Konflik Palestina vs Israel

Roket Hizbullah Tewaskan 12 Anak Israel saat Main Bola, Iran Beri Peringatan, IDF Siapkan Balasan

Roket pejuang Islam Hizbullah asal Lebanon menewaskan 12 anak Israel saat sedang bermain Bola. Iran beri peringatan, sementara IDF siapkan balasan.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
Ariel Hermoni/Kementerian Pertahanan Israel
Roket pejuang Islam Hizbullah asal Lebanon menewaskan 12 anak Israel saat sedang bermain Bola. Iran beri peringatan, sementara IDF siapkan balasan. 

SERAMBINEWS.COM -  Roket pejuang Islam Hizbullah asal Lebanon menewaskan 12 anak Israel saat sedang bermain Bola. Iran beri peringatan, sementara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) siapkan balasan.

Diketahui Roket Hizbullah menghantam lapangan sepakbola kota Druze Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan pada Sabtu (27/7/2024).

Selain 12 anak Israel tewas, sejumlah anak lainnya yang terluka dalam serangan roket tersebut berada dalam kondisi serius di unit perawatan intensif pediatrik di utara.

Banyak di antaranya mengalami cedera yang mengubah hidup alias cacat.

Direktur Ziv Medical Center di Safed, Prof Salman Zarka mengatakan, sebanyak 30 orang yang terluka tiba segera setelah serangan, dan 15 orang masih dirawat di rumah sakit.

Dia mengatakan, tiga dari mereka dalam kondisi serius. Sejumlah lainnya diperkirakan akan menjalani operasi tambahan sepanjang hari.

"Sayangnya kami sudah terbiasa dengan kejadian yang mengakibatkan banyak korban, tetapi korbannya adalah anak-anak," ungkap Prof Salman dilansir Times of Israel dari Channel 12, Minggu siang.

"Ini adalah tragedi besar bagi wilayah ini," tambahnya.

Baca juga: 12 Anak Israel Tewas saat Main Bola di Lapangan, Kena Hantam Roket Hizbullah

Baca juga: Netanyahu Klaim Tak Bunuh Warga Sipil di Rafah Palestina, Faktanya 40 Warga Terpanggang Hidup-hidup

Sementara Direktur Unit Perawatan Intensif Anak di Pusat Medis Rambam di Haifa, Profesor Danny Eitan mengatakan, ada tiga anak dalam kondisi serius di unit perawatan intensif anak yang menjalani operasi semalam.

"Malam yang sulit. Lima korban luka tiba di Rambam, empat di antaranya dioperasi dan kemudian dipindahkan ke unit perawatan intensif anak," ungkap Prof Danny kepada Channel 12.

"Sebagian besar korban luka datang dengan cedera multisistem akibat pecahan peluru," tambahnya.

 

 

Saat ini, tiga orang masih dalam kondisi serius, dibius dan diberi ventilator di unit perawatan intensif pediatrik

Dikatakannya, mereka menjalani operasi hampir sepanjang malam. Mereka mengalami cedera multisistem, di kepala dan tubuh.

"Dalam beberapa hari ke depan, kami akan fokus pada upaya menstabilkan kondisi mereka. Kami berharap pemulihannya cepat," kata Prof Danny.

“Sudah lama sejak kami melihat sekelompok anak-anak yang terkena dampak trauma parah seperti itu,” tutupnya.

Baca juga: Tajam! Wapres AS Kamala Harris ke PM Israel Netanyahu soal Penderitaan Gaza: Saya Tak akan Diam

Iran Beri Peringatan ke Israel

Sementara, Iran memperingatkan Israel terhadap apa yang disebutnya sebagai “petualangan baru” di Lebanon.

Hal itu disampaikan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani.

Di sisi lain Israel bersumpah, Hizbullah yang didukung Teheran akan membayar "harga yang mahal".

Respon ini setelah serangan roket kemarin yang menewaskan 12 anak di lapangan sepak bola di Majdal Shams.

Militer Israel mengatakan, roket Hizbullah itu bernama Falaq-1 buatan Iran dengan hulu ledak lebih dari 50 kilogram bahan peledak.

IDF telah mengatakan bahwa militernya sedang meningkatkan kesiapannya untuk "tahap berikutnya dalam pertempuran di utara."

Pembantaian Lagi di Khan Younis, Gaza Palestina

Sementara diberitakan sebelumnya, sebanyak 70 orang syahid dan lebih dari 200 lainnya terluka dalam serangan Israel di kota Khan Younis di selatan Jalur Gaza, Senin (22/7/2024).

Hal itu sebagaimana diumumkan Kementerian Kesehatan Palestina dilansir dari Anadolu Agency, Selasa siang.

Militer Israel itu juga mengusir warga Palestina yang tinggal di sekitar daerah Khan Younis agar segera mengungsi ke tempat lain.

Penduduk terlihat meninggalkan daerah mereka dengan berjalan kaki dan dengan gerobak-gerobak di tengah pemboman Israel sebagaimana laporan kantor berita resmi Palestina Wafa.

Kementerian tersebut sebelumnya menyebutkan jumlah korban tewas akibat serangan Israel mencapai 49 orang dan 120 lainnya terluka.

Kompleks Medis Nasser di wilayah itu meminta warga untuk segera menyumbangkan darah kepada para korban luka di tengah kekurangan cadangan darah yang sangat memprihatinkan.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara militer Israel Avichay Adraee mengklaim bahwa “keberadaan sejumlah operasi militer dan tembakan roket dari wilayah timur Khan Younis telah membuat keberadaan mereka di sana menjadi berbahaya.”

Padahal militer Israel sebelumnya telah menetapkan wilayah timur Khan Younis sebagai zona aman bagi warga Palestina yang mengungsi di wilayah tersebut.

Sementara dua minggu lalu, tentara Israel menewaskan sedikitnya 90 warga Palestina dan melukai 300 lainnya dalam serangan di wilayah al-Mawasi dekat Khan Younis, daerah yang sebelumnya telah diumumkan oleh militer Israel sebagai “zona aman.”

Perdana Menteri, Israel Benjamin Netanyahu membela pembantaian tersebut, dengan mengatakan serangan itu untuk menargetkan komandan sayap bersenjata Hamas, Mohammed Deif, dan wakilnya.

Namun, tidak ada konfirmasi dari Israel mengenai kematian komandan Hamas tersebut.

Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman secara internasional di tengah serangan brutalnya yang berkelanjutan di Gaza sejak serangan 7 Oktober.

Lebih dari 39.000 warga Palestina tewas, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 89.900 terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Sembilan bulan lebih sejak serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza telah hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Bobol Sudah! Bom Meledak di Tel Aviv Ibu Kota Israel

Sementara diberitakan sebelumnya, bom dari pesawat tak berawak (drone) meledak Ibu Kota Israel, Tel Aviv pada Jumat (19/7/2024) dini hari.

Dilansir dari Times of Israel, ledakan tersebut menewaskan satu orang dan melukai delapan orang lainnya.

Saat drone berada di udara dan belum meledak, sirine peringatan milik Israel tidak menyala sama sekali.

"Kami menghimbau warga [lokal] untuk mendengarkan perintah Komando Front Dalam Negeri," demikian pernyataan polisi setempat.

"Untuk tidak datang ke lokasi kejadian dan tidak mendekati atau menyentuh sisa-sisa roket, yang kemungkinan besar berisi bahan peledak," sambungnya.

Ledakan itu didahului oleh suara menderu, berdasarkan video dari Tel Aviv yang dibagikan di media sosial dan oleh outlet media berbahasa Ibrani.

Polisi mengatakan bahwa petugas dan personel darurat menemukan mayat tak bernyawa saat mencari di daerah sekitar lokasi ledakan di pusat kota Tel Aviv.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi target udara yang meledak di Tel Aviv disebabkan oleh pesawat tanpa awak.

Pihaknya memulai penyelidikan awal menentukan bahwa target udara menghantam kota pesisir tersebut.

Pernyataan militer menekankan masalah ini sedang dalam penyelidikan menyeluruh, setelah pesawat nirawak tersebut berhasil memasuki wilayah udara Israel tanpa membunyikan sirene.

IDF juga mengatakan angkatan udara akan meningkatkan patroli dengan jet tempur untuk mempertahankan langit Israel

“Tidak ada perubahan pada perintah Komando Front Dalam Negeri,” tambahnya.

Sementara layanan ambulans mengatakan, delapan orang yang terkena bom pesawat tak berawak itu sedang dirawat di rumah sakit.

Dalam pembaruannya, layanan ambulans Magen David Adom mengatakan, pria yang tewas dalam insiden tersebut akibat pecahan peluru dari ledakan pesawat tak berawak di Tel Aviv.

Houthi Sudah Peringatkan

Sementara kelompok pejuang Islam dari Yaman, Houthi telah memperingatkan sebelumnya bahwa akan ada serangan yang menargetkan Tel Aviv dalam beberapa jam mendatang.

Hal diungkapkan sebagaimana melansir Reuters, Jumat siang.

Juru bicara militer Houthi Yaman mengatakan di platform X bahwa, kelompok itu akan mengungkapkan rincian tentang operasi militer yang menargetkan Tel Aviv.

Netanyahu Terang-terangan Ingin Dirikan Pemerintah Sipil di Gaza

Sementara diberitakan sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu secara terang-terangan menyampaikan ingin mendirikan pemerintah sipil di Gaza pasca-perang tanpa melibatkan Otoritas Palestina (PA).

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam beberapa minggu terakhir secara pribadi telah menarik kembali penentangannya terhadap keterlibatan individu-individu yang terkait dengan Otoritas Palestina dalam mengelola Gaza setelah perang melawan Hamas.

Hal ini sebagaimana disampaikan tiga pejabat yang mengetahui masalah tersebut kepada The Times of Israel, dilansir pada Selasa (2/7/2024).

Perkembangan ini terjadi setelah kantor Netanyahu selama berbulan-bulan mengarahkan lembaga keamanan untuk tidak memasukkan otoritas Palestina dalam rencana apa pun untuk pengelolaan Gaza pasca-perang.

Dua pejabat Israel itu mengatakan, perintah tersebut secara signifikan menghambat upaya untuk menyusun proposal realistis pasca-perang yang dikenal sebagai "hari setelahnya."

Secara terbuka, Netanyahu terus menolak gagasan kekuasaan otoritas Palestina atas Jalur Gaza.

Dalam wawancara yang dimuat Channel 14 minggu lalu, perdana menteri Israel itu tidak akan mengizinkan negara Palestina didirikan di wilayah pesisir tersebut.

"Tidak siap untuk memberikan [Gaza] kepada PA," ucap Netanyahu.

Sebaliknya, dia mengatakan kepada jaringan sayap kanan bahwa ia ingin mendirikan pemerintahan sipil di Gaza.

“Pemerintahan sipil, jika memungkinkan dengan warga Palestina setempat dan mudah-mudahan dengan dukungan dari negara-negara di kawasan tersebut,” ucap Netanyahu.

Namun secara pribadi, para pembantu utama Netanyahu menyimpulkan, individu-individu yang memiliki hubungan dengan PA adalah satu-satunya pilihan yang layak bagi Israel jika ingin mengandalkan warga Palestina setempat untuk mengelola urusan sipil di Gaza pasca-perang.

Hal itu sebagaimana dikonfirmasi dua pejabat Israel dan satu pejabat AS selama seminggu terakhir.

“Warga Palestina Lokal adalah kode untuk individu yang berafiliasi dengan PA,” kata seorang pejabat keamanan Israel.

Dua pejabat Israel menjelaskan, individu yang dimaksud adalah warga Gaza yang digaji oleh PA yang mengelola urusan sipil di Jalur Gaza hingga Hamas mengambil alih kekuasaan pada 2007, dan sekarang sedang diselidiki oleh Israel.

Pejabat Israel lainnya mengatakan kantor Netanyahu mulai membedakan antara pimpinan PA yang dipimpin Presiden Mahmoud Abbas dengan pegawai Otoritas Palestina tingkat bawah yang merupakan bagian dari lembaga yang sudah ada di Gaza untuk urusan administratif.

Otoritas Palestina yang dipimpin Presiden Mahmoud Abbas dianggap belum secara terbuka mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved