Idul Fitri

Ini Hasil Kajian Ahli Falak Aceh Terkait Penetapan Idul Fitri 1446 H 

Pertama, konjungsi geosentrik atau ijtma’ yaitu peristiwa ketika nilai bujur ekliptika Bulan sama dengan nila ekliptika Matahari

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Nur Nihayati
For serambinews.com
Ahli Falak Aceh yang juga Ketua Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Dr Tgk Ismail SSy MA, Rabu (5/3/2025), 

 

Pertama, konjungsi geosentrik atau ijtma’ yaitu peristiwa ketika nilai bujur ekliptika Bulan sama dengan nila ekliptika Matahari

Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Dalam kajian ilmu falak, untuk mengetahui awal bulan Hijriah sangat tergantung pada kondisi hilal secara astronomis.

Ahli Falak Aceh yang juga Ketua Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Dr Tgk Ismail SSy MA, Kamis (20/3/2025), menjelaskan, ada tiga data yang perlu diketahui secara astronomis, yaitu konjungsi, tinggi hilal, dan sudut elongasi Bulan.

Pertama, konjungsi geosentrik atau ijtma’ yaitu peristiwa ketika nilai bujur ekliptika Bulan sama dengan nila ekliptika Matahari dengan diandaikan pengamat berada di pusat Bumi.

Peristiwa ini kembali terjadi pada Sabtu 29 Maret 2025 pukul 17.57.38 WIB atau pukul 18.57.38 WITA atau pukul 19.57.38 WIT.

Kedua, tinggi hilal adalah jarak bulan yang dihitung dari garis ufuk barat ke pusat piringan bulan atau ke piringan bawah hilal. 

Tinggi hilal di ufuk barat pada hari Sabtu tanggal 29 Maret 2025 M atau 29 Ramadhan 1446 H saat matahari terbenam di seluruh Indonesia berada di bawah ufuk barat, artinya bulan lebih awal terbenam ketimbang matahari.

Ketiga, sudut elongasi bulan adalah jarak sudut antara pusat piringan bulan dengan pusat piringan matahari yang terbentuk saat Matahari terbenam di tempat pengamatan. 

Nilai sudut elogasi Bulan saat Matahari terbenam pada hari Sabtu 29 Maret 2025 atau 29 Ramadhan 1446 H diseluruh Indonesia berkisar antara 01 derajat 36 menit 13 detik busur (tertinggi), sampai 01 derajat 03 menit 27 detik busur (terendah).

Lanjutnya, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hilal belum wujud di atas ufuk barat saat matahari terbenam.

Kondisi hilal juga belum memenuhi kriteria imkan rukyat MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura), kondisi hilal tersebut mustahil untuk dilihat disebabkan kondisi hilal baru memungkinkan untuk dilihat bila memiliki ketinggian minimal 3 derajat di atas ufuk barat saat matahari terbenam dengan elongasi minimal 6,4 derajat. 

Atas dasar data tersebut bisa dipastikan hilal pada sore hari Sabtu 29 Maret 2025 yang bertepatan 29 Ramadhan 1446 H mustahil bisa dilihat walaupun cuaca cerah.

Hal ini tentu mengakibatkan jumlah hari bulan Ramadhan 1446 H akan digenapkan 30 hari dengan ketetapan 1 Syawal 1446 H akan serentak pada hari Senin 31 Maret 2025.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved