Kupi Beungoh

Bola Liar Politik Aceh

Di media massa terlihat Tu Bulqaini tampil “membai’at” Syech Fadhil dan Om Bus untuk meneruskan tongkat estafet almarhum Tu Sop

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Muhibuddin Hanafiah, Akademisi Darussalam 

Oleh: Muhibuddin Hanafiah*)

Pergantian pasangan Om Bus sebagai calon wakil gubernur Aceh sepeninggal Tu Sop berlangsung begitu cepat. 

Selang waktu yang tidak terlalu lama nama-nama balon mulai dimunculkan oleh tim Om Bus. 

Beberapa nama ulama muda yang merepresentasikan sosok yang sejalan dengan visi dan misi alm Tu Sop seperti Tu Bulqaini, Abiya Anwar Kuta Krueng, Abiya jeunieb (Tgk Muhammad Yusuf) sempat menjadi pembicaraan masyarakat di media sosial. 

Bahkan waktu itu nama Syech Fadhil belum muncul. Namun belakangan justru nama Syech Fadhil yang secara resmi dinobatkan oleh sejumlah ulama dayah sebagai penerus cita-cita dan garis perjuangan alm Tu Sop untuk mendampingi Om Bus sebagai calon wakil gubernur Aceh periode 2024-2029.

Di media massa terlihat Tu Bulqaini tampil “membai’at” Syech Fadhil dan Om Bus untuk meneruskan tongkat estafet almarhum Tu Sop. 

Baca juga: Fadhil Rahmi Menangis Ceritakan Sosok Tu Sop: Ayah tidak Tergantikan, Saya Hanya Meneruskan

Kita tidak tahu apakah nama sejumlah ulama muda dayah itu merupakan rekomendasi murni dari ulama dayah senior seperti Abu MUDI dan Abu Usman Kuta Krueng. 

Namun yang jelas ketiga nama ulama muda kharismatik tersebut sempat dibicarakan masyarakat. 

Beribu pertanyaan muncul di benak masyarakat Aceh saat itu. 

Mengapa Syech Fadhil pengganti alm Tu Sop, bukan Tu Bulqaini, Abiya Jeunieb, Abiya Anwar Usman, atau ulama-ulama dayah senior lainnya yang memiliki pengaruh kuat di masyarakat Aceh

Pernah terdengar bahwa memang Abu MUDI yang menyodorkan nama Tu Bulqaini, Abiya Jeunieb, Abiya Anwar Usman, mungkin atas permintaan tim Om Bus. 

Namun belakangan tidak dimunculkan lagi, tidak ada informasi akurat apakah kemudian nama-nama tersebut ditolak oleh tim Om Bus atau tidak bersedia. 

Apakah di kalangan ulama dayah saat ini tidak ada ulama lain sekaliber alm Tu Sop atau tidak ada yang berani mempertaruhnya nyawa secara sia-sia di panggung politik praktis (tumbal politik), atau para ulama dayah lainnya merasa bahwa di kalangan mereka tidak ada yang sama kualifiksinya berbanding Tu Sop

Oleh karena itu filosofi “dari pada putoh geut geunteng, daripada buta geut julieng” nampaknya menjadi pilihan yang harus diambil. 

Dalam keadaan seperti ini dicarilah sosok alternatif yang lebih mendekati tujuan politik kubu Om Bus, jika tidak ulama dayah, maka “ulama” luar dayah pun jadi. Maka kemudian calon alternatif itu jatuh pada Syech Fadhil.

Mengapa Syekh Fadhil

Siapa sebenarnya Syech Fadhil atau Ustaz H Muhammad Fadhil Rahmi, Lc., M.Ag.  

Menurut laman Wikipedia beliau adalah seorang politisi (politikus) yang pernah menjadi anggota DPD RI asal pemilihan Aceh periode 2019-2024. 

Syech Fadhil juga seorang dosen; tercatat pernah mengabdi di STAIN Cot Kala Langsa sepulang dari Mesir tahun 2009.

Syech juga pegiat olah raga sepak bola dan terlibat aktif dalam olah raga sepakbola, baik sebagai pemain, pelatih, maneger, maupun penyelenggara turnamen. 

Perjalanan karirnya di dunia sepak bola tercatat pernah berperan sebagai pelatih tim sepak bola  STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa (2009), Bendahara Panpel Liga Primer Indonesia (LPI) Tim Aceh United FC (2011), Bendahara panpel Turnamen Internasional Piala Gubernur (2011) , Bendahara Panpel Liga Indonesia Tim PSSB/Tim Paraguay (2021), IT Officer Aceh United (2017), kapten PSSB Bireuen (1995), pemain tim nasional  mahasiswa Indonesia di Mesir (1996-2008), dan pelatih/direktur teknis tim Nasional Indonesia di Mesir (1999-2008). 

Baca juga: Tu Sop Sosok Waliyullah Millenial?

Syeck Fadhil juga seorang organisatoris, ia aktif di sejumlah organisasi seperti Wakil Sekretaris II DPD KNPI Aceh Timur (2012-2015), Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh periode  2012-2019, Ketua Biro DPD I KNPI Aceh (2013), Ketua PWNU Aceh (2019-2024), dan Wakil Ketua Bakomubin Aceh 2015-2020. 

Dalam bidang dakwah, Fadhil terlibat aktif dalam safari dakwah UAS di Aceh dan luar Aceh, ia telah mengenal UAS sejak sama-sama nyantri di Pesantren Darul Arafah Medan dan berlanjut ketika sama-sama kuliah di Universitas al-Azhar Mesir.  

Syech Fadhil lahir di Langsa pada 6 September 1978 dari sebuah keluarga sederhana. 

Ayahnya Tgk Abdul Ghani berasal dari Kecamatan Kuala dan Jangka, Kabupaten Bireuen. 

Sementara ibunya Khadijah berasal dari Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara. 

Didikan ayahnya yang keras membuat Fadhil disiplin serta gemar bermain bola. 

Sementara ibunya seorang guru MIN yang bermotivasi agar Fadhil sukses di dunia pendidikan. 

Karena itu Fadhil disekolahkan di sekolah bernuansa agama, mulai dari TK Aisyiah Bireuen (1984), MIN Bireuen (1990). 

MTs Darul Arafah (1993), MAS Darul Arafah (1996), hingga Universitas al-Azhar Mesir (2008), dan Magister Pascasarjana UIN Ar-Raniry (2023).

Pundi Suara Pemilih

Mencermati sejumlah data di atas, dapat dikatakan bahwa Syech Fadhil bukanlah alumni dayah tradisional, sehingga keilmuan beliau tidak berbasis ulama dayah. 

Bisa dikatakan ia bukan representasi Tu Sop dari aspek kelembagaan pendidikan yang digelutinya. 

Hanya saja Syech Fadhil memiliki hubungan yang dekat dengan kalangan ulama kharismatik dayah, konon lagi melalui pertemanannya dengan pendakwah kondang nasional; Ustaz Abdus Somad (UAS), sehingga ia juga memiliki jaringan silaturrahmi dengan kalangan ulama nasional lainnya. 

Syech Fadhil juga memiliki jaringan diplomasi luar negeri melalui pengalaman studi di Timur Tengah dan organisasi IKAT. 

Lalu sebagai mantan senator, tentu saja ia memiliki jaringan politik dengan Jakarta. 

Berdasarkan biodata singkat ini sosok Syeck Fadhil sebagai pengganti alm Tu Sop sebagai calon wakil gubernur mendampingi Om Bus harus diperhitungkan oleh kandidat lainnya. 

Baca juga: Semua Pemimpin Aceh Diajak Wujudkan Lima Peta Jalan Dakwah almarhum Tu Sop

  Pertanyaan menarik lainnya adalah bagaimana reaksi dan penerimaan kalangan santri dan ulama dayah dan kemungkinan memperoleh dukungan suara mereka di pilkada gubenur dan wakil gubernur nanti? 

Tentu saja hal ini waktu yang akan menjawabnya nanti. Untuk saat ini memang harus diakui bahwa popularitas Syeck Fadhil di kalangan santri dan ulama dayah tidak sepopuler Tu Sop

Oleh karena itu boleh jadi tidak semua suara dari pendukung Tu Sop akan berlanjut ke Syech Fadhil. 

Dalam hal ini bisa saja para santri dan ulama dayah yang sebelum ini mendukung Om Bus-Tu Sop akan meninggalkan Om Bus-Syech Fadhil. 

Namun jikapun prediksi ini terjadi tidak berarti pasangan Om Bus-Syech Fadhil kehilangan suara. 

Kita harus memperhitungkan bahwa suara pemilih Syech Fadhil sebagai calon anggota DPD RI pada pemilu legeslatif  kemarin cukup besar jumlahnya (137.754 suara) atau diurutan kelima. 

Jadi jika jumlah pemilih ini bertahan dan ditambah dengan suara dari pemilih Om Bus maka dipastikan pilgub-pilwagub kali ini cukup bersaing. 

Konon lagi jika sejumlah ulama dayah yang berada di belakang paslon ini mampu meyakinkan para santri dayah di seluruh Aceh untuk memberikan suaranya kepada Om Bus dan Syech Fadhil. 

Akhirnya penentuan pemenang dan menjadi gubernur dan wakil gubernur definitif sangat tergantung pada kecerdasan dan kedewasaan masyarakat Aceh dalam berpolitik, bagaimana melihat dan mencermati potensi dari masing-masing paslon sebagai pemimpin yang mampu membawa Aceh lebih sejahtera, bermartabat dan beradab, semoga.

*) PENULIS adalah Akademisi Darussalam

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved