Ramadan 2025

Makna Puasa Ramadhan: Ternyata Lebih dari Sekadar Menahan Lapar dan Dahaga

Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga.

Penulis: Gina Zahrina | Editor: Amirullah
Tangkapan Layar Youtube Serambinews
SERAMBI RAMADHAN - Dewan penasihat ISAD Tgk H Akmal Abzal, S.HI menjadi narasumber dalam program Serambi Ramadhan dengan tema Jadikan Ramadhan Lebih Bermakna, dipandu oleh hots Gina Zahrina dan disiarkan secara langsung lewat kanal Youtube dan Facebook Serambinews.com, Kamis (6/3/2025) 

SERAMBINEWS.COM BANDA ACEH - Bulan Ramadhan selalu dinantikan umat Muslim di seluruh dunia. Selain sebagai bulan penuh berkah, Ramadhan juga menjadi momen untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah puasa.

Namun, seringkali puasa hanya dimaknai sebagai menahan lapar dan dahaga, tanpa memahami esensi yang lebih dalam.

Lantas, bagaimana agar puasa kita tidak hanya menjadi ritual fisik, tetapi juga membawa perubahan positif dalam diri?

Dalam podcast yang diadakan oleh Serambinews.com pada (6/3/2025), dengan judul "Jadikanlah Ramadhan Lebih Bermakna", narasumber Tgk H. Akmal Abzal S.HI, Dewan Penasihat ISAD (Ikatan Sarjana Alumni Dayah), memberikan pencerahan tentang makna puasa yang sesungguhnya.

Tgk Akmal mengingatkan umat Muslim agar tidak terjebak dalam pemahaman sempit tentang puasa.

Beliau mengutip hadis HR An-Nasai dan Ibnu Majah yang berbunyi: “Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga.” Hadis ini menjadi peringatan keras bagi siapa pun yang berpuasa.

Baca juga: Begini Tips Menjaga Pola Makan Sehat Agar Tetap Bertenaga Selama Puasa Ramadhan 2025

Meskipun seseorang sudah memenuhi rukun dan syarat puasa, seperti menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami-istri dari terbit fajar hingga terbenam matahari, itu belum tentu menjamin seseorang mendapatkan pahala puasa. Menurut Tgk Akmal, puasa adalah ujian bagi mentalitas kita. 

Tgk Akmal lebih lanjut menjelaskan bahwa puasa seharusnya menjadi sarana untuk mengendalikan seluruh anggota tubuh, termasuk pikiran, mata, telinga, lidah, tangan, kaki, dan hati.

"Jika kita hanya menahan lapar, tetapi masih melakukan ghibah, berbohong, atau melihat hal-hal yang tidak bermanfaat, maka puasa kita bisa sia-sia," ujarnya.

Puasa, menurutnya, adalah proses menempa hati dan pikiran untuk menjauhi kebiasaan buruk yang sering melekat pada manusia.

Lapar dan dahaga yang kita rasakan seharusnya menjadi alat untuk membentuk karakter yang lebih baik dan bersahaja.

"Puasa mengajarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, rendah hati, dan peduli terhadap sesama," tambahnya. 

Baca juga: Ibadah Puasa Ramadhan Dapat Mengampuni Dosa-Dosa Terdahalu, Asalkan Penuhi 2 Syarat Berikut

Untuk memperkuat pemahaman ini, Tgk Akmal juga menyampaikan sebuah riwayat tentang penciptaan akal dan nafsu.

Ketika Allah menciptakan akal, Ia bertanya, “Siapa engkau dan siapa Aku?” Akal dengan penuh keyakinan menjawab, “Engkau adalah Tuhanku, dan aku adalah hamba-Mu.”

Jawaban ini membuat akal ditempatkan di surga. Sementara itu, nafsu yang sombong dan enggan mengakui Tuhan dihukum dalam neraka lapar dan dahaga.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved