Kajian Kitab Kuning

Memahami Malam Lailatul Qadar, Malam yang Penuh Keberkahan Sampai Terbitnya Fajar

Malam lailatul qadar merupakan malam yang sangat mulia karena pada malam ini Allah SWT menurunkan al-Qur’an. Pada malam ini penuh dengan kesejahteraan

Editor: Agus Ramadhan
Tangkap Layar Youtube SERAMBINEWS
Dewan Pembina DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Alizar Usman MHum. 

*) Oleh: Tgk Alizar Usman MHum

Malam lailatul qadar merupakan malam yang sangat mulia karena pada malam ini Allah SWT menurunkan al-Qur’an. Pada malam ini juga penuh dengan kesejahteraan dan keselamatan sampai dengan terbit fajar. Allah berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5) 

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.(Q.S. al-Qadr: 1-5).

Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas, beliau mengatakan,

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَغَيْرُهُ: أَنْزَلَ اللَّهُ الْقُرْآنَ جُمْلَةً وَاحِدَةً مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ إِلَى بَيْتِ العِزّة مِنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا، ثُمَّ نَزَلَ مُفَصَّلًا بِحَسْبِ الْوَقَائِعِ فِي ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ سَنَةً على رسول الله صلى الله عليه وسلم. ثُمَّ قَالَ تَعَالَى مُعَظِّما لِشَأْنِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ، الَّتِي اخْتَصَّهَا بِإِنْزَالِ الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ فِيهَا، فَقَالَ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Ibnu Abbas dan lainnya mengatakan, Allah Ta’ala menurunkan al-Qur’an sekaligus secara utuh dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Kemudian menurunkan rinciannya kepada Rasulullah SAW sesuai dengan perkara-perkara yang terjadi selama dua puluh tiga tahun.

Kemudian Allah Ta’ala berfirman demi mengagungkan keadaan lailatul qadar yang dikhususkannya dengan diturunkan al-Qur’an yang mulia dengan firman_nya: “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.(Tafsir Ibnu Katsir: VIII/441)

Sesuai dengan penjelasan Ibnu Abbas dan lainnya di atas, al-Qur’an diturun dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia terjadi pada malam lailatul qadar secara sekaligus dan utuh.

Kemudian baru diturun kepada Rasulullah SAW secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan jawaban problematika umat selama dua puluh tiga tahun kerasulan Rasulullah SAW.

Keutamaan malam lailatul qadar

Keutamaannya antara lain:

1. Malam lebih baik dari seribu bulan lainnya sebagaimana dijelaskan dalam Surat al-Qadr di atas.

2. Dalam Surat al-Qadr di atas disebutkan turun Malaikat dan ruh pada malam lailatul qadar memberkan salam kesejahteraan atas orang-orang yang beriman.

Terjadi perbedaan pendapat apa yang dimaksud dengan ruh di sini: Pendapat pertama Jibril a.s.

Pendapat kedua: sekelompok malaikat. Pendapat ketiga : sekelompok makhluq langit yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan malaikat. (Syarah al-Shadri bi Zikri Lailatil Qadri, karya Waliuddin al-Iraqi.:50)

3. Malam maghfirah (keampunan dosa). Nabi SAW bersabda:

وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذنبه.

Barangsiapa yang mendirikan malam lailatul qadar dengan keimanan dan keikhlasan, maka diampuni dosanya yang sudah berlalu (H.R. Muslim)

4. Malam mustajabah doa. Karena itu, Nabi SAW mengajarkan kepada kita berdoa sebagaimana dalam hadits riwayat ‘Aisyah r.a. beliau menagatakan,

قُلْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ: أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ اَلْقَدْرِ, مَا أَقُولُ فِيهَا? قَالَ قُولِي: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Aku pernah bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mengetahui  sebuah malam itu adalah Lailatul Qadar. Doa apa yang harus kubaca?. Rasulullah SAW  menjawab:

Bacalah, ‘Allāhumma innaka afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annī. (H.R lima imam Hadits kecuali Abu Dawud. Hadits ini diakui shahih oleh Imam A-Tirmidzi dan Al-Hakim. Lihat Bulugul Maram: 276).

