaman belajar yang berharga.

Sehingga dengan growth mindset, guru relatif menerima tantangan, bertahan dalam menghadapi rintangan, dan melihat kegagalan sebagai tantangan yang bisa diatasi dengan usaha dan strategi. Mindset ini juga mendorong ketahanan, cinta terhadap pembelajaran, dan kesiapan untuk mengambil risiko untuk berkembang secara pribadi dan profesional.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved