Perang Gaza

Pesawat Tempur dan Tembakan Artileri Terus Terdengar di Langit Gaza, Rumah-rumah, Tenda jadi Sasaran

Tak lama setelah serangan tersebut, kantor Perdana Menteri Israel Netanyahu mengumumkan dimulainya kembali perang di Gaza, dengan menyatakan bahwa hal

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/media sosial
SERANGAN ISRAEL - Seorang bayi yang syahid tergeletak di samping para korban lainnya yang syahid dalam serangan brutal zionis Israel Selasa dini hari (18/3/2025). 

"Netanyahu dan pemerintahan ekstremisnya telah memutuskan untuk membatalkan perjanjian gencatan senjata, yang akan menempatkan para tahanan (Israel) di Gaza pada nasib yang tidak diketahui," kata Hamas pada Selasa pagi.

"Kami menuntut agar para mediator meminta pertanggungjawaban penuh Netanyahu dan pendudukan Zionis atas pelanggaran dan pembatalan perjanjian tersebut."

Ia menyerukan kepada Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam untuk "memikul tanggung jawab historis mereka dalam mendukung keteguhan dan perlawanan gagah berani rakyat Palestina, dan dalam mengakhiri pengepungan tidak adil yang dilakukan terhadap Jalur Gaza". 

Ia juga meminta PBB untuk "bersidang segera guna mengadopsi resolusi yang mewajibkan pendudukan untuk menghentikan agresinya dan mematuhi Resolusi 2735, yang menyerukan diakhirinya agresi dan penarikan pasukan dari seluruh Jalur Gaza". 

Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan bahwa Israel berkonsultasi dengan Presiden AS Donald Trump sebelum melancarkan serangan udara terbaru terhadap Gaza.

"Seperti yang telah diperjelas oleh Presiden Trump, Hamas, Houthi, Iran - semua pihak yang berusaha meneror bukan hanya Israel tetapi juga AS - akan menghadapi harga yang harus dibayar, dan kekacauan akan terjadi," kata Leavitt kepada Fox News.

“Kelompok Houthi, Hizbullah, Hamas, Iran dan kelompok teroris yang didukung Iran seharusnya menanggapi pernyataan Presiden Trump dengan sangat serius ketika dia mengatakan bahwa dia tidak takut untuk membela orang-orang yang taat hukum dan membela AS dan teman sekaligus sekutu kita, Israel.”

Gencatan senjata antara Hamas dan Israel, yang mulai berlaku pada 19 Januari, menghasilkan pembebasan 33 tawanan Israel dan lima tawanan Thailand oleh Hamas sebagai imbalan atas pembebasan sekitar 2.000 tawanan Palestina yang ditahan di penjara Israel. 

Saat ini, 59 tawanan Israel masih berada di Gaza.

Israel, yang didukung oleh Washington, dalam beberapa minggu terakhir menuntut pengembalian para tawanan dengan imbalan penghentian permusuhan hingga April.

Namun Hamas bersikeras pada gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, sesuai dengan kewajiban hukum internasional Israel dan ketentuan perjanjian gencatan senjata yang dicapai pada bulan Januari.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved