Ramadhan Mubarak
Ramadhan dan Mu’jizat Al-Qur’an
Al-Qur’an tidak hanya mengatur aspek akidah dan ibadah, tetapi mencakup aspek mu’amalah, munakahah, jinayah, dusturiyah, siyasah dan lain-lain. Jelasn
Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA, Ketua DPS PT. Bank Aceh
ALQUR’AN adalah wahyu Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw di bulan Ramadhan (QS. al-Baqarah : 185). Wahyu pertama diturunkan pada 17 Ramadhan 610 M di Gua Hira’. Kalam Ilahi yang menjadi kitab suci umat Islam ini memiliki kandungan ajaran yang lengkap dan sempurna untuk mengatur tata kehidupan manusia. (QS. al-An’am : 38).
Al-Qur’an tidak hanya mengatur aspek akidah dan ibadah, tetapi mencakup aspek mu’amalah, munakahah, jinayah, dusturiyah, siyasah dan lain-lain. Jelasnya, Al-Qur’an adalah pedoman hidup manusia di dunia, dan pedoman persiapan menuju kehidupan hari akhir yang kekal dan abadi.
Al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi adalah mu’jizat terbesar yang diberikan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Al-Qur’an sebagai mu’jizat berbeda dengan mu’jizat lain yang pernah diberikan oleh Allah Swt kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terdahulu. Al-Qur’an tidak dibatasi keberlakuannya untuk umat tertentu, wilayah atau waktu tertentu, akan tetapi berlaku sepanjang masa kepada umat manusia di seluruh dunia. Al-Qur’an menjadi cahaya dan rahmat bagi alam semesta, mempunyai kedudukan yang sangat mulia dan tinggi di hati sanubari kaum muslimin.
Al-Qur’an diturunkan bukan hanya sekadar untuk melemahkan, melumpuhkan atau mematahkan segala bantahan kaum musyrikin terhadap kebenaran wahyu yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw, tetapi juga ditujukan kepada seluruh umat manusia. Al-Qur’an mencakup seluruh wahyu yang pernah disampaikan kepada Nabi dan Rasul terdahulu, baik sebagai petunjuk, pendidikan, perbaikan akhlaq, hukum-hukum dan hal-hal lain, di samping menyajikan hal-hal baru yang selalu aktual sepanjang masa.
Al-Qur’an telah mempertahankan jatidirinya sebagai mu’jizat dengan berbagai redaksi yang ditemukan dalam sejumlah ayat-ayatnya. Kemu’jizatan Al-Qur’an terlihat dari isi dan kandungannya, bahasa indah yang dipergunakan, aspek hukum yang ditawarkan dan lain-lain.
Kata mu’jizat atau kata ‘I’jaz berarti menetapkan kelemahan (istbat al-i’jaz) atau melemahkan. Maksudnya, adalah ketidakmampuan berbuat sesuatu sebagai lawan dari kata kemampuan (al-qudrah). Secara terminologi, kata i’jaz adalah sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan oleh Allah Swt melalui para Nabi dan Rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan itu.
Al-Qur’an hadir untuk melemahkan kekuatan bangsa Arab yang ahli dalam bidang syair dan berusaha menandingi dan membuat semisal Al-Qur’an. Meskipun Al-Qur’an sebagai bukti kebenaran Nabi Saw dan ajarannya, namun fungsi utamanya adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia. Petunjuk dimaksud adalah petunjuk agama (al-din).
Kata mu’jizat sendiri sesungguhnya tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, tetapi untuk menerangkan makna mu’jizat, Al-Qur’an menggunakan kata al-ayat atau al-bayyinat. Al-ayat atau al-bayyinat memliki dua makna. Pertama, berarti perkabaran ilahi yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an seperti yang terdapat dalam Surah Ali Imran: 252, al-An’am: 10, Al-Baqarah: 159 dan lain-lain.
Kedua, mencakup makna mu’jizat atau tanda bukti seperti terdapat dalam Surah Ali Imran: 49, al-A’raf: 105, an-Nahl: 44 dan lain-lain. Pada umumnya, mu’jizat para Nabi dan Rasul berkait dengan masalah yang dianggap mempunyai nilai tinggi dan suatu keunggulan oleh masing-masing umat ketika itu.
Misalnya, zaman Nabi Musa adalah zaman keunggulan tukang sihir, maka mu’jizat Nabi Musa adalah mematahkan sihir, sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an Surah Thaha: 103-126. Zaman Nabi Isa adalah zaman kemajuan ilmu kedokteran, maka mu’jizat utamanya adalah menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh pengobatan biasa. Mu’jizat Nabi Isa adalah menyembuhkan orang buta sejak lahir dalam kandungan dan orang yang berpenyakit sopak serta menghidupkan orang mati.
Hal ini dikabarkan Al-Qur’an dalam Surah Ali Imran: 49, dan Al-Maidah: 110. Zaman Nabi Muhammad Saw adalah zaman keemasan sastera Arab, maka mu’jizatnya adalah Al-Qur’an, kitab suci yang ayat-ayatnya mengandung nilai sastera yang amat tinggi, sehingga tidak ada seorang manusia pun yang dapat membuat serupa dengan Al-Qur’an (Al-Baqarah: 23).
Mu’jizat Nabi Muhammad Saw memiliki kekhususan bila dibandingkan dengan mu’jizat nabi dan rasul sebelumnya. Mu’jizat nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad Saw dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya mu’jizat tersebut hanya diperlihatkan pada umat tertentu dan masa tertentu. Sedangkan mu’jizat Al-Quran bersifat universal dan abadi, yakni berlaku bagi seluruh umat manusia sepanjang masa.
Pada dasarnya kemu’jizatan Al-Qur’an tertumpu pada dua segi yaitu segi isi kandungan Al-Qur’an dan segi bahasa Al-Qur’an. Secara lebih rinci dapat ditemukan segi kemu’jizatan Al-Quran berupa susunan bahasa yang indah, berbeda dengan setiap susunan yang ada dalam bahasa orang-orang Arab.
Demikian juga uslub Al-Qur’an juga berbeda dengan uslub bahasa Arab pada umumnya. Al-Qur’an memiliki sifat yang agung dan tidak mungkin seorang makhluk pun mampu mendatangkan hal serupa dengan Al-Qur’an. Kandungan Al-Qur’an yang berbentuk aturan detail dan sempurna melebihi produk manusia, serta mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali melalui wahyu. Pada sisi lain, kandungan Al-Quran tidak bertentangan dengan pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya, meletakan prinsip ilmu pengetahuan agama dan pengetahuan umum, dan menempati janji dan ancaman yang dikabarkan Al-Qur’an. Kandungan Al-Qur’an mampu memenuhi segala kebutuhan manusia baik jasmani dan ruhani, serta Al-Qur’an amat berpengaruh kepada hati setiap kaum muslimin.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.