Info Haji
Buya Anwar Abbas Nilai Jemaah Lebih Baik Ikut Skema Murur Demi Keselamatan, Terutama Bagi yang Risti
Hal ini disampaikan KH Anwar Abbas atau juga dikenal Buya Anwar Abbas, usai meninjau kesiapan sarana pra-sarana yang ada di Arafah, Muzdalifah, dan Mi
Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
Hal ini disampaikan KH Anwar Abbas atau juga dikenal Buya Anwar Abbas, usai meninjau kesiapan sarana pra-sarana yang ada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina atau Armuzna bersama Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas dan para Amirul Hajj.
Laporan Khalidin Umar Barat | Arab Saudi
SERAMBINEWS.COM, MAKKAH - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Anwar Abbas menilai, untuk keselamatan jemaah lansia dan risti, maka perjalanan hajinya lebih baik dari Arafah langsung lanjut ke Mina.
Sedangkan mabit di Muzdalifah mengikuti skema murur.
Hal ini disampaikan KH Anwar Abbas atau juga dikenal Buya Anwar Abbas, usai meninjau kesiapan sarana pra-sarana yang ada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina atau Armuzna bersama Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas dan para Amirul Hajj.
Buya Anwar Abbas yang juga Naib Amirul Hajj 1445 H/2024 M ini menilai pilihan tersebut amat tepat untuk diambil demi memberikan keselamatan bagi jemaah.
“Saya tahun 2008 haji, tahun 2019 haji, tempat di sini (Muzdalifah, red) masih luas, sehingga kalau mobil (bus) parkir di sini, meskipun sempit-sempit tapi mampulah menampung.
Tapi sekarang banyak bangunan, di sini ada dibangun toilet,” kata Anwar Abbas, Selasa (11/6/2024).
Baca juga: Menag: Murur Pertimbangkan Hukum Fikih & Aspek Teknis Keamanan Jemaah, Diprioritaskan Bagi JCH Risti
“Kesimpulan saya, impossible mobil yang datang dari Arafah berhenti di sini semua, tidak akan tertampung, sehingga diperlukan ijtihad ulama, dan Majelis Ulama Indonesia sudah membuat fatwa.
Artinya, jemaah tertentu yang sakit dan berisiko tinggi, untuk keselamatan mereka, lebih baik lanjut ke Mina, dan berangkat jam 19.00 malam,” jelas Buya Yahya.
Menurutnya, pilihan mabit di Muzdalifah dengan skema murur patut menjadi pilihan karena bertujuan menjaga keselamatan diri.
“Itu ada alasannya, masyaqqah, kesulitan.
Dalam maqashid syariah kan, ada hifdzunnafsnya, ada pertimbangan keselamatan jemaah,” tutur Buya Anwar yang juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah.
Buya Anwar juga sepakat dengan program murur yang disiapkan pemerintah di mana para jemaah lansia, jemaah dengan risiko tinggi serta pendampingnya akan mulai diberangkatkan dari Arafah langsung menuju Mina dimulai sejak pukul 19.00 malam.
Baca juga: Kemenag Siapkan Empat City Bus per Maktab, Layani Jemaah Haji Mabit di Muzdalifah Secara Murur
“Itu, kan, artinya sudah melewati malam, ya. Saya kira sah.
Malam kan dimulai dari terbenamnya matahari. Memang ada ulama menyatakan lewat jam 12 malam, tapi situasi dan kondisinya tidak memungkinkan.
Melihat space (luasan) sekarang ini, saya punya kesimpulan memang tidak mungkin,” ungkap Buya Anwar.
Sebelumnya, Kementerian Agama (Kemenag) telah menggulirkan rencana pola mabit di Muzdalifah dengan skema murur.
Hal ini menjadi bagian dari mitigasi makin sempitnya kawasan Muzdalifah, khususnya setelah terbangunnya toilet yang memakan lahan seluas dua hektare.
Berdasarkan catatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), area Muzdalifah yang diperuntukkan bagi jemaah haji Indonesia seluas 82.350m2.
Baca juga: Antisipasi Padatnya Muzdalifah, PPIH Terapkan Skema Murur untuk Jaga Keselamatan Jemaah Haji
Pada 2023, area ini ditempati sekitar 183.000 jemaah haji Indonesia yang terbagi dalam 61 maktab.
Sementara ada sekitar 27.000 jemaah haji Indonesia (9 maktab) yang menempati area Mina Jadid, sehingga, setiap jemaah saat itu hanya mendapatkan ruang atau tempat (space) sekitar 0,45m2 di Muzdalifah.
Tahun 2024, Mina Jadid tidak lagi ditempati jemaah haji Indonesia, sehingga, 213.320 jemaah dan 2.747 petugas haji akan menempati seluruh area Muzdalifah.
Padahal, tahun ini juga ada pembangunan toilet yang mengambil tempat (space) di Muzdalifah seluas 20.000 m2.
Sehingga, ruang yang tersedia untuk setiap jemaah jika semuanya ditempatkan di Muzdalifah, 82.350 m2 - 20.000 m2 = 62.350 m2/213.320 = 0,29m2.
Karenanya, mabit Muzdalifah dengan skema murur menjadi ikhtiar pemerintah untuk dapat mengurangi kepadatan di Muzdalifah. Pemerintah menargetkan 55 ribu jemaah haji Indonesia akan melakukan skema murur.
Baca juga: Begini Hasil Sidang Dewan Hisbah PP Persis Terkait Persoalan Murur dan tidak Mabit di Mina
Mabit di Muzdalifah dengan cara murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah.
Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.
Kegiatan jamaah haji di Muzdalifah
Dikutip Serambinews.com dari https://muhammadiyah.or.id/2022/07/kegiatan-jamaah-haji-selama-di-muzdalifah/ dalam tulisan berjudul Kegiatan Jamaah Haji Selama di Muzdalifah dijelaskan bahwa Muzdalifah adalah tempat antara Arafah dan Mina.
Terkadang dinamai Masy’aril-Haram karena dia merupakan tempat untuk manasik haji (masy’ar) di mana jemaah haji masih dalam keadaan berpakaian ihram (haram) karena belum bertahallul.
Di tempat ini memang ada satu lokasi bernama Masy’aril-Haram berupa bukit yang juga dikenal dengan nama Quzah.
Selama perjalanan ibadah ke dan di Muzdalifah dituntunkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Muzdalifah didatangi jemaah haji ketika matahari pada tanggal 9 Zulhijah telah terbenam.
Selama perjalanan dari Arafah menuju Muzdalifah dituntunkan untuk membaca talbiyah dan berdoa; Selama mabit salat Magrib dan Isya ditunaikan secara jama’ ta’khir dan qasar. Istirahat tidur dilakukan hingga waktu fajar.
Sementara untuk yang berhalangan diperkenankan berhenti sejenak di Muzdalifah dengan tetap di kendaraan atau turun dari kendaraan dan meninggalkan Muzdalifah sebelum fajar.
2) Setelah menunaikan shalat Subuh jemaah haji tetap dituntunkan untuk banyak berzikir dan berdoa dengan menghadap kiblat.
Dalam hadis Jabir ditegaskan bahwa Nabi SAW menghadap kiblat seraya berdoa membaca takbir berdzikir.
“… Kemudian beliau naik unta Qaswa meneruskan perjalanan sampai ke Masy’aril Har±m. Sampai di sana beliau menghadap ke kiblat, berdoa, bertakbir, bertahlil dan membaca kaliamat tauhid.
Beliau terus berada di atas untanya hingga keadaan sudah terang, lalu berangkat sebelum matahari terbit …” (H.R. Muslim).
3) Disunatkan mencari kerikil di Muzdalifah untuk melempar jumrah.
4) Setelah mabit di Muzdalifah (berada di tempat itu melewati tengah malam, walaupun sebentar), lalu berangkat menuju Mina. Selama dalam perjalanan dituntunkan membaca talbiyah.
“Kuraib mengatakan: ‘Abdullah Ibn ‘Abbas dari al-Fa«l menyatakan bahwa Rasulullah Saw terus melakukan talbiyah sampai beliau tiba waktu melempar jumrah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). (*)
Tujuh Kloter Jamaah Haji dengan 2.764 Orang Resmi Pulang Hari Ini, Cek Daftar Asal Kloternya! |
![]() |
---|
Kemenag Kembali Ingatkan Jemaah Jangan Beribadah Haji Pakai Visa Ilegal Tanpa Antre |
![]() |
---|
Memasyarakatkan BPKH, Bukan Hanya Sekedar Pengelola Uang Haji : Sekali Ibadah Habiskan Rp 20 Triliun |
![]() |
---|
Pansus Angket Haji Terbitkan Lima Rekomendasi, Kemenag Tanggapi Begini |
![]() |
---|
BPS: Indeks Kepuasan Jemaah Haji 2024 Sangat Memuaskan, Bus Shalawat Teratas, Petugas Diapresiasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.