11 Siswa di Subulussalam Disambar Petir

Siswa SMK dan Warga Kota Subulussalam Disambar Petir, Selamat Usai Dilumpuri, Ini Korban Sejak 2010

Para siswa tersebut dilaporkan sedang melaksanakan tugas Praktik Kerja Lapangan (PKL) di P4S Telaga Biru, binaan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Ko

Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
Serambinews.com / Khalidin
Sebelas pelajar SMK Pertanian Sultan Daulat, Kota Subulussalam bersama empat warga yang menjadi korban sambaran petir mulai pulih meski beberapa diantaranya mendapat perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subulussalam. 

Korban berhasil diselamatkan namun harus dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Subulussalam selama tiga hari.

Korban Sambaran Petir Meninggal Dunia

Manjang Bin Mahdi, pria berusia sekitar 25 tahun yang meninggal dunia di Desa Batu Napal, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Sabtu (22/4/2023) dilaporkan meninggal dunia akibat disambar petir.

Informasi yang dihimpun Serambinews.com korban bernama Manjang, warga asal Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat dan menikah dengan warga Batu Napal bernama Riska.

Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 17.00 WIB saat hujan deras disertai petir melanda Kota Subulussalam termasuk desa Batu Napal lokasi kejadian.

Saat kejadian, korban tengah berada di kamar bersama sang isteri bernama Riska tiba-tiba petir menyambar sehingga mengenai pasangan itu.

Sang isteri yang turut terkena sambaran petir selamat, namun suaminya kritis hingga dilakukan upaya penyelamatan oleh warga.

Penyelamatan dilakukan dengan cara menanam tubuh korban dalam lumpur dengan tujuan agar segera pulih.

Upaya menanam tubuh korban sambaran petir merupakan cara warga yang dilakukan secara turun temurun.

Namun dalam upaya penanaman korban di Batu Napal ini tidak berhasil. Korban akhirnya menghembuskan napas terakhir akibat sambaran petir tersebut.

"Sempat ditanam dalam lumpur tapi tidak tertolong dan akhirnya meninggal dunia," ungkap warga kepada Serambinews.com.

Peristiwa tahun 2020

Kasus sambaran petir terjadi pada  Sabtu 29 Agustus 2020 lalu. Seorang remaja meninggal dunia akibat disambar petir saat membantu orang tuanya berada di kebun.

Peristiwa Tahun 2019

Hujan deras, petir menyambar dan angin kencang melanda Kota Subulussalam dan sekitarnya selama empat bulan terakhir ini.

Intensitas petir di Kota Sada Kata itu selama ini memang cukup mengkhawatirkan karena cukup sering mengenai manusia seperti yang terjadi pada Jumat (20/12/2019) sore .

Tiga remaja putri di Dusun Baitul Makmur, Desa Penanggalan, Kecamatan Penanggalan disambar setrum alam tersebut.

Pantauan Serambinews.com, setiap siang jelang petang langit Subulussalam tampak kelam dan jarak pandang terbatas. Hujan deras mulai turun sekitar pukul 15.00 WIB.

Hujan disertai angin kencang plus gemuruh petir membuat masyarakat setempat was-was.

Musim penghujan bukan hanya membuat warga kuatir bencana banjir dan longsor.

Namun yang tak kalah menakutkannya gemuruh petir karena selama ini guntur kerap menciderai manusia bahkan telah menelan puluhan korban jiwa di kota itu.

Berdasarkan catatan Serambinews.com, dalam sebulan terakhir sudah dua kali petir melukai manusia.

Bahkan sebulan lalu, selain menyambar empat warga, petir juga menyebabkan satu unt rumah di Desa Danau Tras, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam terbakar.

Peristiwa November 2019

Sebanyak empat warga di Desa Danau Tras, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam menjadi korban setrum petir tersebut terjadi, Jumat (22/11/2019) sore.

Selain melukai warga, satu unit rumah di desa tersebut musnah terbakar setelah disambar petir yang terjadi di tengah hujan deras tersebut.

Satu unit rumah yang terbakar adalah milik Muhammad Sabdaruddin (40) alias Rois. Rumah berukuran sekitar 5X5 meter ini rata dengan tanah setelah disambar petir.

Tidak ada harta benda apapun yang dapat diselamatkan kecuali pakaian di badan korban. Pemilik rumah pun selamat setelah dievakuasi tetangganya beberapa saat sebelum peristiwa tersebut.

”Cuma baju di badan lah yang bisa diselamatkan selain itu habis. Lantai rumah saja terkelupas dihantam petir,” ujar Muhammad Sabaruddin alias Rois kepada Serambinews.com

Peristiwa  22 April 2018

Dua warga Desa Cepu, Kecamatan Penanggalan, Kota  Kota Subulussalam dilaporkan tumbang akibat disambar petir pada, Minggu (22/4/2018)  jelang malam tadi.

Akibatnya, kedua korban  terpaksa ditanam dalam lumpur hingga dirawat hingga dirawat di RSUD Subulussalam.

Informasi yang dihimpun Serambinews.com, dua warga yang tersambar petir yakni  Ramiah Cibro (45) dan Sabarita Cibro  (38). Keduanya masih kakak beradik warga Desa Cepu, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam.

Korban disambar petir saat sedang berteduh dari guyuran hujan di warung Bazis, Desa Cepu, Kecamatan Penanggalan.

Hujan deras disertai petir yang saban hari melanda Subulussalam kembali terjadi. Nahas, petir kali ini menyambar warga hingga terkapar.

Peristiwa pada tahun 2016

Seorang warga Desa Cipare-Pare Timur, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam dilaporkan tewas akibat disambar petir. Peristiwa ini terjadi tepat Rabu (4/5/2016) jelang malam. Sementara seorang lainnya kritis hingga dirawat di rumah sakit setempat.

Peristiwa tahun 2015

 

Insiden serupa juga terjadi yakni seorang warga juga tewas akibat disambar petir. Korban bernama M. Joko Suwito (30) warga Dusun Jambu/Lae Pinang, Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam tewas disambar petir saat berteduh di bawah pohon kelapa sawit, Rabu (21/1/2015) sore.

 

Sementara tiga rekan sekerjanya dapat diselamatkan setelah ditanam dalam kubangan lumpur oleh warga. Tak hanya itu, sebelumnya juga ada puluhan warga menjadi korban sambaran petir.

 

 

 

Peristiwa 31 Oktober 2013

Empat petugas pengamanan Kantor Komisi Independen (KIP) Kota Subulussalam terkapar akibat disambar petir yang terjadi saat hujan deras dan angin kencang melanda daerah ini.

 

Peristiwa ini terjadi Kamis (31/10/2013) petang sekitar pukul 16.30 WIB. Akibatnya, keenam korban yang terdiri dari personel kepolisian dan Satpol PP dilarikan ke rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subulussalam untuk mendapat penanganan medis.

 

Enam korban yakni dua dari satpol PP adalah . Dedi Dores (23) dan Sarkani (28). Sedangkan empat korban dari personel kepolisian masing-masing Brigadir Fadhlianto (32) Sabhara Polres Singkil, Briptu Riki Arjuna (27) dalmas Polda Aceh, Brigadir Irwanto dan Brigadir Agus.

 

Saat kejadian, keenam korban sedang duduk beristirahat seraya berbincang-bincang di kantin yang terletak di bagian belakang kantor KIP.

 

Sekitar pukul 16.00 WIB, hujan mengguyur Kota Subulussalam disertai angin dan kilat yang menyambar-nyambar.

 

Peristiwa Tahun 2012

Kamis 9 Februari 2012. Petir menyambar delapan warga Kota Subulussalam hingga terkapar. iga dari delapan korban petir sempat ditanam dalam lumpur sebelum diboyong ke rumah sakit.

 

Menurut keyakinan masyarakat setempat, menanam korban dalam lumpur bisa sebagai penawar sengatan petir.

 

Empat dari delapan korban sambaran petir tercatat sebagai siswi Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Pondok Pesantren Mardhatillah, Desa Tangga Besi, Kecamatan Simpang Kiri.

 

Mereka adalah Suryanti (15), Nur Lela (15), Nurhayati (14) ketiganya siswi kelas III dan Elvi (8) santri. Selain anak didik, seorang guru pesantren bernama Aslamiah (26) bersama putrinya Hafiza (2) tak luput dari sambaran petir.

 

Sedangkan dua korban lainnya merupakan penduduk Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri yaitu Heri Jona (18) dan Hamat Sagala (43).

