Kupi Beungoh
Komunikasi Lintas Budaya Pengungsi Etnis Rohingya dengan Masyarakat Aceh Barat
Komunikasi lintas budaya dapat diartikan sebagai komunikasi antara orang yang berbeda kebudayaannya, baik itu suku bangsa, etnik, ras/kelas sosial.
Oleh Ratna Sari *)
Komunikasi lintas budaya dapat diartikan sebagai komunikasi antara orang yang berbeda kebudayaannya, baik itu pada suku bangsa, etnik, dan ras atau kelas sosial.
Komunikasi ini terjadi di antara pelaku komunikasi yang berbeda latar belakang kebudayaannya.
Secara sederhana, komunikasi lintas budaya adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budaya.
Pada dasarnya komunikasi lintas budaya adalah bentuk komunikasi biasa, namun yang menjadi perbedaannya adalah orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut, berbeda dalam hal latar belakang budayanya.
Terdapat banyak pengertian yang dikemukakan para ahli komunikasi dalam mendefinisikan komunikasi lintas budaya, diantaranya pendefinisan komunikasi lintas budaya oleh Stella Ting-Toomey mendefinisikan komunikasi lintas budaya sebagai proses pertukaran makna antar individu atau dalam komunitas budaya yang berbeda dalam menegosiasikan makna bersama dalam suatu interaksi.
Perbedaan latar belakang social budaya seringkali menjadi hambatan ketika proses komunikasi terjadi, hal tersebut disebabkan karena adanya standar baik buruk, benar salah, dan hal-hal yang berbeda di tiap budayanya.
Begitu pula dengan Samovar yang sepakat dengan pendapat Stella Ting-Toomey bahwa komunikasi lintas budaya sebagai interaksi antar individu yang memiliki pengetahuan budaya dan sistem simbol kebudayaan yang berbeda untuk mengubah kegiatan komunikasi.
Komunikasi lintas budaya memiliki tiga unsur sosio-budaya mempunyai pengaruh besar dan langsung atas makna-makna yang kita bangun dalam persepsi kita.
Diantaranya yaitu:
1) Nilai, Nilai dalam suatu budaya menampakkan diri dalam perilaku para anggota budaya yang dituntut oleh budaya tersebut. Nilai ini disebut nilai normatif.
2) Kepercayaan / Keyakinan, Dalam komunikasi antar budaya tidak ada hal yang benar atau salah sejauh hal-hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan. Menciptakan komunikasi yang efektif harus dilandaskan dengan saling percaya agar mencapai satu maksud dan tujuan yang sama.
3) Sikap, Kepercayaan dan nilai memberikan kontribusi pengembangan diri dan sikap. Sikap itu dipelajari dari konteks budaya bagaimanapun lingkungan kita, lingkungan itu akan turut membentuk sikap kita, kesiapan kita untuk merespon dan akhirnya perilaku kita.
Di Indonesia sendiri komunikasi lintas budaya sangat sering terjadi, seperti komunikasi lintas budaya saat ini yang terjadi di Aceh khususnya Aceh Barat.
Etnis Rohingya dari negara Myanmar yang merupakan minoritas Muslim di Arakan, mereka melarikan diri dari negara Myanmar yang mayoritasnya beragama Budha disebabkan oleh konflik.
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.