Sebab penamaan malam lailatul qadar

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan sebab dinamakan malam lailatul qadar. Pendapat-pendapat tersebut antara lain:

1. Dinamakan dengan malam lailatul qadar, karena Allah Ta’ala mentaqdirkan rezeki, ajal dan kejadian alam semuanya pada malam tersebut. Maksudnya nyata taqdir tersebut kepada malaikat pada malam lailatul qadar, karena taqdir Allah, sifatnya qadim. Diriwayat pendapat ini dari Ibnu Abbas, Qatadah dan selainnya. Al-Nawawi menisbahkannya kepada pendapat ulama.

2.Karena malam lailatul qadar malam yang mempunyai qadar (mulia)

3. Karena pada malam ini, manusia yang menghidupkannya mengusahakan qadar yang mulia yang tidak ada sebelumnya dan berusaha menambah kemuliaan di sisi Allah

4. Karena beramal pada malam ini mendapat pahala yang besar (qadar), karena itu, Allah mengkhususkan umat ini dengan malam lailatul qadar

(Syarah al-Shadri bi Zikri Lailatil Qadri, karya Waliuddin al-Iraqi.:46)

Terjadi khilaf ulama dalam menentukan malam lailatul qadar

Waliuddin al-Iraqi memberikan imformasi kepada kita bahwa telah terjadi perbedaan pendapat ulama dalam menentukan malam lailatul qadar dalam dua puluh empat pendapat, yaitu :

1. Terjadi pada satu malam tertentu dan itu bisa saja dalam sepanjang tahun. Ini merupakan pendapat yang masyhur dari Abu Hanifah. Pendapat ini didukung oleh pernyataan Ibnu Mas’ud, berbunyi :

من يقم الحول يصيبها

Barangsiapa yang mendirikan malam sepanjang tahun, maka dia akan mendapatkan malam lailatul qadar

Namun dalam Shahih Muslim dari Zar ibn al-Jaisy, mengatakan :

Aku bertanya kepada Ubay bin Ka’ab sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas’ud mengatakan :

من يقم الحول يصيب ليلة القدر

  Maka Ubay mengatakan : “Ibnu Mas’ud memaksudkan supaya manusia tidak lalai, padahal  beliau mengetahui bahwa malam lailatul qadar terjadi pada bulan Ramadhan, sepuluh yang akhir dan malam kedua puluh tujuh.”

2. Pendapat Ibnu Umar dan satu jama’ah sahabat : terjadi malam lailatul qadar sepanjang bulan Ramadhan. Dalam sunan Abu Daud dari Ibnu Umar mengatakan :

Ditanyai Rasulullah SAW mengenai malam lailatul qadar, pada waktu itu, aku  mendengarnya Rasulullah bersabda : “Lailatul qadar terjadi pada semua bulan Ramadhan.

Hadits ini boleh jadi bermakna berulang-ulang pada setiap tahun pada bulan Ramadhan.

3. Malam lailatul qadar terjadi pada malam pertama bulan Ramadhan. Ini merupakan pendapat Abu Raziin al-‘Aqiily, salah seorang sahabat Nabi SAW.

4.  Terjadi pada sepuluh pertengahan dan sepuluh akhir bulan Ramadhan. Dalil yang digunakan adalah perkataan Jibril kepada Nabi SAW manakala beliau beri’tikaf pada sepuluh pertengahan : “Sesungguhnya yang engkau cari ada dihadapanmu.”

5. Terjadi pada sepuluh yang akhir saja, karena hadits Nabi SAW : “Carilah pada sepuluh yang akhir.”

6. Khusus terjadi pada malam ganjil dari sepuluh yang akhir. Hadits yang mendukungnya adalah sabda Nabi SAW “Carilah pada sepuluh yang akhir.pada ganjil.” Hadits yang serupa dengan ini ada dalam Musnad Ahmad dan Mu’jam al-Thabrani.

7. Khusus pada malam genap sepuluh yang akhir. Ini didasarkan kepada perkataan Abu Sa’id al-Khudri :

Ditanyai kepada Abu Sa’id al-Khudry apa yang dimaksud dengan malam ke sembilan, ketujuh dan kelima?" beliau menjawab, "Jika malam kedua puluh satu telah lewat, maka yang berikutnya adalah malam ke dua puluh dua, dan itulah yang dimaksud dengan malam ke sembilan. Dan apabila malam ke dua puluh tiga telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke tujuh, dan jika malam ke dua puluh lima telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke lima.

8. Terjadi pada malam ketujuh belas. Pendapat ini diriwayat dari Zaid bin Arqam dan juga dari Ibnu Mas’ud serta Hasan Basri.

9. Terjadi pada malam kesembilan belas

10. Dicari pada malam ketujuh belas, dua puluh satu atau malam kedua puluh tiga. Dihikayah pendapat ini dari Ali dan Ibnu Mas’ud juga.

11. Terjadi pada malam kedua puluh satu, berdasarkan riwayat shahih dari Abu Sa’id al-Khudry, Rasulullah SAW bersabda :

وَإِنِّى رِيتُهَا لَيْلَةَ وِتْرٍ وَأَنِّى أَسْجُدُ صَبِيحَتَهَا فِى طِينٍ وَمَاءٍ  فَأَصْبَحَ مِنْ لَيْلَةِ إِحْدَى وَعِشْرِينَ وَقَدْ قَامَ إِلَى الصُّبْحِ فَمَطَرَتِ السَّمَاءُ فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ فَأَبْصَرْتُ الطِّينَ وَالْمَاءَ فَخَرَجَ حِينَ فَرَغَ مِنْ صَلاَةِ الصُّبْحِ وَجَبِينُهُ وَرَوْثَةُ أَنْفِهِ فِيهِمَا الطِّينُ وَالْمَاءُ وَإِذَا هِىَ لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ.

Aku pernah melihat lailatul qadar pada malam ganjil, yang pada pagi harinya aku bersujud pada tanah yang basah, - memang pagi-pagi malam kedua puluh satu beliau shalat Shubuh, sedangkan hari hujan sehingga masjid tergenang air, aku melihat tanah dan air – Setelah selesai shalat Shubuh, Rasulullah SAW keluar, sedangkan dikening dan hidungnya ada tanah yang basah. Malam itu adalah malam kedua puluh satu dari sepuluh yang akhir.

12.  Terjadi pada malam kedua puluh tiga, yakni pendapat sekelompok banyak para sahabat dan selain mereka. Dalilnya hadits shahih Muslim riwayat Abdullah bin Unais, Rasulullah SAW bersabda :

أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا وَاذا في صبيْحَتهَا أَسْجُدُ فِى مَاءٍ وَطِينٍ ». قَالَ فَمُطِرْنَا لَيْلَةَ ثَلاَثٍ وَعِشْرِينَ

Aku diperlihatkan malam lailatul qadar, kemudian aku lupa dan pada waktu Shubuh, aku bersujud atas tanah yang basah. Abdullah bin Unais berkata : “Pada malam kedua puluh tiga itu terjadi hujan

13. Terjadi pada malam kedua puluh empat. Pendapat ini diriwayat dari Bilal, Ibnu Abbas, al-Hasan dan Qatadah.

14. Terjadi pada kedua puluh tiga atau kedua puluh tujuh. Pendapat ini dihikayah dari Ibnu Abbas.

15. Terjadi pada malam kedua puluh tujuh. Ini merupakan pendapat sekelompok yang banyak dari sahabat Nabi dan selain mereka. Ubay bin Ka’ab r.a. bersumpah tidak mengecualikan sesungguhnya malam lailatul qadar terjadi pada malam kedua puluh tujuh sebagaimana yang telah tsabit dalam al-Shahih.

16. Terjadi pada akhir bulan.

17. Terjadi pada malam kedua puluh dua atau kedua puluh tiga

18. Terjadi pada malam kedua puluh satu, kedua puluh tiga, kedua puluh lima, kedua puluh tujuh atau malam terakhir.

19. Terjadi pada malam kedua puluh satu, kedua puluh tiga atau kedua puluh lima

20. Terjadi pada malam kedua puluh tiga atau kedua puluh lima.

21. Terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau kedua puluh sembilan

22. Terjadi pada malam ganjil sepuluh yang akhir, malam ketujuh belas atau kesembilan belas.

Perbedaan pendapat di atas didasarkan kepada bahwa malam lailatul qadar itu wujud pada malam tertentu sebagaimana mazhab Syafi’i.

Menurut pendapat yang shahih dalam mazhab Syafi’i, malam lailatul qadar khusus pada sepuluh yang akhir dan malam ganjil lebih diharapkan daripada malam genap dan malam kedua puluh satu dan dua puluh tiga lebih diharapkan muncul dibandingkan malam lainnya.

Pendapat ini merupakan pendapat yang bagus dianggap sebagai pendapat yang kedua puluh tiga (ke-23). Ada pendapat yang mengatakan bahwa malam lailatul qadar sudah hilang, maka pendapat yang terakhir ini merupakan pendapat yang kedua puluh empat (ke-24)

(Syarah al-Shadri bi Zikri Lailatil Qadri, karya Waliuddin al-Iraqi.:54-79)

Tanda-tanda malam lailatul qadar

Waliuddin al-Iraqi juga menjelaskan kepada kita bahwa alam Musnad Ahmad dengan isnad yang baik dari ‘Ubadah bin al-Shamid r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda :

إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ, لاَ بَرْدَ فِيْهَا وَلاَ حَرَّ, َلاَ محِلُّ لِكَوْكَبٍ يُرْمَى بِهِا حَتَّى يصْبِحَ, وَإِنَّ من أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً, لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ

Sesungguhnya tanda-tanda Lailatul Qadr adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, setengah dari tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu
 
Qadhi Ibnu ‘Iyadh mengatakan dua pendapat kenapa pada pagi lailatul qadar, matahari terbit tidak ada terik panasnya, yaitu : Pertama, itu sebagai tanda malam lailatul qadar. Kedua, hal itu terjadi karena banyak hilir mudik, turun kebumi dan naik malaikat yang dapat menutup panas matahari dengan sayapnya dan tubuhnya yang lembut. (Syarah al-Shadri bi Zikri Lailatil Qadri, karya Waliuddin al-Iraqi.:84-85)

Wallahua’lam bisshawab
 

PEMBAHASAN KAJIAN KITAB KUNING LAINNYA DISINI

----------

*) Salah satu tugas mulia bagi Muslim adalah menjadi penerus risalah kenabian, yakni mensyiarkan Agama Islam dalam berbagai bentuk media.

Serambi Indonesia menyambut baik kerjasama Bidang Dakwah bil Qalam dan Lisan (video) dengan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh.

Dakwah melalui tulisan diasuh oleh Tgk Alizar Usman, S.Ag, M.Hum, alumni UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan Alumni Dayah Istiqamatuddin Darul Muarrif, Lam Ateuk.

Adapun dakwah melalui visual diisi oleh keluarga besar DPP ISAD Aceh.

Dakwah di media besar melalui Serambi Indonesia jangkauannya lebih luas. Dapat dibaca kapan saja dan di mana saja sehingga konten dakwah bisa didapat lebih fleksibel.

Seluruh Isi dan konten menjadi tanggung jawab para narasumber.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved