Kupi Beungoh
Jejak Terakhir Tu Sop Serta Kepergian Pemimpin HUDA yang Membawa Cinta dan Harapan bagi Aceh
Tu Sop, atau Ayah Jeunieb, adalah seorang ulama kharismatik yang memegang peranan penting dalam kehidupan beragama dan sosial di Aceh.
Oleh: Dr. Tgk. Saiful Bahri, MA
ACEH berduka. Sebuah kabar duka yang tak terelakkan telah menyelimuti tanah Serambi Mekkah.
Tu Sop, atau yang lebih dikenal sebagai Ayah Jeunieb, telah berpulang ke Rahmatullah.
Kabar ini terasa begitu berat, tidak hanya bagi keluarganya, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Aceh yang telah lama menjadikannya sebagai sosok teladan.
Kepergian beliau bukan sekadar kehilangan seorang ulama, melainkan kehilangan seorang pemimpin, guru, dan ayah bagi ribuan, bahkan jutaan orang yang mengenalnya.
Tu Sop, atau Ayah Jeunieb, adalah seorang ulama kharismatik yang memegang peranan penting dalam kehidupan beragama dan sosial di Aceh.
Sebagai Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), beliau menjadi panutan dan suara yang memperjuangkan nilai-nilai Islam serta kedamaian di tengah masyarakat.
Selama hidupnya, Ayah Jeunieb tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menanamkan cinta dan harapan dalam setiap jiwa yang ia sentuh.
Kepergiannya menyisakan duka mendalam yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.
Mengenang Ayah Jeunieb, kita tidak bisa melepaskan diri dari ingatan akan sosoknya yang penuh dengan cinta.
Cinta kepada Allah, cinta kepada sesama, dan cinta kepada Aceh. Beliau adalah cerminan dari seorang pemimpin yang menyayangi umatnya tanpa pamrih.
Setiap langkah yang diambilnya, setiap nasihat yang diucapkannya, selalu dilandasi dengan ketulusan dan keinginan untuk membawa kebaikan bagi semua.
Sebagai pemimpin HUDA, Ayah Jeunieb sering kali berada di garis depan dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan di Aceh.
Ia tak pernah lelah memperjuangkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin, Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Bagi Ayah Jeunieb, Islam bukan sekadar agama, tetapi juga jalan hidup yang penuh kasih sayang dan kedamaian.
Melalui berbagai dakwah dan kegiatan yang diinisiasinya, beliau berhasil membawa pesan ini ke tengah-tengah masyarakat Aceh, membuatnya menjadi lebih dari sekadar seorang ulama, tetapi juga seorang pemimpin yang dihormati dan dicintai.
Ayah Jeunieb adalah sosok yang tidak hanya dikenal karena keilmuan agamanya, tetapi juga karena kepeduliannya yang mendalam terhadap nasib Aceh.
Beliau adalah sosok yang senantiasa berpikir jauh ke depan, memikirkan masa depan generasi Aceh.
Dalam langkah-langkah terakhirnya, Ayah Jeunieb terus menanamkan harapan di hati masyarakatnya. Harapan bahwa Aceh akan terus menjadi wilayah yang diberkahi, dengan generasi yang berpegang teguh pada ajaran Islam dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Kepergian beliau dalam keadaan masih aktif berjuang di tengah masyarakat, sebagai seorang ulama dan pemimpin HUDA, menjadi sebuah pelajaran berharga bagi kita semua.
Jejak terakhirnya mengajarkan kita tentang pentingnya keteguhan dan keikhlasan dalam berjuang.
Ayah Jeunieb meninggalkan kita dengan warisan besar, warisan berupa cinta kepada agama, cinta kepada sesama, dan cinta kepada Aceh.
Warisan inilah yang harus kita jaga dan teruskan, agar apa yang telah beliau perjuangkan tidak hilang begitu saja seiring dengan kepergiannya.
HUDA, di bawah kepemimpinan Ayah Jeunieb, telah menjadi salah satu organisasi keagamaan paling berpengaruh di Aceh.
Melalui HUDA, Ayah Jeunieb berhasil mengonsolidasikan kekuatan ulama dayah untuk berperan aktif dalam kehidupan sosial dan politik di Aceh.
Beliau percaya bahwa ulama memiliki peran penting dalam membimbing masyarakat dan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil oleh pemimpin sesuai dengan nilai-nilai Islam.
HUDA, bagi Ayah Jeunieb, bukan sekadar organisasi, tetapi wadah untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
Di bawah kepemimpinannya, HUDA sering kali menjadi suara moral yang mengingatkan para pemimpin dan masyarakat Aceh akan pentingnya menjalankan kehidupan bernegara yang berlandaskan pada ajaran Islam.
Keberanian Ayah Jeunieb dalam menyuarakan kebenaran, bahkan di tengah situasi yang sulit, menunjukkan betapa besar cintanya kepada Aceh dan kepada umat Islam.
Namun, HUDA kini kehilangan sosok pemimpinnya yang tegas namun penuh kasih.
Kepergian Ayah Jeunieb bukan hanya kehilangan bagi organisasi ini, tetapi juga kehilangan bagi seluruh masyarakat Aceh yang telah lama menggantungkan harapan mereka pada nasihat dan bimbingannya.
HUDA kini dihadapkan pada tugas besar untuk melanjutkan perjuangan Ayah Jeunieb, menjaga agar warisan dan jejak yang beliau tinggalkan tetap hidup dan menginspirasi.
Ketika kabar tentang kepergian Ayah Jeunieb menyebar, rasa duka dan kehilangan melanda seluruh penjuru Aceh.
Tangis tak terbendung di banyak wajah, doa-doa pun dipanjatkan untuk beliau.
Tidak sedikit yang merasa seolah kehilangan seorang ayah sendiri—seorang sosok yang selalu hadir dalam suka dan duka, yang nasihatnya selalu menenangkan hati.
Dalam setiap upacara penghormatan yang digelar, terlihat betapa besar cinta masyarakat Aceh kepada Ayah Jeunieb.
Ratusan, bahkan ribuan orang, datang untuk memberikan penghormatan terakhir, untuk mengantar beliau ke peristirahatan terakhirnya.
Semua bersatu dalam satu perasaan: kehilangan yang mendalam.
Tidak ada kata-kata yang mampu sepenuhnya menggambarkan duka ini.
Yang tersisa hanyalah kenangan akan sosok Ayah Jeunieb yang selalu memancarkan cinta dan harapan.
Kepergian Ayah Jeunieb meninggalkan kekosongan yang sulit diisi.
Namun, sebagai seorang ulama dan pemimpin, Ayah Jeunieb telah menanamkan banyak sekali pelajaran berharga yang dapat menjadi bekal bagi kita semua.
Harapan terbesar yang mungkin beliau ingin kita jaga adalah agar Aceh tetap menjadi tanah yang diberkahi, di mana setiap penduduknya hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan, serta tetap teguh dalam memegang nilai-nilai Islam.
Masa depan Aceh pasca-kepergian Ayah Jeunieb kini berada di tangan kita semua—ulama, pemimpin, dan masyarakat umum.
Kita memiliki tanggung jawab besar untuk melanjutkan perjuangan beliau, menjaga agar Aceh tetap berada di jalur yang benar, dan memastikan bahwa cinta dan harapan yang beliau tanamkan tidak pudar seiring berjalannya waktu.
HUDA, sebagai organisasi yang beliau pimpin, juga memiliki tugas berat untuk melanjutkan visi dan misi yang telah beliau rintis.
Ayah Jeunieb mungkin telah tiada, namun jejak-jejak terakhirnya akan terus hidup dalam hati kita.
Warisannya berupa cinta dan harapan adalah harta yang tak ternilai, yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya.
Semoga Allah SWT menerima semua amal baik beliau, mengampuni dosa-dosanya, dan menempatkan beliau di tempat terbaik di sisi-Nya.
Kepergian Ayah Jeunieb adalah pengingat bahwa setiap kita akan menghadapi akhir kehidupan di dunia ini.
Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita meninggalkan jejak, warisan yang bermanfaat bagi orang lain, seperti yang telah dilakukan oleh Ayah Jeunieb.
Kini, saatnya bagi kita semua untuk melanjutkan langkah-langkah beliau, membawa cinta dan harapan bagi Aceh yang lebih baik, lebih damai, dan lebih sejahtera. (*)
*) Penulis adalah Dosen UNISAI Al-Aziziyah Aceh Indonesia
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.