Ramadhan Mubarak

Implementasi Al-Qur’an dalam Kehidupan

Wujud pemutusan silaturahmi dengan kaum kerabat antara lain adalah dengan sengaja membuang muka saat berpas-pasan, menghindar bertemu, tidak menegur s

Editor: mufti
IST
HASAN BASRI M. NU 

Hasan Basri M. Nur, S.Ag, M.Ag, Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam FDK UIN Ar-Raniry

SILATURAHIM (Indonesia: Silaturahmi) mempunyai kedudukan sangat tinggi dalam Islam. Saling menjaga ikatan kekerabatan, baik atas hubungan darah, persahabatan, jiran maupun sesama muslim, merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Terdapat banyak dalil Alquran dan hadits tentang kewajiban menjalin silaturahmi dan mencela pemutusannya.

Tak jarang kita mendengar dan menyaksikan orang yang memutus silaturahmi dengan saudara kandung, kerabat, dan tetangga. Lebih dari itu, kita juga terkadang mendengar ada anak yang mengucilkan, seperti enggan mengunjungi atau menitip ke panti jompo, orangtua karena telah uzur dan dianggap tak lagi memberi manfaat untuknya.

Anehnya, perbuatan tercela tersebut terkadang dilakukan oleh kalangan muslim/muslimah yang di permukaan terlihat rajin melaksanakan shalat, puasa, naik haji/umrah, dan menutup aurat. Ada kesan tak seimbang antara hubungan vertikal (hablun minallah) dengan horizontal (hablun minannas). Pemandangan yang kontradiktif.

Wujud pemutusan silaturahmi dengan kaum kerabat antara lain adalah dengan sengaja membuang muka saat berpas-pasan, menghindar bertemu, tidak menegur sapa, tidak mau berkunjung, tidak mengundang pada hajatan hingga bersekongkol mengucilkan orang tertentu.

Di era teknologi multimedia saat ini muncul fenomena baru yaitu berupa pemblokiran nomor kontak HP/WA dan akun media sosial orang tertentu. Pemblokiran nomor kontak komunikasi menyebabkan seseorang tak dapat menyapa rekan atau sanak saudara. Ini adalah penyakit sosiopsikologis yang timbul karena perasaan dihantui atas kesalahan fatal.

Islam mencela tindakan pemutusan silaturahmi. Dalam hadits Bukhari dan Muslim, Rasulullah menegaskan bahwa tidak masuk surga orang yang memutus silaturahmi. Artinya tak ada guna seseorang berpuasa dan shalat (vertikal) jika dalam hubungan sosial (horizontal) dia bermasalah. Sesungguhnya, Islam adalah agama yang seimbang antara hablun minnallah dan hablun minannas.

Ramadhan adalah momentum terbaik untuk instrospeksi diri. Kesalahan masa lampau harus disadari dan diselesaikan melalui mekanisme taubat. Jika ada kesalahan dengan manusia, seperti pernah mencuri, menipu atau tidak membayar utang yang kemudian merusak silaturahmi, maka hal itu wajib diselesaikan secara bijak selama nyawa masih dikandung badan, sebelum ajal menghampiri. Kata orang bijak, utang atau perkongsian bisnis adalah pemutus silaturahmi paling tajam.

Selain Ramadhan, Idul Fitri adalah momentum terbaik untuk merajut silaturahmi. Sanak saudara, kerabat hingga relasi saling berkunjung dan memohon maaf atas kesalahan masa lalu. Idul Fitri dapat digunakan sebagai ajang memperkuat silaturahmi dan mencairkan miskomunikasi.

Manfaat Silaturahmi

Sangat besar perhatian Islam terhadap silaturahmi. Dalam Surah An-Nisa’ ayat 1, Allah berfirman: “Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan peliharalah hubungan kekeluargaan”. Ayat ini menegaskan bahwa menjaga ikatan kekeluargaan akan mengantar manusia ke derajat kesempurnaan.

Silaturahmi memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Terhindar dari Neraka

Ini ditegaskan dalam hadits Bukhari dan Muslim: “Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahmi”.

2. Mudah Rezeki, Panjang Umur

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved