Berita Luar Negeri

Myanmar Panas! Kelompok Gerilyawan Anti-Junta Lancarkan Serangan Terhadap Kantor Militer di Yangon

Kelompok tersebut menembaki Kantor Kepala Urusan Keamanan Militer pada Sabtu (6/4/2024) malam, karena merupakan sasaran militer yang penting.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
STR/AFP
Tentara berjaga di jalan yang diblokade menuju parlemen Myanmar di Naypyidaw, Senin 1 Februari 2021, setelah militer menahan pemimpin de facto negara itu Aung San Suu Kyi dan presiden negara itu dalam sebuah kudeta. 

 

Junta Militer Minta Bantuan ke Rohingya

Junta Militer Myanmar, pemerintah negara yang dipimpin oleh para militer, kini kelimpungan menghadapi pemberontak di negara itu.

Bukan hanya satu kelompok pemberontak yang dihadapi, melainkan ada lebih dari 3 kelompok besar pemberontak yang tersebar di beberapa wilayah di Myanmar.

Kekurangan pasukan membuat militer Myanmar kelimpungan dan bahkan ada yang menyerah dari pemberontak demi keselamatan.

Namun setelah hampir tujuh tahun militer Myanmar menghabisi ribuan Muslim Rohingya dalam rentetan peristiwa, kini militer Myanmar justru menginginkan bantuan etnis tersebut.

Junta Militer memohon kepada etnis Rohingya untuk ikut dalam kampanye wajib militer untuk melawan pasukan pemberontak.

Etnis Muslim Rohingya, Ali (yang namanya diubah demi alasan keamanan) mengisahkan bagaimana kelompoknya di rekrut oleh Junta Militer Myanmar untuk ikut dalam wajib militer.

Pria muslim Rohingya dalam pelatihan militer di kamp Junta Myanmar pada 9 Maret 2024
Pria muslim Rohingya dalam pelatihan militer di kamp Junta Myanmar pada 9 Maret 2024 (Radio Free Asia (RFA))

Mereka menjanjikan perlindungan bagi enits Muslim Rohingya yang mau ikut dalam wajib milter tersebut.

Tepat sebelum tengah malam pada 25 Februari 2024, Ali membuka pintu dan melihat tentara junta menodongkan senjata ke arahnya.

Militer Myanmar telah memasuki negara bagian Rakhine, sebagai bagian dari kampanye wajib militer yang baru diluncurkan dan pemuda Rohingya adalah korban terbaru mereka.  

Ali mengatakan mereka mendorongnya ke dalam mobil dan membawanya ke kamp militer Batalyon Infanteri Ringan No. 535 di Buthidaung.

Keesokan harinya, seorang komandan operasi taktis mendesak para anggota baru untuk mengikuti pelatihan militer mereka dengan serius, dan menawarkan mereka kesepakatan. 

Jika orang-orang Rohingya ini membentuk milisi dan menahan Tentara Arakan, yang baru-baru ini memperoleh keuntungan besar melawan junta di negara bagian Rakhine, maka Ali dan rekan-rekan wajib militernya akan diberikan status hukum.

Militer Myanmar juga menjanjikan gaji 1.000.000 kyat (sekitar Rp 7,5 juta) beserta jatahnya.

“Mereka mengajari cara menembakkan senjata, cara berjalan, dan cara menghindari (cedera) selama pertempuran,” kata Ali, dikutip dalam laporan Radio Free Asia, Kamis (11/4/2024).

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved