Kupi Beungoh
Merajut Perdamaian dan Persatuan Pasca Pilkada
Pilkada yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal dua puluh tujuh November dua ribu dua puluh empat telah selesai di laksanakan.
sejarah mencatat pergerakan organisasi besar dimulai dari Boedi Oetomo yang terbentuk pada tahun 1908, Muhammadiyah pada tahun 1912, Nahdlatul Ulama pada tahun 1926,
kemudian terwujudnya momentum Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Dari berbagai organisasi dengan bentuk perjuangan yang berbeda-beda, namun tujuannya sama yaitu untuk membangun semangat persatuan.
Kemudian tentang pentingnya perdamaian dan persatuan juga Allah Swt ingatkan dalam Al-Quran Surat Ali ‘Imran ayat 103:
Artinya, “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara.” (QS Ali ‘Imran [3]: 103).
Rasulullah Saw sang teladan juga mengajak umatnya untuk menjaga persatuan yang terus dilanjutkan oleh para sahabat.
Di antara contohnya adalah sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud sebagaimana diceritakan dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir, bahwa dalam suatu kesempatan, ia berkhotbah di hadapan para sahabat yang lainnya untuk terus memperjuangkan persatuan dan kesatuan. Ia mengatakan:
Artinya, “Abdullah bin Mas’ud telah berkhotbah kepada kami di suatu hari, dengan khotbah yang tidak pernah disampaikan sebelumnya atau sesudahnya. Ia berkata: Wahai manusia! Bertakwalah kalian semua kepada Allah, dan berpegang teguhlah dengan ketaatan dan persatuan, karena persatuan itu adalah tali Allah yang telah Dia perintahkan. Sungguh, apa yang dibenci dalam ketaatan dan persatuan, lebih baik dari apa yang disenangi dalam perpecahan.”
Terlebih lagi jika telah keluar perhitungan dan perolehan suara yang resmi dari penyelenggara Pilkada dengan ditetapkannya dalam rapat pleno tentang pasangan calon yang menang,
maka hasil yang konkret dan jelas telah diperoleh, sudah semestinya para kandidat dan pendukung semua harus menerima apa pun hasilnya.
Sebagaimana perintah Allah Swt dalam Al-Quran surat Ali ‘Imran ayat 105 yang berbunyi:
Artinya, “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (QS Ali ‘Imran [3]: 105).
Karena itu, cukup sudah pertengkaran, perseteruan, permusuhan antar saudara, kerabat bahkan keluarga. Masa-masa tersebut sudah selesai jangan sampai dendam antar pendukung dan Timses masih berlanjut.
Pesta telah selesai diselenggarakan jangan sampai para undangan pesta saling bermusuhan.
Para pasangan calon sudah riang gembira dan saling merangkul jangan sampai para pendukung masih tidak saling sapa dan bertegur.
Dalam upaya mewujudkan perdamaian dan persatuan tersebut, sangat penting peran para kandidat pasangan calon dan elit politik untuk segera melakukan upaya rekonsiliasi sehingga bangsa ini tidak terpecah-belah,
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.