RAMADHAN MUBARAK
Pesona Malam Lailatul Qadar
Bulan Ramadhan juga menjadi istimewa karena hanya pada bulan tersebut Allah telah menetapkan adanya satu malam penuh kemuliaan yang disebut Lailatul Q
Oleh Ir. Faizal Adriansyah, M.Si, Pendakwah/Widyaiswara Ahli Utama LAN RI
KEAGUNGAN bulan Ramadhan tiada taranya. Karena pada bulan Ramadhan, Allah SWT memberikan berbagai kemulian, di antaranya bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an untuk pertama kali. Peristiwa ini disebut Nuzul Qur’an. Bulan Ramadhan juga menjadi istimewa karena hanya pada bulan tersebut Allah telah menetapkan adanya satu malam penuh kemuliaan yang disebut Lailatul Qadar yang tidak akan pernah dijumpai di bulan lain.
Lailatul qadar berasal dari kata lailah yang bermakan malam dan qadar yang memiliki beberapa makna. Para ulama menjelaskan, makna Lailatul Qadar yang pertama, qadar berarti penetapan atau pengaturan sehingga lailatul qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Kedua, qadar bermakna kemuliaan, karena pada malam tersebut Allah menurunkan Al-Qur’an untuk pertama kali.
Ketiga, qadar juga bermakna sempit, yang bermakna bumi dipenuhi oleh malaikat sehingga menjadi sempit. Malaikat turun berbondong-bondong untuk mengatur urusan manusia, sebagaimana dalam Surat Al-Qadarayat 4: "pada malam itu turun malikat-malaikat dan ruh(Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan."
Dalil tentang adanya malam Lailatul Qadar tidak diragukan lagi karena sangat jelas dalam Al-Qur’an maupun dalam hadist-hadist Sahih Nabi Muhammad SAW. Dalil dari Al-Qadar tertera dalam surah Al-Qadar berisi 5 ayat menjelaskan tentang malam kemuliaan tersebut:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) padamalam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malamkemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripadaseribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat danMalaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segalaurusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbitfajar".
Sedangkan dalam hadist Nabi Muhammad SAW banyak menjelaskan tentang Malam Lailatul Qadar, di antaranya Rasulullah SAW bersabda, “Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dibandingkan 1.000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR An –Nasa’i).
Terkait waktu Lailatul Qadar dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad SAW, Rasulullah SAW mengabarkan kepada kami tentang Lailatul Qadar, beliau bersabda: dia (LailatulQadar) di bulan Ramadhan di puluhan yang akhir yaitu malam 21, 23, 25, 27 atau malam 29, atau di akhir malam Ramadhan. Barang siapa mengerjakan bangun untuk beribadah pada malam itu karena iman dan mengharap ridho Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. (HR. Ahmad).
Hadis Riwayat Bukhari menyebut,“Dan barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar semata-mata karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.”
Kemudian ada hadist dari Aisyah terkait ucapan yang baca ketika menemukan lailatul qadar "Saya bertanya kepada Rasulullh SAW: Bagaimana jika saya dapat mengetahui malam Qadar itu, apakah yang baik saya katakan pada malam itu? Jawab beliau: Katakanlah olehmu: "Ya Allah sesungguhnya Engkau pengampun, suka mengampuni kesalahan, maka ampunilah kiranya kesalahanku." (HR. Tirmidzi).
Malam Lailatul Qadar memiliki pesona yang luar biasa bagi orang-orang beriman. Karena itu malam Lailatul Qadar selalu diburu oleh kaum Muslimin dengan harapan untuk mendapatkannya. Fenomena ramainya jamaah menghadiri shalat qiyamul lail yang digelar di banyak masjid menjadi bukti pesona Lailatul Qadar tak pernah pudar.
Mengutip apa yang dikatakan Syech Sayyid Sabiq penulis kitab Fiqih Sunnah yang menyatakan lailatul qadar merupakan malam paling utama dalam sepanjang tahun. Untuk itu hendaknya agar malam tersebut dihidupkan dengan amal ibadah seperti memperbanyak shalat, dzikir, membaca Al-Qur'an dan berbagai amal shaleh lainnya.
Perlu menjadi catatan kita bagaimana ibadah Rasulullah dalam sepuluh malam terakhir, ternyata Rasulullah tidak melakukan “diskriminasi” waktu dalam beribadah dalam arti hanya beribadah di malam ganjil saja sedangkan malam genap beliau abaikan.
Ternyata selama sepuluh malam terakhir Beliau tetap tekun dan bersungguh-sungguh dalam ibadahnya tidak membedakan malam ganjil dan genap. Praktek ibadah Rasulullah ini mengisyaratkan kepada kita jikalau pun kita berbeda dalam mengawali ibadah Ramadhan, maka jangan bertengkar tentang kapan malam ganjil.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.