Wawancara Eksklusif
Miklos Gaspar, Rohingya Tidak Habiskan Uang Aceh
Ia kemudian berkunjung ke Kantor Serambi dan berkesempatan diwawancarai secara khusus, di Studio Serambinews.com, oleh host Tieya Andalusia.
(Catatan: Sebelum berkunjung ke kantor Serambi, Miklos diajak menikmati kopi dan lontong oleh Zainal Arifin di Solong Pango)
Jadi saya benar-benar hanya bisa bicara tentang waktu saya sebelumnya di Aceh (Simeulue), bahwa orang-orang sangat ramah, sangat bagus, saya kira di Simeulue tidak banyak orang asing. Jadi mereka mendatangi saya di jalan dan mereka sangat tertarik dan saya juga sangat tertarik pada mereka. Jadi itu pengalaman yang luar biasa.
Saya diberitahu oleh rekan Indonesia saya, bahwa orang-orang di Aceh sangat intelektual dan Anda suka berpikir dan berbicara. (Buktinya) saya berkesempatan untuk makan siang dengan Pemimpin Redaksi Anda dan juga percakapan yang sangat menarik. Jadi ini baru hari pertama perjalananku. Saya di sini selama empat hari dan saya berharap untuk bertemu lebih banyak orang dan melihat sebanyak yang saya bisa.
Apakah Anda memiliki pengetahuan tentang Aceh sebelum bencana tsunami?
Saya rasa saya belum pernah mendengar tentang Aceh sebelum tsunami. Anda tahu, saya seperti kebanyakan orang berasal dari Eropa. Saat itu saya tidak tinggal di Indonesia. Jadi maksud saya orang-orang di luar negeri pertama kali mendengar tentang Aceh karena tsunami dan karena kehancuran di sini.
Tentang kunjungan kali ini, apa agendanya?
Saya datang ke sini atas undangan Museum Tsunami karena kita akan membuka pameran yang disatukan dengan dukungan dari PBB tentang bantuan yang banyak. Di mana PBB agensi telah memberikan kepada orang-orang Aceh setelah tsunami untuk membantu pemulihan dan rekonstruksi segera, tetapi sejak itu untuk membantu membangun ketahanan sehingga provinsi ini lebih tangguh dari sebelumnya.
Sehingga, jika lain kali terjadi gempa dan di lain waktu tsunami terjadi maka orang akan lebih tahu apa yang harus dilakukan dan jumlah korban akan lebih sedikit. Jadi itulah pekerjaan PBB dengan provinsi Aceh dan rakyat Aceh.
Koleksi PBB yang seperti apa di Museum Tsunami?
Apakah Anda tahu bagaimana Anda mengatakan gambar berbicara lebih dari kata-kata? Jadi ini adalah pameran berbasis foto. Kami memilih foto dari koleksi dan dari arsip agensi PBB yang terlibat setelah tsunami. Ada 12 lembaga kemanusiaan, foto siapa yang kami pamerkan bersama dengan keterangan yang menjelaskan apa sebenarnya yang mereka lakukan. Itu (foto) benar-benar untuk memperingati dan menunjukkan solidaritas internasional dengan rakyat Aceh selama masa-masa yang sulit itu.
Apa pendapat Anda tentang kelompok yang menolak kedatangan pengungsi Rohingya?
Ada beberapa orang yang menolak pengungsi, termasuk di Aceh. Orang berhak atas pendapat mereka, meski dari apa yang saya baca di media sosial terkadang penolakan ini terjadi berdasarkan disinformasi atau informasi yang salah. Misalnya salah satu keluhan yang disampaikan adalah uang yang diberikan oleh pemerintah untuk Aceh akan dihabiskan untuk para pengungsi (Rohingya), dan itu tidak benar.
Itu informasi yang salah, karena itu adalah uang dari PBB bukan dari pemerintah. Jadi sebenarnya tidak ada uang yang diambil dari masyarakat Aceh akibat kedatangan para pengungsi.
Ada juga informasi salah yang sedang menyebar tentang mengapa para pengungsi ini datang ke sini. Mereka bukan migran ekonomi, mereka adalah pengungsi dan tidak diperbolehkan bekerja. Jadi jika ingin bekerja dan benar-benar ingin menjadi migran ekonomi, mereka akan memilih negara tempat bisa dapat bekerja.
Mereka datang ke sini karena situasi yang mengerikan, tidak hanya di negara asal mereka tetapi juga di kamp pengungsi. Jadi menurut pendapat saya dan juga menurut pendapat banyak pemimpin Aceh, termasuk pemimpin agama dan akademisi, itu (penolakan) karena kesalahpahaman yang dimiliki orang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.