Kupi Beugoh

Idul Fitri, Momentum Silaturrahmi Dan Memperbaiki Diri

Idul Fitri adalah momentum yang sangat tepat untuk saling memaafkan untuk menguatkan niat menggapai ridha Ilahi

Editor: IKL
Ist
Numairi - Direktur Kepatuhan Bank Aceh Syariah 

Namun, dalam dasarwarsa modern seperti saat ini, ada beberapa perubahan dalam cara masyarakat memaknai Idul Fitri dan hal ini tercermin dari cara komunikasi dan interaksi sosial. 

Di masa lalu, Idul Fitri adalah waktu untuk bertemu langsung dengan keluarga besar, berbincang, dan saling bermaaf-maafan. 

Kebiasaan silaturrahami dan saling mengunjungi kepada kerabat dekat dan jauh untuk bermaaf-maafan sesama kaum Muslim dan juga diikuti oleh umat agama lain telah menjadi cirri khas dari kebinekaan dalam Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini. 

Tradisi yang sudah ada sejak dari nenek moyang ini dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini menggambarkan kuatnya kekeluargaan di masyarakat dan ada yang dilakukan secara bersama-sama maupun adakalanya dilakukan hanya di lingkungan tetangga atau keluarga kecil. 

Lebaran bisa menjadi ajang reuni dan perjumpaan penuh emosi. Hal ini dilakukan agar aura sosial kehidupan yang telah dijalani selama setahun yang lalu, baik di lingkup interaksi dalam jaringan (dunia maya) maupun luar jaringan (dunia nyata) dipenuhi oleh benih-benih perdamaian dan kebahagiaan.

Pada momen ini, narasi kesantunan ditunjukkan oleh setiap orang yang berkenaan dengan meminta maaf terlebih dahulu untuk mengikis egoisme kediriannya.

Sedangkan di era modern ini dan dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, komunikasi melalui media sosial dan pesan instan kini menjadi lebih dominan. 

Meskipun secara teknis masih memungkinkan untuk mengucapkan selamat lebaran secara virtual, akan tetapi ada nuansa yang hilang, yaitu kedekatan emosional yang terjadi saat berinteraksi secara langsung.

Di platform-platform media sosial seperti sekarang ini, sering kita melihat orang mengunggah postingan ungkapan permintaan maaf sebagai penanda kerendahan hati dan kebesaran jiwa walaupun berada di wilayah yang berbeda karena tidak dapat bertemu dan bertatap muka secara langsung. 

Saat silaturahmi biasanya akan ada interaksi personal dan bahkan bisa memancing emosi dan perasaan haru antara anggota keluarga sebagai bukti indahnya moment lebaran ini. 

Apalagi jika silaturahmi terjadi pada warga atau orang yang sudah lama tidak saling berjumpa dan lebih indah lagi jika perayaan ini di isi dengan kegiatan saling berbagi bagi mereka yang memiliki pendapatan yang berlebih serta di akhiri dengan makan besar bersama keluarga atau kerabat dekat.

Di tengah arus materialisme yang semakin kuat, tidak jarang orang lebih memfokuskan perhatian pada kemeriahan dan konsumsi, daripada makna spiritual dan sosial dari Idul Fitri itu sendiri yaitu dengan berbagi dan berderma. 

Di sisi lain, Idul Fitri harus tetap menjadi waktu bagi kita untuk refleksi diri dengan memperbaiki semua tingkah laku dan tata karma serta etika yang buruk  yang selama ini melekat pada diri ini.

Di tengah kesibukan dunia modern yang serba cepat dan materialistis, kesempatan untuk kembali kepada fitrah, melakukan introspeksi diri dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan serta sesama manusia adalah hal yang sangat berharga dan harus segera dilakukan perbaikan.

Ritual agama seperti Idul Fitri berfungsi untuk memperkuat solidaritas sosial dalam masyarakat, mungkin yang dulu terjadi pergesekan dalam menjalani kehidupan di dalam sosial kemasyarakatan, maka inilah moment untuk saling memaafkan atas segala kesalahan yang pernah terjadi sebulumnya. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved