Salam
Seharusnya “Escape Building” Ada yang Merawatnya
Namun, yang menjadi masalah adalah gedung tersebut tidak fungsikan saat ini. Sehingga tidak ada biaya perawatan untuk operasional gedung, termasuk bia
Kita ikut prihatin ketika mengetahui kondisi seumlah “escape building” yang berada di kawasan Banda Aceh ditemukan tidak terawat. Mestinya gedung semegah itu harus terawat dengan baik, sehingga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan publik.
Memang keberadaan gedung tersebut diperuntukkan bagi warga manakala terjadi tsunami di kawasan tersebut. Maksudnya, masyarakat bisa melarikan diri naik ke atas gedung jika sewaktu-sewaktu air laut naik ke darat lalu menerjang pemukiman warga.
Namun, yang menjadi masalah adalah gedung tersebut tidak fungsikan saat ini. Sehingga tidak ada biaya perawatan untuk operasional gedung, termasuk biaya kebersihan dan pengecatan dinding gedung yang mulai terkelupas.
Padahal, jika gedung tersebut bisa difungsikan, termasuk digunakan untuk kegiatan warga alias disewakan, maka biaya kebersihan gedung bisa teratasi. Jika ada hal-hal yang mengganjal dari sisi regulasi, tentu saja bisa dicari solusinya, sehingga gedung bisa difungsikan.
Untuk bisa memuluskan rencana ini, perangkat desa harus punya inisiatif, semisal menjumpai pemilik gedung guna membicarakan jalan keluarnya. Sebab, kalau gedung tersebut terus dibiarkan tanpa perawatan, maka kondisi itu hanya menunggu waktu masa kerobohannya.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah gedung evakuasi bencana dibangun setelah tsunami menerjang Aceh pada 2004 silam. Sayangnya, ada yang tak terawat dengan baik. Pemanfaatan pun kurang optimal.
Sampah berserak dan dinding retak menyambut pandangan kala menatap kondisi escape building atau gedung penyelamatan ketika bencana, di Gampong Deah Glumpang, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Rabu (9/10/2024).
Suasana sepi menyelimuti bangunan tersebut. Tak ada aktivitas apa pun yang tampak, baik itu keributan anak-anak bermain atau bahkan aktivitas masyarakat.
Selain sepi dari berbagai aktivitas, gedung yang dibangun pemerintah Jepang setahun pascabencana gempa dan tsunami 2004 Aceh itu juga minim perawatan. Tampak sejumlah sisi bangunan mulai ditumbuhi rerumputan liar. Ada coretan di dinding, cat mengelupas, lantai tergenang, hingga plafon yang rusak.
Lebih parahnya, sejumlah pintu dan barang bermaterial besi pada bangunan itu ikut raib akibat ulah tangan orang-orang tak bertanggung jawab. “Penjarahan banyak terjadi di gedung ini. Besi-besi pintu itu sudah habis dicuri semua,” kata seorang warga setempat, Dafloyni, kepada Serambi, Rabu (9/10/2024).
Rumah Dafloyni hanya terpaut sekitar 20 meter dari pintu utama gedung penyelamatan itu. Berbagai kejadian dan aktifivitas yang berlangsung di bangunan empat lantai tersebut nyaris tidak ada yang ia lewati.
Dafloyni menuturkan, akibat minimnya perawatan dari pihak terkait, dirinya dan sejumlah warga sekitar kerap berinsiatif membersihkan seadanya, dengan alasan agar tidak menganggu pandangan.
Dafloyni mengungkapkan, selain minimnya mendapat sentuhan perawatan, sekitar tiga tahun silam bangunan itu juga kerap dijadikan sebagai tempat maksiat, termasuk jadi lokasi orang pacaran.
Untuk itu, sekali lagi, kita berharap bangunan yang sudah dibangun itu bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Artinya, janganlah dibiarkan terbengkalai seperti itu, sehingga hanya jadi bangunan tua tempat hantu bermain ayunan. Nah?
POJOK
Susunan kabinet Pemerintahan Prabowo sudah hampir 100 persen, kata Gibran
Hehehe, baru tahu Gibran rupanya..
Lagi, nelayan Pulau Banyak diterkam buaya
Kalau ‘buaya darat’ justru menerkam sesamanya, tahu?
Keberadaan Gubernur Kalsel Sabirin Noor masih misterius
Mungkin lagi bersembunyi di rumah Harun Masiku..
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.