Kemah Anti Israel Menyebar ke MIT dan Beberapa Kampus di AS usai Kerusuhan di Columbia University

Gerakan berkemah anti-Israel menyebar ke beberapa kampus di Amerika Serikat (AS) termasuk Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Penulis: Sara Masroni | Editor: Amirullah
AP Photo/Steven Senne
Gerakan berkemah anti-Israel menyebar ke beberapa kampus di Amerika Serikat (AS) termasuk Massachusetts Institute of Technology (MIT). 

SERAMBINEWS.COM - Gerakan berkemah anti-Israel menyebar ke beberapa kampus di Amerika Serikat (AS) termasuk Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Hal ini terjadi usai kerusuhan dan penangkapan yang dialami sejumlah mahasiswa yang menyuarakan pro-Palestina di Columbia University beberapa waktu lalu.

Kerusuhan seputar demonstrasi massal mahasiswa di Universitas Columbia dalam beberapa pekan terakhir di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza.

Gerakan membuat tenda kemah dapat dilihat di kampus-kampus AS termasuk New York University, MIT, Tufts University dan Emerson College melansir Times of Israel, Rabu (24/4/2024).

Baca juga: Enteng Bagi Iran Bikin Bom Nuklir, PBB Khawatir: Cuma Butuh Mingguan tak Sampai Bulanan

Baca juga: Diserang Pakai 300 Rudal dan Drone, AS Sebut Israel Salah Perhitungan Sudah Bunuh Jenderal Iran

Sebuah perkemahan di Emerson College dilaporkan terletak di sebelah kampus cabang Hillel.

Tempat tersebut diperkirakan akan banyak mahasiswa Yahudi berkunjung ke sana untuk liburan Paskah.

 

 

Sementara tanda-tanda anti-Israel dipajang di tenda-tenda yang didirikan sepanjang gang pusat kota Boston dekat universitas.

Di MIT, mahasiswa mengambil bagian dalam salat di samping tenda perkemahan.

Demonstran memprotes apa yang mereka katakan sebagai kegagalan universitas dalam menyerukan gencatan senjata segera di Gaza.

Baca juga: Iran vs Israel Hari Ini: Perang Berkecamuk, Warga Australia Didesak Pergi, AS Batasi Pergerakan

Mereka juga menyerukan MIT untuk memutuskan hubungan dengan militer Israel, di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza sejak pembantaian Hamas pada 7 Oktober.

Di sisi lain negara itu, postingan media sosial menunjukkan tenda perkemahan di University of California, Berkley dan University of Southern California di Los Angeles.

Universitas telah menjadi fokus perdebatan budaya yang intens di AS sejak perang meletus setelah pembantaian Hamas pada 7 Oktober.

Protes meningkat di Universitas Columbia pekan lalu, ketika demonstran pro-Palestina mendirikan tenda untuk menyerukan agar kampus melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel.

Setelah beberapa insiden bahasa antisemit (benci kaum Yahudi) dan serangkaian penangkapan di Columbia, Presiden AS Joe Biden kemarin mengutuk antisemitisme di kampus-kampus.

Sementara Walikota New York Eric Adams mengatakan dia ngeri dan muak dengan laporan tersebut, bersumpah bahwa polisi akan menangkap siapa pun yang melanggar hukum.

Rabi Serukan Mahasiswa Yahudi Tak Ngampus Dulu Seiring Protes anti-Israel

Sementara diberitakan sebelumnya, mahasiswa Yahudi di Universitas Columbia di New York City dalam bahaya seiring kerusuhan dan aksi anti-Israel di kampus tersebut.

Rabi Ortodoks di universitas tersebut sampai turun tangan menyerukan kepada para mahasiswa Yahudi untuk menjauhi dulu salah satu kampus ternama di Amerika Serikat (AS) itu.

Pihaknya mengirimkan pesan kepada mahasiswa Yahudi yang mendesak mereka untuk menjauh dari kampus sampai kampus dianggap aman kembali sebagaimana dilansir Times of Israel dari CNN pada Minggu (21/4/2024).

Rabi Elie Beuchler mengatakan, protes anti-Israel yang terjadi hampir setiap hari adalah mengerikan dan tragis.

Peristiwa beberapa hari terakhir, terutama pada Sabtu malam, telah memperjelas bahwa Keamanan Publik Universitas Columbia dan NYPD (kepolisian) tidak dapat menjamin keamanan mahasiswa Yahudi dalam menghadapi antisemitisme dan anarki yang ekstrim.

Dia menambahkan, meski sangat menyakitkan baginya, Rabi Elie merekomendasikan agar mahasiswa Yahudi tetap di rumah sampai keadaan di dalam dan sekitar kampus membaik secara dramatis.

“Bukan tugas kami sebagai orang Yahudi untuk memastikan keselamatan kami sendiri di kampus. Tidak seorang pun harus menanggung kebencian sebesar ini, apalagi di sekolah,” tulis Rabi Elie.

Menyusul surat Beuchler, Universitas Columbia setuju untuk mengizinkan mahasiswanya menghadiri kelas dari jarak jauh, menurut pesan yang dikirim dalam kelompok mahasiswa pro-Israel.

Pesan tersebut juga mengatakan mahasiswa Yahudi yang membutuhkan tempat tinggal pada Minggu malam akan ditawari akomodasi di rumah fakultas.

Mengikuti pesan Beuchler, Hillel dari Columbia mengeluarkan pernyataannya sendiri yang menentang rabi Ortodoks tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka tidak percaya mahasiswa Yahudi harus meninggalkan kampus dan kampus akan tetap terbuka untuk melayani masyarakat.

Pada saat yang sama, Hillel menjelaskan bahwa mereka mengharapkan universitas dan Kota New York untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi mahasiswa Yahudi.

“Kami menyerukan kepada pihak administrasi universitas untuk segera bertindak dalam memulihkan ketenangan di kampus," kata Columbia Hillel.

"Kota harus memastikan bahwa siswa dapat berjalan-jalan di Broadway dan Amsterdam tanpa takut dilecehkan,” sambungnya.

Universitas-universitas di luar negeri, terutama di AS, telah menjadi tempat terjadinya protes besar-besaran anti-Israel sejak 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik 253 orang.

Di Kolombia, pengunjuk rasa pro-Palestina dan pro-Israel saling berhadapan secara teratur dalam enam bulan terakhir, ketika Israel mengobarkan perang melawan Hamas di Jalur Gaza.

Namun, protes anti-Israel semakin meningkat dalam seminggu terakhir, setelah universitas tersebut meminta NYPD (kepolisian) untuk membantu membongkar sebuah perkemahan yang didirikan untuk mendukung Gaza.

Selama pembubaran mahasiswa yang melakukan protes pada Rabu lalu, polisi menangkap lebih dari 100 orang, termasuk putri Perwakilan AS Ilhan Omar, seorang kritikus keras terhadap Israel.

Setiap malam sejak itu, para pengunjuk rasa berbaris melalui kampus sambil memukul-mukul panci dan wajan serta meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan intifada atau pemberontakan melawan Israel.

Dalam dua intifada sebelumnya, ratusan warga Israel dalam serangan teror.

Para pengunjuk rasa pada demonstrasi tersebut juga menyatakan identifikasi mereka terhadap Hamas dan menyerukan serangan lebih lanjut seperti yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.

Di tengah protes yang intens, presiden Columbia, Nemat Shafik menghadiri sidang kongres tentang meningkatnya antisemitisme di kampus Capitol Hill pada Rabu lalu.

Para pemimpin Universitas Harvard dan Universitas Pennsylvania terpaksa mengundurkan diri setelah panel serupa pada bulan Desember.

Mereka menuai kritik keras karena menolak secara eksplisit mengatakan bahwa menyerukan genosida terhadap orang-orang Yahudi melanggar kode etik universitas mereka.

(Serambinews.com/Sara Masroni) 

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved