Konflik Suriah

Rezim Assad yang Dukung Perjuangan Palestina Lengser, Begini Kata Hamas, PJI dan PFLP

Faksi-faksi Palestina telah mendukung pihak-pihak yang berseberangan dalam perang Suriah selama 13 tahun terakhir. Suriah – rumah bagi ratusan ribu pe

Editor: Ansari Hasyim
AFP/SAID KHATIB
(FILE) Abu Ubaida (tengah), juru bicara Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer gerakan Islam Palestina Hamas, berbicara dalam peringatan di kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada 31 Januari 2017, untuk Mohamed Zouari, seorang 49- insinyur Tunisia dan ahli drone berusia satu tahun, yang dibunuh saat mengemudikan mobilnya di luar rumahnya di Tunisia pada bulan Desember 2016. 

Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan pada hari Senin bahwa Doha menganggap serangan Israel sebagai perkembangan yang berbahaya dan serangan terang-terangan terhadap permusuhan dan persatuan Suriah serta pelanggaran yang mencolok terhadap hukum internasional.

“Kebijakan memaksakan keadaan yang sudah terjadi yang dilakukan oleh pendudukan Israel, termasuk upayanya untuk merebut wilayah Suriah, akan membawa kawasan tersebut ke dalam kekerasan dan ketegangan lebih lanjut,” tambahnya seperti dilansir Al Jazeera.

Israel mulai menyerang Suriah setelah perlawanan bersenjata di negara itu melengserkan mantan Presiden Bashar al-Assad pada Minggu pagi.

Arab Saudi mengecam tindakan Israel pada hari Senin, dengan mengatakan bahwa hal itu mengonfirmasi pelanggaran keberlanjutan Israel terhadap aturan hukum internasional dan tekadnya untuk menyabotase peluang Suriah dalam memulihkan keamanan, stabilitas, dan integritas teritorialnya.

Kementerian Luar Negeri kerajaan juga meminta masyarakat internasional untuk mengecam kampanye Israel, menekankan bahwa Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Arab yang diduduki.

Baghdad menyuarakan kritiknya dengan mengatakan Israel telah melakukan pelanggaran berat terhadap hukum internasional.

Irak menekankan pentingnya menjaga kedaulatan dan integritas Suriah dan meminta Dewan Keamanan PBB untuk menegakkan tanggung jawabnya dan mengutuk agresi ini dan mengakhirinya, bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Irak.

Pada hari Minggu, Israel segera bergerak dan merebut zona penyangga yang memisahkan Dataran Tinggi Golan yang diduduki dari wilayah yang dikuasai Suriah. 

Militer Israel juga memperingatkan warga Suriah yang tinggal di lima desa dekat wilayah tersebut untuk tinggal di rumah.

Israel menduduki sebagian besar Dataran Tinggi Golan pada tahun 1967 dan mencaplok wilayah tersebut secara ilegal pada tahun 1981.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia memerintahkan pasukan Israel untuk merebut zona penyangga, yang ditetapkan dalam gencatan senjata tahun 1974 dengan Suriah, tak lama setelah al-Assad digulingkan.

Berbicara kepada wartawan pada hari Senin, Netanyahu mengatakan Dataran Tinggi Golan yang diduduki akan tetap menjadi milik Israel selamanya.

Ia juga berterima kasih kepada Presiden terpilih AS Donald Trump karena mengakui kedaulatan Israel atas wilayah tersebut selama masa jabatan pertamanya. 

Hukum secara internasional tegas melarang pengambilalihan tanah dengan kekerasan.

Netanyahu mengatakan jatuhnya al-Assad adalah “Akibat langsung dari pukulan keras yang telah kami berikan kepada Hamas, Hizbullah dan Iran,” menurut surat kabar Israel Haaretz.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved