Perang Gaza

Perundingan Gencatan Senjata di Gaza Temui Jalan Buntu Pascapembunuhan Ismail Haniyeh

Kebuntuan ini menyusul laporan dari kantor berita Spanyol EFE pada hari Jumat, yang mengutip dinas keamanan Mesir yang mengindikasikan bahwa kontak an

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/aljazeera
Warga Palestina mengungsi dari kamp pengungsi Bureij dan Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah setelah tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru. Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan 86 persen wilayah Jalur Gaza saat ini berada di bawah perintah tersebut. 

SERAMBINEWS.COM - Negosiasi yang diadakan di Kairo pada hari Sabtu mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza dan kemungkinan pertukaran sandera telah menemui jalan buntu, menurut wartawan politik Axios Barak Ravid.

Meskipun telah dilakukan diskusi tingkat tinggi, tidak ada terobosan yang dicapai.

Delegasi tingkat tinggi Israel telah tiba di Kairo untuk berdiskusi dengan badan intelijen Mesir mengenai masalah tersebut.

Namun, dua pejabat Israel melaporkan bahwa pembicaraan tersebut tidak membuahkan hasil yang diharapkan, dengan negosiasi yang masih mandek dan penyelesaian yang tampaknya masih jauh dari kata selesai.

Kebuntuan ini menyusul laporan dari kantor berita Spanyol EFE pada hari Jumat, yang mengutip dinas keamanan Mesir yang mengindikasikan bahwa kontak antara perantara Mesir dan Qatar dengan Israel telah "berhenti total."

Baca juga: Inggris Kerahkan Pasukan ke Timur Tengah saat Iran Mengancam Serang Israel

Penghentian ini menyusul pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya telah mengizinkan para negosiator untuk pergi ke Kairo guna menghadiri perundingan ini, sebagaimana dilaporkan oleh The Times of Israel.

Negosiasi tersebut bertujuan untuk mencapai gencatan senjata dan memfasilitasi kesepakatan pertukaran sandera dengan gerakan Palestina Hamas.

Situasi semakin memanas awal minggu ini ketika Hamas mengonfirmasi bahwa Ismail Haniyeh tewas dalam serangan Israel di kediamannya di Teheran.

Serangan ini terjadi setelah Haniyeh berpartisipasi dalam pelantikan Presiden Iran yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian.

Setelah pembunuhan tersebut, utusan Iran untuk PBB Saeed Iravani mengatakan bahwa kematian Haniyeh "tidak akan terjadi tanpa lampu hijau Amerika dan dukungan intelijen untuk melaksanakan operasi tersebut."

Namun menurut wartawan Keamanan Nasional di The Washington Times Dan Boylan, Washington tidak menyadari rencana "Israel" untuk membunuh Haniyeh.

Ia lebih lanjut mengklaim bahwa Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken dan Pentagon tidak diberi tahu tentang operasi tersebut.

Netanyahu tidak tertarik dengan usulan AS

Biden mengajukan usulan gencatan senjata pada bulan Mei yang mencakup rencana eksekusi tiga tahap.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved