Ramadhan Mubarak
Momentum Menguatkan Pelayanan Publik
Bayangkan jika prinsip-prinsip yang terkandung dalam puasa Ramadhan betul-betul dijiwai dan diimplementasikan oleh seorang abdi negara, maka tentu keh
Zahroel Fajri, S.Ag, MH, Kadis Syariat Islam Aceh
Bulan Ramadhan mengajarkan kita banyak hal, bukan saja tentang amalan dan pahala untuk menjadi bekal di akhirat nanti, tetapi juga tentang kemaslahatan hidup manusia di muka bumi ini. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 183, Allah SWT menjelaskan bahwa puasa sebagai wasilah untuk mencapai level ketakwaan kepada Allah SWT bukan hanya disyariatkan kepada kaum Muslimin, tetapi telah dipraktekkan atau diwajibkan kepada umat manusia di zaman-zaman sebelumnya. Ini menandakan betapa pentingnya puasa sebagai media untuk meningkatkan kualitas hidup manusia baik secara lahir maupun batin.
Di zaman Islam, Rasulullah SAW merincikan berbagai hal yang semestinya dilakukan kaum muslimin untuk mencapai derajat keimanan yang tinggi dan juga takwa. Banyak sekali di antara hal tersebut berupa amalan pada dimensi sosial kemasyarakatan. Dalam konteks tertentu seperti dunia pemerintahan, amalan-amalan tersebut dapat kita sebut sebagai pelayanan publik.
Bayangkan jika prinsip-prinsip yang terkandung dalam puasa Ramadhan betul-betul dijiwai dan diimplementasikan oleh seorang abdi negara, maka tentu kehidupan publik di negara ini akan menjadi begitu indah dan menyenangkan.
Sebagai contoh, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan imam Bukhari dan Muslim Rasulullah SAW bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kalian sampai ia betul-betul berharap apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri juga didapati oleh saudaranya.”
Dalam hadits ini Rasulullah SAW mengaitkan antara kualitas iman seseorang dengan sikapnya terhadap orang lain. Jika para pelayan publik menjiwai prinsip yang terkandung dalam hadits ini maka sudah barang tentu tidak akan terdengar lagi anekdot yang sering diucapkan masyarakat ketika terzalimi, “kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah” atau sindiran semacamnya.
Ibadah puasa juga mengajari kita makna kesederhanaan dan kepedulian terhadap orang lain sebagaimana juga yang terkandung dalam beberapa rukun Islam yang lain. Dalam ibadah haji, misalnya, kita diwajibkan untuk memakai pakaian ihram yang mengingatkan kita akan ketidakpunyaan manusia terhadap apa pun di dunia ini dan hanya kain kafanlah yang akan menemaninya di alam kubur.
Dalam kewajiban zakat, kita juga diingatkan bahwa ada kelompok masyarakat di luar sana yang tidak seberuntung kita yang hak mereka ada di dalam harta yang telah kita kumpulkan. Dalam berpuasa juga kita diajak untuk merasakan bagaimana menjadi seorang yang sehari-hari merasa lapar dan dahaga.
Selain itu, Ramadhan juga menjanjikan pahala yang besar bagi orang yang bersedekah dan memberi makan orang yang berpuasa. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang memberi makan orang yang berpuasa maka baginya pahala sebanyak amalan puasa orang tersebut tanpa dikurangi sedikitpun.”
Penekanan tentang kepedulian terhadap orang lain di bulan Ramadhan ini sungguh kuat sampai-sampai kepada orang yang tidak sanggup berpuasa karena telah lanjut usia, atau sakit berkepanjangan atau bagi yang melanggar kehormatan bulan Ramadhan dikenakan kewajiban membayar fidyah dan kafarah yang pelaksanaan keduanya juga mengadung prinsip kepedulian sosial seperti memberi makan fakir miskin dan memerdekakan budak.
Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa Ramadhan datang untuk mengajari kita betapa pentingnya peduli terhadap orang lain. Inilah kunci untuk mencapai kemaslahatan kolektif. Dalam konteks sebuah negara, jika diamalkan oleh penduduknya secara bersama-sama maka dapat dipastikan negara tersebut akan mencapai kesejahteraan dan kemakmuran yang hakiki.
Oleh sebab itu, untuk saudara-saudara kita yang berstatus ASN atau aparatur pemerintah, mari kita tingkatkan pemahaman kita terhadap makna kepedulian sosial yang terkandung dalam ibadah puasa Ramadhan agar pelayanan publik yang kita lakukan menjadi lebih baik.
Mari kita jadikan Ramadhan sebagai madrasah yang akan mendidik kita untuk meningkatkan kualitas kinerja, yang akan kita tunjukkan dalam bentuk peningkatan kedisiplinan, kejujuran, dan semangat kerja, meskipun tanpa diawasi oleh pimpinan.
Kita berharap insya Allah dengan adanya kebersamaan ini negeri kita akan menjadi lebih baik dan pada saatnya nanti akan menjelma menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur, Amin ya Rabbal ‘Alamin.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.