Citizen Reporter
Dari New Delhi ke Aceh: ‘Blueprint’ untuk Kemajuan
MAYORITAS Dalam bahasa Aceh, pepatah yang sejalan berbunyi, “Han bek lagee ka kheun meutuwah, bek tapeusijeut sabee na udep.”
Aceh dapat mengadopsi pendekatan serupa dengan mengembangkan fasilitas kesehatan yang berfokus pada pelayanan masyarakat, seperti membangun klinik kesehatan di setiap kecamatan. Produksi obat generik di tingkat lokal juga perlu didorong, misalnya dengan memanfaatkan tanaman herbal khas Aceh seperti jahe dan kunyit. Kerja sama dengan perusahaan farmasi India juga dapat menjadi langkah strategis.
Akses terhadap literatur di India juga sangat melimpah dan terjangkau. Toko buku terkenal di New Delhi seperti Oxford Bookstore atau Bahrisons Book sellers yang sempat disinggahi oleh Presiden RI, Prabowo Subianto pada kunjungan kerjanya Januari 2025, menawarkan berbagai buku dengan harga yang ramah di kantong. Aceh bisa belajar dari ini dengan mendukung penerbit lokal, meningkatkan akses masyarakat terhadap perpustakaan umum seperti Perpustakaan Provinsi Aceh di Banda Aceh, dan mendorong gerakan membaca di sekolah serta komunitas baca.
Selain itu, India juga menawarkan biaya pendidikan yang jauh lebih terjangkau dibandingkan banyak negara lainnya. Subsidi besar pada pendidikan dan keterlibatan sektor swasta memungkinkan akses pendidikan yang berkualitas dengan biaya rendah. Misalnya, Institut Teknologi India (IIT) dan Universitas Delhi menawarkan program pendidikan berkualitas dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah.
Aceh dapat mengambil pelajaran dengan memberikan beasiswa kepada pelajar dari keluarga kurang mampu, meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan, dan mendorong kerja sama antara pemerintah dan swasta dalam pengembangan institusi pendidikan. Membangun sekolah vokasi di daerah-daerah terpencil seperti di Kabupaten Gayo Lues atau Simeulue dapat menjadi langkah strategis.
Isu sampah menjadi tantangan bagi New Delhi, tetapi pemerintahnya telah menerapkan sistem pengelolaan sampah yang modern, seperti pemilahan sejak dari rumah tangga, peningkatan fasilitas daur ulang, serta pemanfaatan sampah organik untuk menghasilkan biogas.
Aceh dapat belajar dari pendekatan ini dengan memperkuat sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas, meningkatkan kesadaran masyarakat melalui edukasi lingkungan, serta mendorong inovasi dalam pemanfaatan sampah sebagai sumber energi.
Menuju Aceh lebih maju
New Delhi adalah bukti nyata bahwa sebuah kota dengan tantangan besar mampu bangkit menjadi pusat pembangunan yang menginspirasi. Aceh memiliki potensi yang sama, dengan kekayaan sumber daya alam, budaya, dan semangat masyarakatnya.
Namun, untuk mencapai itu, diperlukan kebijakan yang tepat dan implementasi yang konsisten melalui blueprint pembangunan yang jelas dan strategis. Program-program yang dirancang harus melibatkan masyarakat dalam setiap tahapannya, sehingga hasilnya benar-benar sesuai dengan kebutuhan lokal.
Seperti yang dikatakan Jawaharlal Nehru, “Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang membawa kesejahteraan bagi rakyat banyak, bukan hanya segelintir orang.” Dengan komitmen yang kuat dan kolaborasi yang erat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, Aceh dapat mewujudkan visi masa depannya yang lebih maju, mandiri, dan kompetitif di tingkat global.
Citizen Reporter
Penulis Citizen Reporter
Penulis CR
Ulphi Suhendra
Dari New Delhi ke Aceh
blueprint
Saat Mahasiswi UIN Ar-Raniry Jadi Sukarelawan Literasi untuk Anak Singapura |
![]() |
---|
IKOeD Peusijuek Alumni Leting Intelegencia Generation 2025 di Pantai Lampu’uk |
![]() |
---|
Dinamika Spiritual dan Teknis dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji Modern |
![]() |
---|
Dari Aceh Menuju Makkah Ibadah Haji yang Mengajarkan Arti Keluarga |
![]() |
---|
Mengintip Geliat Industri Halal di Rusia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.