 

Petugas Ponpes Mardhatillah, Darwin (29) mengatakan, petir menyambar sekitar pukul 15.20 WIB sesaat setelah hujan deras dan angin kencang. Saat itu santri sedang di kantin dan sebagian lainnya di kelas. “Sambaran petir hanya mengenai enam orang, termasuk istri dan anak saya,” kata Darwin.

 

Korban baru merasakan sengatan panas seperti disetrum setelah 15 menit kejadian. Korban langsung menjerit dan berhamburan minta tolong. “Kami langsung menolong dengan cara menanam korban di dalam lumpur. Setelah itu korban diboyong ke Puskesmas Penanggalan untuk penanganan medis,” kata Darwin

 

 

 

Peristiwa Februari Tahun 2012

Hujan   lebat   disertai   angin   kencang   yang mengguyur Kota Subulussalam, Rabu (1/2/2012) sore tadi membawa petaka bagi Zulkifli (25),penduduk  Jalan Sultan  Daulat, Kecamatan Simpang  Kiri,  Kota   Subulussalam.

 

Pemuda   yang sehari-hari   bekerja   di   Kantor   Kesbangpol   dan   Linmas   Kota   Subulussalam   itu   kritis   akibat disambar petir saat sedang mengendarai sepeda motornya di Jalan Pertemuan.

 

 Salah seorang saksi mata, Medan Rayali (33) kepada Serambinews.com mengatakan, peristiwa naas itu terjadi sekitar pukul 16.40  WIB ketika hujan deras  mengguyur Subulussalam.

 

Saat kejadian,korban tengah mengendarai sepmor dari arah Jalan Teuku Umar menuju Jalan Malikussaleh.Namun ketika sedang melintas di Jalan Pertemuan, menjelang Kantor DPRK Subulussalam tiba-tiba   petir   menyambar   korban. 

 

Melihat   kejadian   tersebut,   Medan   bersama   sejumlah   wargalangsung mengejar memberikan pertolongan dengan melumpuri tubuh korban ke halaman rumahpenduduk   setempat.   Tubuh   korban   pun  dilumuri   dengan     lumpur.  

 

Hal   itu   dilakukan   untukmenghilangkan rasa panas yang menyengat tubuh korban akibat sambaran petir.

 

Peristiwa Desember tahun 2012

 

Sasib tragis menimpa pasangan suami istri Rusman Banurea (40) dan Megawati bru Samosir (36) Penduduk Jalan Sosor, Lorong At Taubah, Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam. Keduanya tewas mendadak disambar petir saat sedang memperbaiki parabola di belakang rumahnya, Kamis (27/12/2012) sekitar pukul 17.10 WIB.

 

Kapolres Aceh Singkil AKBP Bambang Syafrianto S.IK yang dikonfirmasi Serambi melalui Kapolsek Penanggalan Iptu Budimansyah di rumah duka membenarkan dua warga di Kecamatan Penanggalan tewas disambar petir.

 

”Kedua korban adalah pasangan suami istri dan meninggal saat sedang memperbaiki parabola di belakang rumahnya,” kata Kapolsek Penanggalan Iptu Budimansyah.

 

Sementara Kepala Dinas Penanggalan, Haris Muda Bancin didampingi Tumirin (ipar korban) kepada Serambi  menerangkan tragedi sore hari yang membuat pasangan suami istri meninggal dunia tersebut terjadi saat korban Rusman sedang memperbaiki parabolanya yang rusak.

 

Kala itu Kota Subulussalam dan sekitarnya baru saja diguyur hujan deras diiringi kilat dan gelegar petir yang cukup memekak telinga.

 

Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba sambaran petir menyetrum tubuh korban yang sedang memegang besi pengatur sinyal parabola.  

 

Putri korban yang melihat ayahnya kesetrum memberitahu pada ibunya. Sang istri pun berusaha membantu suaminya yang kesetrum dengan kondisi lengket pada bagian besi parabola. Naas bagi Megawati yang turut meninggal dunia bersama sang suami.”Si istri sebenarnya mau membantu korban tapi ikut juga kesetrum,” ujar Haris Bancin.

 

Peritiswa Tahun 2011

Lima warga Dusun I, Desa Sikerabang, Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam mengalami luka parah akibat disambar petir, Senin (21/11/2011) sore.

 
...

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved