KUPI BEUNGOH

Pertanian dan Pemuda Kita, Refleksi Hari Sumpah Pemuda

Hari Sumpah Pemuda itu adalah tonggak sejarah penting bagi perjalanan bangsa Indonesia.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Husaini Yusuf, S.P., M.Si adalah Putra Aceh Besar. Kini berkhidmat di Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Aceh. 

Dua hal itu menjadi ancaman dalam menyiapkan pangan nasional guna menyediakan makan masyarakat Indonesia. 

BPS (2014) mencatat, jumlah penduduk usia muda yang bekerja di sektor pertanian terus menciut. 

Jika pada tahun 2004, jumlah penduduk yang bekerja disektor pertanian mencapai 40.61 juta jiwa, maka pada 10 tahun berikutnya yaitu tahun 2014 menjadi 38.97 juta jiwa. Artinya, sekitar 1.5 juta petani berusia muda lebih memilih untuk beralih menuju kota dan menjadi sumber daya manusia perkotaan. 

Masalah Klasik

Salah satu alasan pemuda kurang berminat pada sektor pertanian adalah karena kurang bergengsi (prestise). Bekerja di sektor pertanian dianggap sebagai orang yang kurang berpendidikan dan miskin.

Secara umum, petani muda yang berkecimpung pada sektor pertanian memang masih terbatas pada sub sektor off farm (hilir). Sangat sedikit pada sektor on farm (hulu). 

Disamping itu, prospek karir tidak menjanjikan dibanding sektor non pertanian, sehingga banyak orang tua tidak ingin anaknya berkecimpung disektor ini.

Kendatipun mereka jebolan dari kampus pertanian ternama.

Bekerja di sektor pertanian merupakan pilihan terakhir bagi mereka. 

Persoalan lain adalah akses lahan.

Luas penguasaan lahan yang dimiliki petani kita umumnya hanya 0,5 hektar (Pulau Jawa) dan 1,0 (Luar Pulau Jawa).

Padahal ini adalah modal utama bergelut di sektor pertanian.

Namun apadaya, sepertinya urusan ini jauh panggang dari api. Di sisi lain, banyak konglomerat menguasai ratusan bahkan ribuan hektare tanah negara. 

Selain itu, akses modal petani selama ini kerap menjadi persoalan dalam melakukan usahatani.

Oleh karena itu, penting membentuk kelembagaan ekonomi (korporasi pertanian) guna mengatasi akses kebutuhan modal bagi petani setiap memasuki musim tanam.   

Faktor lain yang menjadi permasalahan di sektor pertanian pada aspek hilir adalah jaminan pasar, khususnya di Aceh.

Petani sering menerima harga yang tidak adil di pasar.

Ini adalah kendala yang membentuk perspektif petani muda sungkan berkecimpung di sektor pertanian. 

Solusi strategis

Oleh karena itu, menurut hemat penulis, untuk merubah image sektor pertanian menjadi lebih menarik sehingga petani muda mau terjun ke sektor pertanian, ada beberapa strategi penting.

Pertama, pemerintah harus menjamin harga pasar bagi produk pertanian dan membentuk agroindustri secara parsial per wilayah sesuai komoditi unggulan. 

Ini sangat penting.

Pasalnya, acapkali terjadi ketika panen raya harga berbagai komoditi terutama hortikultura sering anjlok dan membuat petani membiarkan hasil panennya begitu saja. 

kedua, perlu alokasi anggaran yang memadai pada sektor pertanian terutama asuransi pertanian syariah untuk menjamin keresahan petani ketika gagal panen.

Selama ini pemerintah telah membentuk asuransi usahatani padi, jagung, dan asuransi ternak melalui Jasindo namun fakta di lapangan realisasinya dalam lima tahun terakhir semakin menurun peminatnya. 

Kalau melihat kondisi sosial budaya petani di provinsi Aceh, salah satu faktor rendahnya serapan asuransi tani itu adalah karena masih ada unsur riba.

Legislatif bersama eksekutif perlu segera mengambil suatu kebijakan dengan menyiapkan asuransi pertanian syariah di Bumoe Aceh. 

Ketiga, dukungan kebijakan dalam mempermudah akses modal bagi petani, ketersediaan lembaga keuangan yang regulasinya tidak rumit.

Dukungan kebijakan legalitas hukum terkait jaminan pasar terhadap produk pertanian (intervensi pemerintah), akses penguasaan lahan oleh petani melalui kebijakan reforma agraria (land reform).

Karena penguasaan lahan merupakan kunci utama dalam meningkatkan minat petani.  

Keempat, dukungan kebijakan yang perlu dilakukan oleh perguruan tinggi dengan menyiapkan kurikulum yang berbasis enterpreneur, sekolah vokasi berbasis pertanian (praktisi).

Dukungan kebijakan diatas harus dilakukan secara terstruktur dimulai dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota (legislatif dan eksekutif). 

Secara SDA, betapa sektor pertanian memberikan peluang besar bagi pemuda kita untuk berkreasi dan bertahan hidup di tengah perubahan ekonomi global saat ini. Maka ambillah kesempatan itu. 

Dengan demikian, pemuda kita akan tangguh.

KNPI selaku organisasi pemuda harus mendukung wacana itu, bukan sekadar potong pita acara seremonial belaka.

*) PENULIS Husaini Yusuf, S.P., M.Si adalah Putra Aceh Besar. Kini berkhidmat di Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Aceh. Alumnus Pascasarjana Sosiologi Pedesaan IPB University, Bogor dan Pengurus BPW Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) Aceh. Email: hussainiyussuf85@gmail.com

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi dari setiap artikel menjadi tanggung jawab penuh penulis.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved